ACARA VI
PENGENDALIAN PENNYAKIT TUMBUHAN
I.
IDENTITAS
1.
Mata Kuliah : Pengendalian organisme Pengganggu
Tanaman ( POPT )
2.
Acara Praktikum : Pengendalian Pennyakit Tumbuhan
3.
Tujuan :
Agar mahasiswa mengetahui dan dapat membuat pengendalian hayati pada kumbang
kelapa dengan menggunakan wetanisium
4.
Tempat :
Laboratorium POPT, STPP
5.
Hari / Tanggal : Kamis, 16 Oktober, 2014
6.
Nama Mahasiswa : Ictira Julvikar Jurochman
7.
No. Presentasi / Semester : V. B
8.
Dosen Pengampuh : Ir. Heriyanto, MS
9.
TPA :
-
II.
DARAS
TEORI
Kumbang Janur Kelapa, Brontispa longissima merupakan
hama penting pada tanaman kelapa, yang menyerang daun janur dan daun muda.
Serangan B. longissima dapat
menyebabkan terjadinya penurunan produksi kelapa bahkan hingga kematian pada
tanaman. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) B. longissimadiarahkan untuk dilaksanakan secara
terpadu dengan mengkombinasikan berbagai cara pengendalian yang tersedia baik
secara kultur budidaya, tanaman resisten, mekanik, fisik, biologi dan kimia,
dengan penekanan lebih pada upaya pengendalian hayati yang aman bagi
lingkungan, dan meletakkan pengendalian secara kimiawi sebagai alternatif
terakhir pengendalian.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
-
Toples kaca, mikroskop, stimin plastic,
gelas penutup, karet, Kain Kasa
Bahan
1. Media
sebut kelapa steril
2. Media
sebut kelapa tidak steril
3. Larva
kumbang kelapa
4. Aguades
5. Pestisida
dengan bahan aktif jamur mertasium
IV. CARA KERJA
1. Siapkan
12 buah toples kaca 6 buah diisi media sebut kelapa steril dan 6 buah media
tidak steril
2. Dari
6 buah toples steril salah satunya diisi 2 larva dan di pisahkan sebagai
control sedangkan 5 buah toples kemudian isi dengan larva masing masing toples
1 kemudian di tutup kasa di ikat.
3. Selanjutnya
6 buah toples yang di isi media tidak steril salah 1 toples dipisahkan sebagai
control diisi 2 larva tutup kasa dan pisahkan
4. 5
toplesnya di tambahkan pestisida isi masing masing 1 larva tutup kasa ikat dan
pisahkan
5. Lakukan
pengamatan tiap hari sampai hari ke 21.
V.
HASIL
Hasil
pengamatan
TIDAK
STERIL
|
HARI
|
KET
|
|||||||||||||||||||||||||
HAMA
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
31
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
|
ULAT
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
|
B
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
KONTROL
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
STERIL
|
HARI
|
KET
|
|||||||||||||||||||||||||
HAMA
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
31
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
|
ULAT
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
|
B
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
KONTROL
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A =
Jumlah ulat yang mati
B =
Jumlah ulat yang hidup
Ulat Kumbang
Kelapa
Panjang Kumbang
Kelapa 11,30 mm
Lebar
Kumbang Kelapa 5,36 mm
Berdasarkan hasil
pengamatan, kumbang kelapa
Oryctes rhynoceros
memiliki ciri morfologi yaitu berbentuk menyerupai
huruf ”C”, berukuran
seperti biji durian, mempunyai caput, thorax, abdomen,
kaki, mulut, mata,
berwarna keputihan
Pengendalian
Secara Kimiawi Pengendalian dengan cara ini
merupakan
pengendalian yang biasanya dilakukan
sebagai alternatif
terakhir.
Karena kebanyakan masing menggunakan
bahan kimia sintetik yang membahayakan.
Akan tetapi pada dasarnya penggunaan
bahan kimia untuk pengendalian
OPT tidak serta merta membasmi
keseluruhan opt dengan membunuhnya.
Bahan kimia yang banyak dikenal untuk
melakukan pemberantasan hama adalah pestisida.
VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
.
A.
Pembahasan
Pada hasil pengamatan praktikum morfologi hama kumbang
kelapa diperoleh bahwa hama ini memiliki
bagian badan dan kepala yang keras, pada bagian kepala terdapat tanduk,
memiliki 6 kaki, memiliki mata, sayap luar, sayap dalam, abdomen , dan
ofipositor. Morfologi pada kumbang kelapa
terdiri atas sungut, tungkai depan, caput, thorax, sayap depan, eliptra,
abdomen, dan tungkai belakang. Dari
hasil pengamatan praktikum Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang kelapa
adalah ujung daun kelapa menjadi patah. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu
menyebabkan Pucuk kelapa menjadi rusak, daun yang mudah menjadi patah, pelepah
kelapa menjadi tumbang dan penyerangan dalam jumlah besar kadang apucuk tanaman
akan abusuk dan tanaman kelapa akan mati Pada hasil pengamatan praktikum
morfologi larva kumbang kelapa diperoleh
bahwa hama itersebut memiliki kepala, sepasang mata, mulut menggigit, abdomen,
kaki, dan ofipositor. Pada bagian badan bawah terdapat garis, dan badannya
lunak. Morfologi pada larva kumbang kelapa
terdiri atas stigma, abdomen, thorax, caput, mata, dan tungkai thoraxial
Pada hasil pengamatan praktikum morfologi hama belalang
pedang diperoleh bahwa hama ini memiliki
kepala, sepasang mata, antena, sayap, kaki, thoraks, ofipositor, dan pada
bagian atas ofipositor terdapat bagian yang seperti pedang dan berwarna hitam.
morfologi belalang pedang terdiri atas caput, tungkai depan, tungkai tengah,
tungkai belakang, sayap depan,dan sayap belakang Belalang pedang merupakan ordo orthoptera yang berfamili
tettigonidae, ciri khas serangga dari famili ini adalah serangga betina
mempunyai ovipositor panjang yang berbentuk seperti pedang, dan antena yang
panjang pada kedua jenis kelamin. Belalang pedang biasanya aktif pada malam hari Pada pengamatan praktikum gejala serangan
yang ditimbulkan oleh belalang pedang pada daun jagung diperoleh bahwa daun
yang terserang akan mengalami pkerusakan dari bagian samping, dan
berlubang-lubang. Gejala serangan yanhg ditimbulkan oleh belalang pedang yaitu
memakan daun kelapa, hingga daun kelapa menjadi berlubang - lubang
B.
Kesimpulan
Pengendali
hayati secara umum memiliki mekanisme penghambatan terhadap patogen melalui
antibiotik yang dihasilkannya, kompetisi terhadap nutrisi, atau parasitisme
langsung terhadap patogen. Pengendalian hayati sangat penting dalam
pengendalian hama maupun penyakit pada tumbuhan. pada
pengendalian hama tanaman hortikultura dan perkebunan dapat dilakukan dengan
cara manual namun pada umumnya pengendaliannya dilakukan dengan cara kimiawi.
Pustaka
Laboratorium POPT, Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Yogyakarta ( STPP ).
Dosen Pengampuh
------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar