SEBAGAI MAHASISWA PENYULUH PERTANIAN YANG NANTINYA AKAN TERJUN DI MASYARAKAT DALAM MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PETANI, HARUSLAH MEMILIKI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG CUKUP BAGAIMANA CARA MENYULUH YANG BAIK DI LAPANGAN, SEHINGGA PENYULUH ITU BENAR-BENAR MENJADI MOTIVATOR YANG BAIK DI MASYARAKAT

Jumat, 07 November 2014

RANGKUMAN TENTANG MASYARAKAT PEDESAAAN DALAM PEMBANGUNAN




TUGAS RANGKUMAN
TENTANG
MASYARAKAT PEDESAAAN DALAM PEMBANGUNAN

MATA KULIAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
SEMESTER V. B





                                                                 Disusun Oleh  :
ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378


                                                                     
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN  SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN, 2014


MASYARAKAT PEDESAAAN DALAM PEMBANGUNAN

Kita mengetahui bahwa teknologi tidak berkembang lewat satu jalan dan berbagai peradaban teknologi yang berbeda beda. Kita memenghadapi permasalahan bagaimana teknologi dapat membuat akomodasi terhadap lingkungan. Dalam proses modernisasi struktur struktur social perlu diperluas dan fungsi fungsinya menjadi semakin spesialisis trasformasi, Untuk mencapai tujuan tujuan tersebut diatas maka didalam melancarkan pembangunan dimana mana oleh karena pertumbuhan yang diusahakan lewat pembangunan terbukti sering tidak mencapai petani miskin pedesaaan.
Teknologi pedesaan diharapkan menjadi factor pendukung utama dalam meningkatkan produktifitas ekonomi pedesaan, pelu di kaji hubungan fungsional dari teknologi terhadap berbagai aspek masyarakat. Kemiskinan dipedesaan mempunyai kompleks dimensi dimensi yang saling berkaitan dan saling mempekuat prokutifitas rendah, pengangguran, tanah tanah, kurang gizi, morbiditas tinggi. Saya bertolak dari anggapan bahwa hal itu hanya dapat dilaksanakan dengan mengintroduksikan teknologi baru. Dengan perubahan teknologi fungsi produksi berbagai input sruktur pasaran, setiap program pembangunan yang membawa modernisasi masyarakat pedesaan menuntut perubahan kelakuan sehingga masyarakat dapat mengekspolisasi potensi potensi teknologi modern.
Oleh karena perubahan teknologi memerlukan perubahan sikap yang memudahkan adaptasi  kepada realita baru maka didalam rangka membangun perlu diusahakan pengembanganberbagai sikap baru, keterlibatan kepada suatu program yang sifatnya hanya exspresif atau symbol tidak akan membawa efektif,proses perlembagaan dari harapan mempunyai beberapa dimensi setengahnya moral setengahnya pragmatis, pelembagaan motivasi kapasitas dan harapan akan dapat membuat lebih mantap keterlibatan dan tanggungjawab, contohnya yang juga merusak solidaritas komunal di desa ialah system tebasan, demikian pula persepsi mengenai nilai anak dalam masyarakat agraris tradisional bertentangan dengan program KB selama dalam ekonomi agraris dengan teknologi sederhana,
Kemungkinan timbul hambatan dari establishment di desa yang terdiri atas elite desa pamong desa petani kaya dan pemimpin peminpin lainnya. Dalam suasana tradisional golongan itulah yang berpengaruh dengan otoritas tradisionalnya. Setiap pola organisasi yang mendorong perbaikan tingkat hidup menimbulkan kepentingan kepentingan bagi semua orang yang menggabungkan diri pada organisasi itu, terutam pengurusnya reaksi dari golongan terkemuka di


desa yang telah menikmati tingkat hidup lebih baik dan yang mempunyai kepentingan golongan pendekatan teknologi tepat guna merupakan alternatif yang cukup kuat dari pada pendekatan pendekatan lain dari pembangunan, perlu diakui bahwa ada kesadaran tentang kemungkinan membawa efisiensi ekonomi tidak perlu serasi dengan perkembangan dalam bidang kesejahtraan rakyat, strategi pembangunan yang mencakup adopsi teknologi dengan pengembangan sumberdaya juga memperhitungkan factor factor antara lain yang menimbulkan kesenjangan dan transformasi struktur pendekatanya menggunakan teknologi dengan wajah manusiawi seperti yang disebut oleh shumacher dala bukunya : small is beautiful.
Suatu pembahasan gotong royong dipedesaan ditinjau dari perspektif sejarah tidak dapat dilakukan secara jelas tanpa menggunakan suatu kerangka pengertian mengenai desa. Apabila kemudian timbul fungsi fungsi baru dan berbeda beda dengan disertai koordinasi yang serasi, sehingga masyarakat itu secara suatu keutuhan dapat berfungsi lebih baik. Solidaritas social dalam masyarakat ditentukan oleh interaksi proses pembagian pekerjaan dan proses pertukaran social serta dengan  moralitas yang timbul dari pertukaran itu. Menurut beberapa prasasti ada tiga lingkungan : 1. Kerajaan dengan ibu kota dan istana maharaja. 2. Daerah watak dan 3. Desa desa yang disebut wanua.
Kita masih menjumpai nama atau sebutan rama sebagai kepala keluarga yang menyepalai desa disebut buyut, penduduk desa sebagai anggota komunitas disebut dapur, selanjutnya masih terdapat pekerjaan dan budak yang disebut bhertya dan kawula. Seperti yang kita jumpai dipedesaan sekarang, hak serta kewajiban terutama pada penduduk inti, ialah semua keturunan cikal bakal, desa itu. Kedudukan dan peran penduduk inti kerndorpers masih sangat menonjol sampai awal abad 8 baik urusan keluarga maupun soal tanah atau ternak,sebagai contoh dapat diutarakan perkembangan di banten dimana penduduk berusaha untuk mengadakan kenduri bersama dan tidak lagi di rumah sendiri.
Dalam abad XIX semangat kegotong royongan bayak yang terwujud dalam bentuk pekumpulan tradisional, yang di jawa timur lebih di kenal segagai sinoman 12 sinoman itu beranggotakan para petani yang termasuk kelas gogol dan bertujuan untuk saling membantu dalam soal soal kematian. Bahwasanya gotong royong sebagai suatu manifestasi solidaritas yang telah membudaya dalam masyarakat pedesaan terbukti jelas jelas dari munculnya system ini secara spontan dilingkungan baru seperti didaerah transmigrasi.


Sebagai contoh gotong royong di bali yang paling terkenal ialah karma subak. Subak merupakan perkumpulan penggarap sawah yang mendapat air dari satu empul bendungan atau satu saluran air. Hampir setiap kehidupan di pedesaaan di sana dicakup dalam system seka, sebagai perwujudan yang kuat dari solidaritas masyarakat pedesaan.
Setelah melacak perkembangan system gotong royong sejak jaman kuno sampai masa sekarang, maka bagi usaha mengidentifikasikan system itu tersedia bahan bahan empiris untuk menunjukan serta merumuskan sifat dan hakekat system gotong royong serta fungsi apakah yang dijalankanya, lagi pula bentuk bentuk penyesuainya kepada lingkungan ekonomis dan social kultural. Pada masa transisi sekarang ini waktu mayarakat desa mengalami perubahan perubahan baik sebagai akibat usaha usaha pembangunan maupun sebagai akibat proses monetisasi dan komersiliasi, maka sangatlah penting peranan moralitas yang ada pada masyarakat pedesaan itu, terutama sebagai kekuatan yang dapat menahan kekuatan indifidualisme yang menyertai proses monetisasi atau komersialisasi tersebut di atas. Semangat gotong royong yang berakar kuat dalam tradisi itu dapat di beri fungsi fungsi baru, sehingga komunitas pedesaan tetap dapat melangsungkan esistensinya, bahkan dapat meningkatkan kehidupan anggota anggonya.             





Tidak ada komentar:

Posting Komentar