TUGAS RANGKUMAN
TENTANG
MASYARAKAT PEDESAAAN DALAM
PEMBANGUNAN
MATA KULIAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
SEMESTER V. B
Disusun Oleh
:
ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI
YOGYAKARTA
TAHUN,
2014
MASYARAKAT
PEDESAAAN DALAM PEMBANGUNAN
Kita
mengetahui bahwa teknologi tidak berkembang lewat satu jalan dan berbagai
peradaban teknologi yang berbeda beda. Kita memenghadapi permasalahan bagaimana
teknologi dapat membuat akomodasi terhadap lingkungan. Dalam proses modernisasi
struktur struktur social perlu diperluas dan fungsi fungsinya menjadi semakin
spesialisis trasformasi, Untuk mencapai tujuan tujuan tersebut diatas maka
didalam melancarkan pembangunan dimana mana oleh karena pertumbuhan yang
diusahakan lewat pembangunan terbukti sering tidak mencapai petani miskin
pedesaaan.
Teknologi
pedesaan diharapkan menjadi factor pendukung utama dalam meningkatkan
produktifitas ekonomi pedesaan, pelu di kaji hubungan fungsional dari teknologi
terhadap berbagai aspek masyarakat. Kemiskinan dipedesaan mempunyai kompleks
dimensi dimensi yang saling berkaitan dan saling mempekuat prokutifitas rendah,
pengangguran, tanah tanah, kurang gizi, morbiditas tinggi. Saya bertolak dari
anggapan bahwa hal itu hanya dapat dilaksanakan dengan mengintroduksikan
teknologi baru. Dengan perubahan teknologi fungsi produksi berbagai input
sruktur pasaran, setiap program pembangunan yang membawa modernisasi masyarakat
pedesaan menuntut perubahan kelakuan sehingga masyarakat dapat mengekspolisasi
potensi potensi teknologi modern.
Oleh
karena perubahan teknologi memerlukan perubahan sikap yang memudahkan adaptasi kepada realita baru maka didalam rangka
membangun perlu diusahakan pengembanganberbagai sikap baru, keterlibatan kepada
suatu program yang sifatnya hanya exspresif atau symbol tidak akan membawa
efektif,proses perlembagaan dari harapan mempunyai beberapa dimensi setengahnya
moral setengahnya pragmatis, pelembagaan motivasi kapasitas dan harapan akan
dapat membuat lebih mantap keterlibatan dan tanggungjawab, contohnya yang juga
merusak solidaritas komunal di desa ialah system tebasan, demikian pula
persepsi mengenai nilai anak dalam masyarakat agraris tradisional bertentangan
dengan program KB selama dalam ekonomi agraris dengan teknologi sederhana,
Kemungkinan
timbul hambatan dari establishment di desa yang terdiri atas elite desa pamong
desa petani kaya dan pemimpin peminpin lainnya. Dalam suasana tradisional
golongan itulah yang berpengaruh dengan otoritas tradisionalnya. Setiap pola
organisasi yang mendorong perbaikan tingkat hidup menimbulkan kepentingan
kepentingan bagi semua orang yang menggabungkan diri pada organisasi itu,
terutam pengurusnya reaksi dari golongan terkemuka di
desa
yang telah menikmati tingkat hidup lebih baik dan yang mempunyai kepentingan
golongan pendekatan teknologi tepat guna merupakan alternatif yang cukup kuat
dari pada pendekatan pendekatan lain dari pembangunan, perlu diakui bahwa ada
kesadaran tentang kemungkinan membawa efisiensi ekonomi tidak perlu serasi
dengan perkembangan dalam bidang kesejahtraan rakyat, strategi pembangunan yang
mencakup adopsi teknologi dengan pengembangan sumberdaya juga memperhitungkan
factor factor antara lain yang menimbulkan kesenjangan dan transformasi
struktur pendekatanya menggunakan teknologi dengan wajah manusiawi seperti yang
disebut oleh shumacher dala bukunya : small is beautiful.
Suatu
pembahasan gotong royong dipedesaan ditinjau dari perspektif sejarah tidak
dapat dilakukan secara jelas tanpa menggunakan suatu kerangka pengertian
mengenai desa. Apabila kemudian timbul fungsi fungsi baru dan berbeda beda
dengan disertai koordinasi yang serasi, sehingga masyarakat itu secara suatu
keutuhan dapat berfungsi lebih baik. Solidaritas social dalam masyarakat
ditentukan oleh interaksi proses pembagian pekerjaan dan proses pertukaran
social serta dengan moralitas yang
timbul dari pertukaran itu. Menurut beberapa prasasti ada tiga lingkungan : 1.
Kerajaan dengan ibu kota dan istana maharaja. 2. Daerah watak dan 3. Desa desa
yang disebut wanua.
Kita
masih menjumpai nama atau sebutan rama sebagai kepala keluarga yang menyepalai
desa disebut buyut, penduduk desa sebagai anggota komunitas disebut dapur,
selanjutnya masih terdapat pekerjaan dan budak yang disebut bhertya dan kawula.
Seperti yang kita jumpai dipedesaan sekarang, hak serta kewajiban terutama pada
penduduk inti, ialah semua keturunan cikal bakal, desa itu. Kedudukan dan peran
penduduk inti kerndorpers masih sangat menonjol sampai awal abad 8 baik urusan
keluarga maupun soal tanah atau ternak,sebagai contoh dapat diutarakan
perkembangan di banten dimana penduduk berusaha untuk mengadakan kenduri
bersama dan tidak lagi di rumah sendiri.
Dalam
abad XIX semangat kegotong royongan bayak yang terwujud dalam bentuk pekumpulan
tradisional, yang di jawa timur lebih di kenal segagai sinoman 12 sinoman itu
beranggotakan para petani yang termasuk kelas gogol dan bertujuan untuk saling
membantu dalam soal soal kematian. Bahwasanya gotong royong sebagai suatu
manifestasi solidaritas yang telah membudaya dalam masyarakat pedesaan terbukti
jelas jelas dari munculnya system ini secara spontan dilingkungan baru seperti
didaerah transmigrasi.
Sebagai
contoh gotong royong di bali yang paling terkenal ialah karma subak. Subak
merupakan perkumpulan penggarap sawah yang mendapat air dari satu empul bendungan
atau satu saluran air. Hampir setiap kehidupan di pedesaaan di sana dicakup
dalam system seka, sebagai perwujudan yang kuat dari solidaritas masyarakat
pedesaan.
Setelah
melacak perkembangan system gotong royong sejak jaman kuno sampai masa
sekarang, maka bagi usaha mengidentifikasikan system itu tersedia bahan bahan
empiris untuk menunjukan serta merumuskan sifat dan hakekat system gotong
royong serta fungsi apakah yang dijalankanya, lagi pula bentuk bentuk
penyesuainya kepada lingkungan ekonomis dan social kultural. Pada masa transisi
sekarang ini waktu mayarakat desa mengalami perubahan perubahan baik sebagai
akibat usaha usaha pembangunan maupun sebagai akibat proses monetisasi dan
komersiliasi, maka sangatlah penting peranan moralitas yang ada pada masyarakat
pedesaan itu, terutama sebagai kekuatan yang dapat menahan kekuatan
indifidualisme yang menyertai proses monetisasi atau komersialisasi tersebut di
atas. Semangat gotong royong yang berakar kuat dalam tradisi itu dapat di beri
fungsi fungsi baru, sehingga komunitas pedesaan tetap dapat melangsungkan
esistensinya, bahkan dapat meningkatkan kehidupan anggota anggonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar