SEBAGAI MAHASISWA PENYULUH PERTANIAN YANG NANTINYA AKAN TERJUN DI MASYARAKAT DALAM MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PETANI, HARUSLAH MEMILIKI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG CUKUP BAGAIMANA CARA MENYULUH YANG BAIK DI LAPANGAN, SEHINGGA PENYULUH ITU BENAR-BENAR MENJADI MOTIVATOR YANG BAIK DI MASYARAKAT

Rabu, 08 Januari 2014

MAKALAH SISTEM PERTANIAN TENTANG MULTIPLE CROPPING




MAKALAH
SISTEM PERTANIAN
TENTANG
MULTIPLE CROPPING



                                                                      Disusun oleh :
                                                                 
ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378




KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN  SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN, 2014




I.                      PENDAHULUAN


Dalam rangka meningkatkan produksi tanaman per satuan luas per satuan waktu telah banyak upaya yang dilakukan masyarakat baik melalui intensifikasi, ektensifikasi maupun diversifikasi, dengan tujuan utama adalah untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat yang semakin bertambah besar dan beragam sejalan dengan laju pertambahan jumlah penduduk yang cepat.  Kesenjangan yang terjadi antara pertambahan produksi yang rendah dan pertumbuhan penduduk yang relatif cepat mendorong upaya peningkatan produksi tanaman melalui pengelolaan tanaman yang tepat pada sebidang lahan melalui penerapan Multiple Cropping dengan input teknologi dan penggunaan sarana produksi yang memadai dengan hasil tanaman yang tinggi dan berkelanjutan.   
Pengelolaan tanaman dalam pola Multiple Cropping ini telah lama dipraktekkan petani di daerah tropis sejak ribuan tahun silam dengan input produksi yang sederhana dalam berbagai bentuk atau pola dengan jenis tanaman, produksi dan tingkat teknologi yang sangat beragam.  Semula ditujukan hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, namun akhir-akhir ini penerapan Multiple Cropping tidak hanya ditujukan untuk keperluan rumah tangga saja dalam waktu terbatas, tapi pada petani di negara maju telah dikembangkan dengan mengaplikasikan berbagai jenis tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang bervariasi untuk mencukupi kebutuhan pasar dengan teknologi ramah lingkungan. 
Penerapan teknologi dalam Multiple Cropping untuk mencukupi kebutuhan pangan di daerah tropis belum terwujud dan masih memerlukan kajian strategis dalam pencapaiannya, tapi petani di negara-negara maju, praktek Multiple Cropping dilakukan secara cermat dengan harapan produksi yang diperoleh secara kuantitas dan kualitas dapat dipertanggungjawabkan.  Beberapa studi kasus adanya praktek Multiple Cropping daerah tropis yang cukup berhasil memberikan pengharapan hidup yang memadai secara berkelanjutan, seperti pada masyarakat tani di Thailand, Filipina dan Indonesia.  Penerapan agrosilvopastural di Thailand yang menunjukkan hasil yang baik pada berbagai wilayah pegunungan di Chiang Mai, Chiang Rai, Chiang Dong, dan Propinsi Lampang.  Tanaman jagung di antara pohon Eucalyptus, Tanaman kopi di antara pohon Eucalyptus, tanaman sayuran di antara pohon lichi dan tanaman mangga.  Penanaman tanaman sela tersebut hanya efektif pada saat pohon belum tertutup kanopinya.  Pemandangan di atas banyak ditemukan pada pola pertanaman di Chiang Mai, Thailand. Sementara di Indonesia, penerapan Multiple Cropping juga cukup prospektif dengan pola yang beragam seperti yang dilakukan petani di Pulau Jawa, Bali, Sumatra dan Sulawesi Selatan.  Melalui input teknologi sederhana, peningkatan produksi tanaman disertai jaminan mutu yang terjaga dalam pola pertanaman ganda merupakan harapan petani masa depan yang menjanjikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.



1.1  Multiple Cropping sebagai Upaya Peningkatan Produksi

Disadari penuh bahwa peningkatan produksi dapat diupayakan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi guna memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku industri dan kebutuhan lainnya. Kedua usaha dimaksud telah lama digalakkan, namun peningkatan produksi belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat akibat pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan kenaikan produksi pertanian. Di lain pihak luas lahan garapan juga semakin terbatas, sehingga lahirlah petani kecil yang berlahan sempit dengan lokasi garapan yang terpencar mengakibatkan aplikasi teknologi terbatas.
Petani berlahan sempit merasakan pentingnya penggunaan waktu dalam berusahatani. Pada dekade silam produksi pertanian secara umum telah mengalami peningkatan dengan (i) penanaman pada lahan yang luas, tetapi sekarang scope-nya semakin terbatas dengan permasalahan yang makin kompleks terutama berkaitan dengan adanya kepemilikan lahan yang semakin sempit. Oleh karena itu sekarang ini sangat ditekankan pada (ii) peningkatan produksi per satuan luas. Hal ini sudah dikembangkan dengan baik khususnya daerah-daerah beriklim sedang. Dan pada negara-negara yang sedang berkembang di daerah tropik menekankan pada (iii) penanaman banyak tanaman setiap tahun atau menerapkan sistem multiple cropping. Secara teori, kemungkinan produksi tinggi dapat dicapai dengan menerapkan tiga pendekatan tersebut yaitu secara terus menerus menanam tanaman yang berproduksi tinggi pada lahan yang tersedia terutama adanya fenomena makin sempitnya pemilikan lahan oleh petani. Karena itu petani berupaya bagaimana caranya mengusahakan lahannya yang sempit seefisien mungkin dengan berbagai jenis tanaman dalam pola yang tepat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian usaha peningkatan produksi pertanian per satuan luas dan waktu perlu mendapat perhatian.  Upaya peningkatan produksi dan mutu tanaman dalam  areal yang terbatas pada waktu tertentu dapat dilakukan melalui penerapan ”Multiple Cropping”.

1.2. Pengertian Multiple cropping

Batasan sederhana dari Multiple Cropping dapat dilihat dari dua suku kata yang menyusunnya, yakni ”multiple” artinya ”ganda” dan ”cropping” artinya ”pertanaman”, maka arti Multiple Cropping dari asal katanya adalah ”pertanaman ganda”. Namun demikian secara sederhana Multiple cropping pengertiannya disamakan dengan tanaman ganda atau tumpang gilir adalah pengusahaan berbagai jenis tanaman pada sebidang lahan yang sama dalam jangka waktu satu tahun. Sedang menurut Neal C. Stoskopt (1981) mengartikan multiple cropping adalah pertumbuhan dua jenis tanaman atau lebih pada sebidang lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Dengan demikian memberikan gambaran yang komprehensif bahwa dalam multiple cropping dapat dilakukan pemungutan hasil atau panen lebih dari satu kali dalam jangka waktu selama satu tahun.
Praktek pengusahaan tanaman dalam multiple cropping meliputi semua jenis tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat seperti tanaman semusim, tanaman tahunan, ternak, atau ikan yang dipelihara di sawah melalui pola penanaman yang tepat dan sesuai.
Sistem tersebut sudah tidak asing lagi bagi kita karena sudah lama dikenal oleh petani secara tradisional di Indonesia. Pada lahan kering, tegalan, dan pekarangan diusahakan pertumbuhan tanaman dan pola tanam yang sesuai pada suatu lahan merupakan interaksi antara tanah, iklim, tanaman dan pengelolaannya. Setiap jenis tanaman akan tumbuh dengan baik apabila kebutuhan minimal terhadap faktor-faktor yang diperlukan terpenuhi. Sedangkan hasil yang diperoleh akan menguntungkan bilamana susunan faktor-faktor yang diperlukan tersedia secara optimal.
Berbagai terobosan dalam teknologi pertanian telah ditemukan oleh ahli agronomi dan telah dilakukan oleh petani untuk melipatgandakan hasil pertanian tanpa merusak kesuburan tanah, kelestarian air, serta dengan biaya produksi yang sangat rendah. Salah satu di antaranya adalah pemanfaatan lahan dengan berbagai jenis tanaman per satuan luas dalam jangka waktu tertentu. Sistem ini dikenal multiple cropping sebagai dimensi ketiga dalam upaya peningkatan produksi pertanian. Aneka macam tanaman pangan, dan tanaman perkebunan yang diusahakan oleh petani seperti kelapa, cengkeh, jambu mete dan sebagainya.
Pada lahan sawah yang beririgasi dalam musim hujan di samping ditanami padi, juga petani sempat menanam palawija seperti jagung, kacang panjang dan sebagainya. Di atas pematang atau gelengan sawah tersebut. Apalagi sawah sistem sorjan dimana lahan pertanian dapat dibagi dua secara berselingan yaitu lahan kering (guludan) dan lahan basah (tabukan).
Daerah persawahan yang memperoleh air pengairan sepanjang tahun dimungkinkan untuk menanam padi secara terus menerus, kecuali ada masalah lain. Biasanya pada daerah irigasi ini lahan yang dimiliki petani lebih sempit bila dibandingkan dengan lahan tanpa irigasi. Berdasarkan kenyataan ini masih banyak petani yang mengusahakan padi sawah satu kali dalam setahun dengan lahan yang begitu sempit sehingga hasilnya tidak cukup untuk kebutuhan keluarganya. Mereka membiarkan tanahnya kosong setelah panen padi walaupun masih ada kemungkinan untuk mengusahakan satu kali pertanaman lagi, terutama jenis-jenis tanaman yang berumur pendek.
Petani dengan tanah garapan yang terbatas mengusahakannya secara efisien mungkin untuk mencukupi keperluan hidup keluarganya sehari-hari. Dengan demikian usaha mempertinggi produksi pertanian persatuan luas sambil menjaga kesuburan tanah dan kelestarian air, tentu akan menjadi sangat penting dan besar artinya bagi kesejahteraan petani. Telah diketahui bahwa peningkatan produktivitas satuan luas lahan dapat dilakukan dengan perbaikann kinetika tanaman, peningkatan pemakaian pupuk, teknik pengendalian hama penyakit yang baik, pengelolaan dan pengolahan tanah yang baik serta pengelolaan dan pemanfaatan air irigasi (Richard et al, 1984).
Dalam usaha meningkatkan produksi pertanian per satuan luas persatuan waktu maka daya guna tanah, air, sinar matahari dan waktu perlu ditingkatkan. Melalui upaya ini kita dapat memperpendek saat kosong (bera) sebidang lahan. Dengan kata lain mengusahakan sejauh mungkin adanya pertanaman pada sebidang lahan sepanjang tahun. Upaya seperti tersebut sebenarnya telah dilakukan oleh petani yang memiliki tanah garapan sempit meskipun belum diusahakan secara intensif.

1.3.  Manfaat penerapan sistem multiple cropping
Dalam melaksanakan sistem multiple cropping akan diperoleh manfaat sebagai berikut:
1.      Mencegah tibanya masa paceklik karena volume dan frekuensi panen bertambah.
2.      Mengurangi pengangguran musiman. Dalam hal ini tenaga kerja dapat diatur dengan baik sehingga dapat mencegah pengangguran sepanjang tahun.     
3.      Memperbaiki taraf hidup petani karena dengan sistem multiple cropping pendapatan petani meningkat, mengurangi resiko kegagalan panen dan memperbaiki keanekaragaman pangan serta nilai gizi makanan masyarakat.
4.      Bila dilakukan secara intensif dan sistematis akan dapat menekan biaya produksi dan dapat mempertahankan produktifitas tanah yang cukup tinggi.
5.      Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit, tumbuhan penganggu atau mempertahankan stabilitas biologis.
6.      Dengan penerapan multiple cropping baik dan tepat akan dapat memberikan solusi bagi masalah kekurangan pangan umat manusia di daerah rawan dan juga efisien dalam hal penggunaan sumber daya tanah, air, cahaya dan modal lebih ditingkatkan.
7.      Pengendalian erosi dengan penutup tanah karena permukan tanah dapat tertutup sepanjang tahun. Erosi dan pencucian unsur hara juga dapat diminimalkan dengan menggilir tanaman legum dan non-legum.
8.      Merupakan upaya mempertahankan kesuburan tanah dengan penggunaan pupuk hijau terutama tanaman yang dapat mengfiksasi nitrogen dari udara.

Salah satu contoh penerapan sistem multiple cropping (menanam kacang ijo sebelum padi) di Thailand (Pookpakdi, 1992) telah memberikan keuntungan atau manfaat sebagai berikut:
a.       Memberikan pendapatan ekstra petani lahan kering hanya dalam jangka waktu pendek (lebih kurang 70 hari).
b.      Populasi gulma di lahan petani berkurang, sehingga memudahkan persiapan lahan untuk tanaman padi sebagai tanaman berikutnya.
c.       Unsur nitrogen dapat disuplai ke dalam tanah akibat adanya fiksasi nitrogen oleh kacang hijau yang memberikan keuntungan bagi tanaman padi.
d.      Meningkatkan ektivitas di lahan pertanian sehingga dapat membantu upaya pengurangan perpindahan penduduk ke daerah lain termasuk ke kota. 

1.4.  Perwujudan multiple cropping
Perwujudan dalam sistem multiple cropping antara lain sebagai berikut:
a.                   Tanam gilir adalah pengusahaan tanaman pada sebidang lahan dengan menanam tanaman jenis lain berikutnya setelah panen.
Contoh:  Setelah panen kapas diikuti dengan penanaman jagung atau kedelai dan lain sebagainya.
b.                  Tanam sisip adalah pengusahaan tanaman pada sebidang lahan dengan cara menanam benih atau bibit tanaman berikutnya pada saat menjelang panen. Tanaman sisip biasa pula disebut dengan Relay Planting.
Contoh:  Ubi jalar ditanam pada saat menjelang panen jagung.
c.                   Tanaman sela adalah usaha pertanaman tanaman semusim di antara barisan tanaman utama (tanaman tahunan) selama tanaman utama belum menghasilkan. Tanaman sela biasa pula disebut Interculture.
Contoh:  Padi gogo di antara tanaman kelapa, jagung di antara tanaman cengkeh/ coklat dan sebagainya.
d.                  Tanaman beruntun adalah pengusahaan satu jenis tanaman pada sebidang lahan yang ditanam segera setelah tanaman sebelumnya selesai dipanen. Tanaman beruntun sama dengan istilah Sequential Planting.
Contoh:  Padi dengan kedelai di lahan sawah.
e.                   Tumpang sari adalah pengusahaan lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan dengan jarak tanam yang teratur. Tumpang sari sama dengan istilah Inter Cropping
Contoh : padi gogo ditumpangsari dengan jagung dan ubikayu.
f.                   Tanam kepras adalah pengusahaan tanaman pada sebidang lahan dengan menanam melalui pemangkasan dan memelihara terus hasil pangkasan untuk menghasilkan panen baru. Tanam kepras sama dengan dengan istilah Ratoon.
Contoh : tebu dan padi
g.                  Tanam campur adalah pengusahaan lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan tanpa jarak tanam yang teratur. Tanam campur sama dengan istilah Mixed Cropping.
h.                  Sistem surjan adalah sistem pengelolaan sebidang lahan pertanian yang dibagi dua secara berselingan yaitu lahan kering (guludan) dan lahan basah (tabukan) kemudian ditanami dengan jenis tanaman yang cocok dengan kondisinya masing-masing.
Contoh: lahan basah ditanami dengan padi dan lahan kering ditanami palawija.

Adapun tanaman yang menjadi alternatif pilihan dalam sistem multiple cropping harus memenuhi syarat-syarat antara lain :
a.                   harus dapat menambah atau mempertahankan keseburan tanah.
b.                  Komplementer dan suplementer satu dengan yang lainnya baik dalam hal unsur hara maupun sinar matahari.
c.                   Nilai ekonomisnya tinggi, laku dipasaran serta mempunyai nilai kompetitif yang tinggi. Disamping itu juga jenis tanaman yang dibutuhkan masayarakat pada setiap saat.
d.                  Dapat menggunakan tenaga kerja yang efisien.
e.                   Diharapkan jenis tanaman yang tidak merugikan tanamanlebih baik ditinjau dari aspek morfologi maupun fisiologi.

Untuk lebih meyakinkan dalam upaya peningkatan pendapatan oleh adanya penerapan sistem multiple cropping dapat dilihat pada Tabel 1.
Sistem Pertanaman
Pendapatan Bersih ($U.S/ha)
Peningkatan pendapatan dari penanaman padi secara monokuler ($U.S/ha) 
Peningkatan pendapatan
Padi monokultur
Kacang tanah-padi
Jagung manis-padi-k.ijo
Jagung pulut-padi-k.ijo
Ubi jalar-padi-k.tanah
325
631
1869
1487
1369
0
306
1544
1162
1044
0
94
475
357
321
Sumber : Departemen of Agriculture Thailand (1991)

1.5. Istilah dalam Pola Tanam Tumpang Gilir

Dalam sistim pertanaman ganda, pola tanam tumpang gilir telah berkembang maju disbanding dengan pola lainnya.  Beberapa istilah lain yang berkaitan dengan Pola Tanam Tumpang gilir adalah sebagai berikut:
1.      Tanaman Tumpang Gilir adalah suatu usaha penanaman secara tumpang sari, bersisipan, ratoon, bergiliran dan lain-lain yang mendatangkan panen – hasil lebih dari satu kali selama periode satu tahun pada sebidang lahan.
Tanaman tumpang gilir diterjemahkan menjadi : ”Multiple Cropping”
2.      Tanam Tumpang Sari adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan, dimana lebih dari satu jenis tanaman ditanam dan tumbuh bersama dengan jarak tanam dan larikan yang teratur.
Tanam Tumpangsari diterjemahkan menjadi “Intercropping”.
3.      Tanam Bersisipan adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan, dimana terjadi penamanan benih atau bibit tanaman baru di antara tanaman lama yang sudah berbunga-bunga atau setengah umur. Tanam bersisipan = “Relay Cropping”.
4.      Tanam Bergiliran adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan, dimana penanaman tanaman baru berikutnya dilakukan setelah tanaman lama sebelumnya telah selesai dipanen habis.
Tanaman bergiliran = “Sequential Planting”.
5.      Tanam Campur adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan, dimana lebih dari satu jenis tanaman dan tumbuh bersama tanpa jarak tanam dan larikan yang diatur, tetapi bercampur secara acak. Tanaman campuran  “Mixed Cropping”.
6.      Tanam Sejenis adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan, dimana hanya satu jenis tanaman yang ditanam dan Dipelihara sampai dipanen habis. Tanaman sejenis = “Monoculture”.
7.      Tanaman Sela adalah suatu usaha penanaman tanaman semusim atau setahun di antara tanaman tahunan. Tanaman sela = ”Interculture”.
8.      Panen Tunggal adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan, dimana hanya terjadi hanya satu kali panen selama periode satu tahun. (Ini tidak termasuk tumpang gilir). Panen tunggal diterjemahkan menjadi “Monocropping”.
9.      Panen Kembar = Panen Ganda adalah suatu usaha pertanaman pada sebidang lahan, dimana terjadi dua kali panen habis selama periode satu tahun yang berasal dari dua kali penanaman. Di sini terjadi satu kali pergiliran tanaman sejenis.
Tanam kembar = “Double Cropping”.
10.  Rotasi Tanaman (Crop Rotation) adalah suatu pergiliran tanaman, hanya dalam pergiliran tersebut terdapat lebih dari satu jenis tanaman.
11.  Tumpangsari Bersisipan (Relay Intercropping) adalah tumpang sari yang disusul menyusul secara bersisipan.
12.  Tumpangsari Bergiliran (Sequantial Intercropping) adalah tumpang sari yang susul menyusul secara bergiliran.
13.  Tanam Jejer Wayang = tanaman bersisipan (relay planting).
14.  Tanam Beruntun = tanam bergiliran hanya penanaman dilakukan langsung tanpa pengolahan tanah lebih dahulu.
15.  Tanam Selambur = suatu usaha penanaman pada sebidang lahan, dimana berbagai varietas dari satu jenis tanaman ditanam bersamaan secara tercampur.
16.  Pemangkasan = (ratoon) adalah suatu usaha pemangkasan tanaman bersamaan dengan panen habis dengan maksud agar tumbuh tunas baru yang akan mendatangkan hasil lagi.
17.  Sorjan adalah suatu lahan yang dibentuk menjadi dua ketinggian permukaan, yaitu permukaan atas dan permukaan bawah yang berdampingan dan berselingan pada sebidang lahan.
18.  Tanam Berjalur (Strip Cropping) adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan, dimana masing-masing jenis tanaman ditanam secara berjalur dan berselingan, satu lajur terdiri dari suatu jenis tanaman dalam beberapa baris.
19.  Diversifikasi Tanaman adalah suatu usaha penanaman berbagai jenis dan varietas tanaman pada sebidang lahan dengan maksud memenuhi sebagian besar macam kebutuhan penanam dan masyarakat.
20.  Pola Tanam (Cropping Pattern) suatu susunan dan atau urutan tanaman pada sebidang lahan selama periode satu tahun termasuk pengolahan tanah dan bero (kosong) di dalamnya. Pola tanam disebut juga pola pertanaman.
21.  Sistem Bertanam (Cropping System) adalah suatu usaha penanaman pada sebidang tanah menurut pola tanaman yang sesuai dengan kemauan, kemampuan dan tujuan petani penanam.
22.  Pola Usahatani (Farming Pattern) or Farm Layout adalah suatu susunan dan atau urutan cabang-cabang usaha tani pada sebidang lahan atau areal usaha tani dalam suatu pengelolaan.
23.  Sistem Usahatani (Farming System) adalah suatu usaha lebih dari satu cabang usaha tani pada sebidang lahan atau areal usaha tani dalam satu pengelolaan, sesuai dengan kemauan, kemampuan dan tujuan petani. Cropping system merupakan sub sistem dari pada Farming System.
24.  Ratio Setara Tanah (RST) or Land Equivalent Ratio (LER) adalah jumlah luas lahan yang dibutuhkan untuk penanaman monokultur setiap jenis tanaman untuk menghasilkan produksi yang sama jumlahnya dengan hasil tumpang sari seluas 1 Ha.
25.  Index Tumpangsari (Multiple Cropping Index) adalah hasil dari perbandingan antara jumlah luas masing-masing jenis tanaman dalam pola tanam selama setahun dengan luas lahan yang tersedia untuk ditanami dikalikan 100.
26.  Index Intensitas Tumpangsari (Multiple Cropping Intensity Index) adalah hasil dari perbandingan antara jumlah luas kali umur masing-masing jenis tanaman dalam pola selama setahun kali 100 dengan luas lahan yang tersedia untuk ditanami kali dua bulan.

27.  Indeks Pertanaman (Cropping Index) adalah hasil dari perbandingan antara jumlah luas pertanaman dalam pola tanam selama setahun kali 100 dengan luas lahan yang tersedia untuk ditanami.
28.  Indeks Intensitas Pertanaman (Cropping Intensity Index) adalah hasil perbandingan antara jumlah luas pertanaman dalam pola tanam selama setahun kali 100 dengan luas lahan yang tersedia untuk ditanami.
29.  Ekologi Lahan adalah pembagian lahan (“Land”) berdasarkan ekologi budidaya tanaman, yaitu : lahan sawah berpengarian, lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan rawa termasuk lebak dan pasang surut.
30.  Intensifikasi suatu usaha peningkatan hasil produksi tanaman per hektar (ton/ha) dengan peningkatan input dan teknologi tepat guna.
31.  Ekstensifikasi suatu usaha pengembangan atau perluasan areal tanaman untuk meningkatkan produksi secara keseluruhan.
32.  Tumpang Gilir suatu usaha peningkatan hasil produksi tanaman per satuan luas per satuan waktu (ton/ha/tahun) dengan peningkatan intensitas, produktivitas termasuk intensifikasi, dan ekstensifikasi di dalamnya serta menjamin kelestarian usahatani. Sehingga terjadi peningkatan efisiensi daya guna lahan sumber alam teknologi dan kemampuan petani yang berkelangsungan terus menerus.
33.  Denah Tumpang Gilir adalah gambar tata letak tanaman dalam pola tanam tumpang gilir pada sebidang lahan dilihat dari atas.


1.6. Perkembangan Multiple Cropping

      Multiple Cropping merupakan salah satu upaya nyata dilakukan manusia untuk memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien dengan menggunakan berbagai jenis tanaman pada musim tertentu.   Praktek penanaman tanaman secara Multiple Cropping telah lama dilakukan oleh masyarakat, namun sampai saat ini belum dilakukan secara benar, sehingga masih perlu pengembangan. 
Pembangunan pertanian dalam arti luas perlu terus dikembangkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan daerah.
Dalam setiap pembicaraan tentang pembangunan pertanian, sumberdaya alam dan lingkungan tidak boleh diabaikan. Hal ini penting mengingat aktivitas pertanian adalah aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti air, tanah dan organisme yang telah diketahui manfaatnya, yang pada dasarnya memanfaatkan proses biologi dengan ragam teknologi yang dikuasai masyarakat.
Sejak ratusan tahun silam, pertanian merupakan suatu kegiatan ekonomi yang sangat esensial bagi kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Sektor ini juga merupakan sektor ekonomi yang mempengaruhi dan sangat tergantung pada faktor lingkungan (FAO, 1991). Di wilayah Asia dan Pasifik mempunyai kurang lebih 23% dari total luas areal dunia dan sekitar 30% dari areal dunia yang dapat dikelola, tetapi 56% dari total penduduk dunia yang bermata pencaharian pertanian (FAO, 1991).
Penduduk dunia terus bertambah sehingga pertanian terus dipacu untuk memenuhi kebutuhan esensial umat manusia serta unutk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Netherlands Conference on Agriculture and the Environment (FAO, 1991) disebutkan bahwa lebih dari 500 juta umat manusia adalah kesulitan dalam pendapatan dan kekurangan akan bahan makanan. Oleh karena itu, tantangan para pakar agronomi dunia termasuk Indonesia yang utama bukanlah industrialisasi pertanian tetapi untuk jaminan kecukupan pangan bagi umat manusia. Dengan demikian tugas kita khususnya yang punya disiplin ilmu dan punya kepedulian di bidang pertanian adalah memberikan pangan dan kesejahteraan bagi seluruh dunia termasuk Asia Pasifik dan Indonesia. Tingginya permintaan sebagai hasil pertumbuhan penduduk dan urbanisasi serta kurangnya alternatif pekerjaan di lingkungan sekitarnya sehingga mendorong bidang pertanian untuk meningkatkan produksi dan disinyalir telah menimbulkan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Seperti halnya pertanian di negara sedang berkembang yang mempunyai ciri-ciri antara lain lahan umumnya sempit dan mulai diperhadapkan dengan degradasi sumberdaya alam. Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam seperti penebangan hutan, kerusakan lahan, penyalagunaan penggunaan pestisida dan bahan kimia serta berkurangnya keragaman genetik. Penggunaan pestisida yag cukup berat seperti insektisida, herbisida dan fungisida adalah menyebabkan meningkatnya resistensi terhadap hama penyakit dan mengurangi musuh-musuh alami. Pengurangan areal hutan dan bertambahnya areal ang dapat dikelola yang diakibatkan oleh peningkatan kebutuhan areal pertanian khususnya di tingkat petani miskin dan berlahan sempit. Kerusakan hutan menyebabkan meningkatnya penggunaan pestisida, kadar garam dan kehilangan plasma nutfah (sumber keragaman genetik). Petani kadang mempunyai masalah dalam mengelola lahannya, panen dengan produksi rendah yang membuat mereka hidup di bawah garis kemiskinan dan kurangnya ksempatan untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Sehingga pada saat ini maupun pada masa datang diupayakan peningkatan produksi dengan berbagai terobosan rekayasa teknologi namun dengan pemakaian akan bahan kimia seminimal mungkin, konservasi dan efisiensi penggunaan lahan pertanian dalam mempertahankan keragaman biologis (biodiversity).
Teknologi budidaya yang ditawarkan kepada petani haruslah memenuhi minimal tiga syarat yaitu ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Dengan demikian menyongsong masa depan dengan konsep pertanian atau penyediaan bahan makanan yang berkelanjutan perlu ditekankan teknologi yang dapat menghasilkan komoditi pertanian yang menguntungkan dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Demikian pula dengan teknologi dimaksud akan ditransformasi di lingkungan masyarakat tani haruslah meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat dan pada tahap selanjutnya pembangunan pertanian haruslah menekankan guna terpenuhi kebutuhan sendiri, kwalitas produksi dan ekspor serta tingginya nilai tambah yang diperoleh dari komoditi pertanian dan aman bagi lingkungan. 
Untuk produksi tanaman yang berkelanjutan antara lain dapat dicapai dengan memperkenalkan dan menerapkan tanaman campuran, rotasi tanaman dan segala untuk perwujudan multiple cropping pada berbagai agroekosistem ketimbang pertanian dengan sistem pertanian monokultur. Dengan konsep pendekatan sistem Multiple cropping di samping terwujudnya upaya peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan, maka juga diharapkan akan merupakan upaya tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Di samping itu penggunaan legum dalam konsep dimaksud akan meningkatkan kesuburan tanah yang pada gilirannya akan tetap menyediakan kebutuhan unsur hara tanaman sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimiawi.


DAFTAR PUSTAKA


Kanisius. 1976. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius, Yogyakarta.
———-. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.
Sunu, P. dan Wartoyo. 2006. Dasar-dasar Hortikultura (on-line).http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html, diakses pada tanggal 10 Januari 2008.



3 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus