LAPORAN FILDTRIP
MATA KULIAH
MEDIA PENYULUHAN I
TENTANG
PROGRAM KEAHLIAN
MULTIMEDIA
Disusun Oleh :
SEMESTER I
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI
YOGYAKARTA
TAHUN,
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah, SWT atas limpahan rahmat dan
karunia Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
fildtrip yang berjudul Media
Penyuluhan I ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Media penyuluha I , dengan Bapak,
Cucuk Redono SP, MP. beserta Asisten
Dosen Bapak Jonni Kurniawan, SST selaku pengampuh mata kuliah ini.
Penulis
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian Laporan
fildtrip ini. Penulis harap, dengan membaca Laporan fildtrip ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Media
Penyuluhan I khususnya bagi Penulis. Pada akhirnya Penulis menyadari
bahwasanya Laporan fildtrip ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dan membantu Penulis membuat
Laporan fildtrip yang lebih baik lagi dimasa yang akan dating.
Yogyakarta,
28 Oktober, 2014
Penulis
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam kurikulum
pendidikan STSRD VISI terdapat materi presentasi pada tiap mata kuliahnya. Hal
tersebut menjadi salah satu pertimbangan yang tidak memungkinkan bagi tuli untuk
mengambil program D3 dan S1. Keterbatasan pendengarannya, selama ini diyakini
akan menjadi hambatan dalam menempuh tugas presentasi yang terdapat pada setiap
mata kuliah di STSRD VISI,” jelasnya menyampaikan alasan penolakan. Semua
mahasiswa harus mempresentasikan idenya di depan mahasiswa lain dan dosen,
kurikulum ini harus dilalui dengan baik oleh seluruh mahasiswa. Hal lain yang
menghambat adalah, adanya materi kuliah bahasa Inggris yang menuntut semua
mahasiswa mampu berbahasa Inggris secara lisan dan tulis dengan baik. Dua hal
tersebut adalah pertimbangan bagi STSRD VISI belum bisa memberikan kesempatan
pada difabel tuli untuk mengambil program studi berjenjang D3/S1,” menambahkan
Wahyu dalam penjelasannya. Namun, kesempatan masih diberikan oleh Program
Profesi Desain Grafis (PPDG) diploma satu (D1) STSRD VISI “Berdasar pengalaman,
beberapa mahasiswa dengan disabilitas tuli mampu menempuh program pendidikan
jalur D1 tersebut. Pada jenjang D1 kurikulum lebih pada ilmu terapan, sedangkan
pada jenjang D3/S1 lebih menekankan pada aspek pemahaman konseptual dan
teoritikal” ujar Wahyu. Menurut Wahyu,
STSRD VISI
memiliki otonomi untuk mengubah kurikum. Hal itu akan dilakukan untuk
mengakomodasi kebutuhan dan memberikan aksesibilitas bagi difabel khususnya
tuli, melalui evaluasi kurikulum. Proses evaluasi dilaksanakan setiap tiga
tahun sekali, dan tahun ini baru memasuki proses pelaksanaan evaluasi
kurikulum. Kebutuhan aksesibilitas bahasa bagi tuli akan menjadi agenda yang
dibahas dalam evaluasi kurikulum yang sedang dalam proses tersebut. Sebagai
salah satu wujud kepedulian, pemahaman dan langkah berproses memberikan
aksesibilitas bagi tuli, STSRD VISI memulai dengan memberikan dukungan pada
difabel tuli untuk mengadakan pameran fotografi maupun lukisan di galeri yang
dimiliki PT tersebut dan program pengabdian lapangan bagi mahasiswa akhir STSRD
VISI, akan memungkinkan merekomendasikan komunitas tuli menjadi bagian program
pelatihan fotografi,” ungkap Wahyu pada Solider.
B.
Landasan Teori
Pada tahun , Henry
Cole menjadi salah seorang yang paling berpengaruh dalam pendidikan desain di
Inggris, ia meyakinkan pemerintah tentang pentingnya desain dalam sebuah jurnal
yang berjudul Journal of Design and Manufactures. Dia menyelenggarakan The
Great Exhibition sebagai perayaan atas munculnya teknologi industri modern dan
desain bergaya Victoria. Dari tahun 1891 sampai 1896, Percetakan William Morris
Kelmscott mempublikasikan buku karya desain grafis yang dibuat oleh gerakan
Arts and Crafts , dan membuat buku dengan desain yang lebih bagus dan elegan
untuk dijual kepada orang-orang kaya. Morris membuktikan adanya potensi pasar
untuk produk-produk desain grafis. Morris juga mempelopori pemisahan desain
grafis dari seni rupa. Karya –karya Morris dan karya dari pergerakan Private
Press secara langsung mempengaruhi Art Nouveau, dan secara tidak langsung
mempengaruhi perkembangan desain grafis pada awal abad ke 20.
Kata Desain Grafis
pertama kali digunakan pada tahun 1922 di sebuah esai berjudul New Kind of
Printing Calls for New Design yang ditulis oleh William Addison Dwiggins,
seorang desainer buku Amerika. Raffe's Graphic Design, yang diterbitkan pada
tahun 1927, dianggap sebagai buku pertama yang menggunakan istilah Desain
Grafis pada judulnya The signage in the London Underground adalah contoh desain
klasik pada abad modern yang menggunakan jenis huruf yang dirancang oleh Edward
Johnston pada tahun 1916. Pada tahun 1920, Aliran konstuktivisme di Uni Soviet
melihat seni yang berorientasi individu tidak ada gunanya bagi Rusia dan
membuat sesuatu yang dapat diterapkan di dunia nyata. Mereka mendesain
bangunan, perangkat teater, poster, kain, pakaian, perabot, logo, menu, dll. Jan
Tschichold merumuskan prinsip-prinsip dasar tipografi modern pada tahun 1928
dalam bukunya yang berjudul New Typography. Tschichold, Bauhaus,Herbert Bayer
and Laszlo Moholy-Nagy, and El Lissitzky adalah tipografer yang berpengaruh
besar dalam ilmu desain grafis yang kita kenal sekarang ini.
C.
Tujuan
·
Siswa-siswi
STPP Yogyakarta dapat mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dalam pembuatan
kartun dan desain –desain lainnya dari siswa didik dan staff pengajar STSRD
visi.
·
Mengetahui
berbagai cara dalam pembuatan kartun dan desain-desain lain.
·
Menambah
ilmu dan pengetahuan dalam pembuatan kartun, pensablonan dan ilmu dari
mahasiswa dan staff pengajar STRSD visi.
·
Menambah
dan melebarkan kemitraan STPP Yogyakarta dengan sekolah tinggi seni rupa desain
visi ( STSRD visi).
D.
Manfaat
·
Siswa-siswi
STPP Yogyakarta dapat membuat sebuah rangkaian gambar diam menjadi gambar
gerak secara sederhana dengan peralatan dan software yang sederhana
·
Siswa-siswi
STPP Yogyakarta dapat mengetahui lebih jauh pembuatan fil kartun / animasi dan
hasil desain lain dari contoh siswa didik dan staff pengajar STSRD visi
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Adapun
materi yang disampaikan oleh Pak Wahyu Tri Widadjo, S.s.,M.Sn. adalah sebagai berikut :
Desain/Media
Komunikasi Visual terdiri dari :
a.
Aspek
Visual
Merupakan
elemen yang terlihat dan menjadi kosa kata dan kalimat yang menjelaskan pesan),
seperti : Warna, Teks, Gambar/Bentuk, Gerak, Ilustrasi
b.
Aspek
Komunikasi
Merupakan
elemen yang membentuk suatu komunikasi
·
Alur komunikasi adalah sebagai berikut :
Source è Maessage è
Receiver
Sumber Pesan è Pesan è Penerima Pesan
a. Aspek Desain
Tujuan utama dalam membuat desain
adalah agar pesan yang ada bisa berhasil dikomunikasikan kepada khalayak
sasaran pada suatu kesempatan
Bentuk
desain adalah :
·
Desain yang bagus adalah desain yang sederhana,
(jangan
membuat media yang rumit dan tidak dipahami oleh sasaran)
·
Desain yang dibuat harus memiliki
keunikan tersendiri agar dapat menarik perhatian sasaran
Dalam kegiatan ini mahasiswa juga
diajak berkunjung ke beberapa tempat yang
menjadi tempat praktek di Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Visi
Indonesia (STSRD VISI) Yokyakarta, yaitu :
a.
Studio
Grafika
Distudio ini mahasiswa Semester I
STPP Yogyakarta mendapat penjelasan
tentang :
·
studio grafika
·
prasarana dan sarana pembuatan pin,
sablon pada baju, gelas, dan piring
·
sistem penggunaan/cara kerja alat-alat
tersebut
·
cara pembuatan pin dan sablon
b.
Studio
Komputer
Distudio ini mahasiswa Semester I
STPP Yogyakarta mendapat penjelasan
tentang :
·
studio komputer
·
Melihat prasarana dan sarana berupa
rangkaian unit komputer yang digunakan pada studio tersebut
·
Melihat hasil karya mahasiswa STSRD VISI Yogyakarta berupa Poster
c.
Studio
Fotografi
Distudio ini mahasiswa Semester I
STPP Yogyakarta mendapat penjelasan
tentang :
·
studio fotografi
·
Melihat dan mendapat penjelasan tentang
alat-alat yang digunakan distudio tersebut
·
jenis-jenis kamera yang digunakan dari
zaman dulu sampai kamera zaman modern/digital
·
cara kerja alat-alat pendukung dan
kamera yang digunakan di studio tersebut
·
Melihat studio kamar gelap tempat
pencetakan foto
Distudio ini mahasiswa Semester I
STPP Yogyakarta mendapat penjelasan
tentang :
·
studio animasi
·
jenis alat yang dipergunakan untuk
membuat animasi
·
cara pembuatan animasi.
B.
Pembahasan
Ilmu adalah hal yang wajib di cari
dan didapatkan semua orang. karena ilmu dpat menjadikan seseoartang mendapatkan
pengalaman dan menambah pengetahuan. bukan itu saja siswa-siswi STPP Yogyakarta
dapat bertukar pikiran dan bertukar keahlian yang sangat membantu dalam
pembuatan sebuah hasil karya dan juga berlatih tanggung jawab. saling
memberikan semangat dan menjalin kekerabatan dan mitra kerja yang baik, juga
sebagai salah satu ajang unjuk kebolehan keahlian dan pengetahuan masing-masing
sekolah. Desain grafis pada awalnya diterapkan untuk
media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan,
sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media
elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain interaktif atau desain
multimedia. Batas dimensi pun telah berubah seiring perkembangan pemikiran
tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi sebuah desain lingkungan
yang mencakup pengolahan ruang.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dengan adanya study banding ke sekolajh
tinggi seni rupa desain visi (STSRD visi) penulis dapat mengetahui lebih banyak
tentang pembuatan, langkah-langkah juga cara membuat kartun dan film animasi
yang tingkatannya sudah profesional. bukan hanya itu saja, penulis mendapatkan
ilmu tambahan seperti pembuatan desain dengan cara sablon, fotografi, pembuatan
kaos, brosur, komik, dan penulis diberi kesempatan untuk melihat tugas akhir
para siswa didik sekolah tinggi sni rupa desain visi (STSRD visi) agar menjadi
ilmu tambahan dalam pembuatan laporan dan tugas akhir. penulis juga dapat
menambah teman dan mitra kerja untuk saling bertukar informasi dengan dengan
para anak didik sekolah tinggi seni rupa desain visi (STSRD).
B.
Saran
Sebaiknya bukan kali
ini saja dilakukan kunjungan Fieltrip dengan universitas yang berdasarkan ilmu
kommputer namun juga menjadi agenda rutin tiap tahunnya agar ilmu siswa-siswi
lebih luas lagi terutama tentang multimedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar