KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena hanya dengan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Bapak dosen yang berjudul “Konservasi Air dan Tanah” dengan tepat waktu
.
Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
dosen dan pihak-pihak lain yang membantu kami dalam proses penyelesaian tugas
makalah ini .
Semoga dengan adanya tugas makalah ini kami akan lebih
mengerti tentang konservasi tanah dan air dalam bidang klasifikasi .
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan , olehnya itu kami mohon bimbingan Bapak dosen dan semua pihak
demi kesempurnaan makalah berikutnya.
.
Akhirnya , semoga segala bimbingan , dukungan ,
bantuan , dan partisifasinya mendapat balasan dari Allah SWT . Amien.
Yogyakarta, November 2013
Penulis
Ictira Julvikar Jurochman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah
negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, oleh
sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada
pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara
jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan
ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan
budidaya pertanian khususnya budidaya padi.
Klasifikasi
adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah
atau standar yg ditetapkan. Mengklasifikasi menggolong-golongkan
menurut jenis, menyusun ke dalam golongan. Iklim adalah suatu keadaan
hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah
dalam jangka waktu yang agak lama di suatu daerah.
Tujuan dari
klasifikasi agar kita lebih tahu makna dari suatu objek yang kita perdalam,
misalnya pada klasifikasi tumbuhan, setelah kita klasifikasi maka kita dapat
mengetahui apa saja golongan-golongan dari tumbuhan tersebut. Maka pada iklim
berarti kita akan mengelompokkan iklim tersebut kedalam bagian-bagiannya.
Sistem kelasifikasi diindonesia sekarang sudah sangat terkenal tidak seperti
dulu lagi, dan banyak yang telah digunakan oleh masyarakat kita walaupun ia
tidak mengetahuinya baik itu dibidang pertanian dan sebagainya.
Penentuan tipe iklim menurut klasifikasi iklim hanya memerlukan data hujan
bulanan paling sedikit 10 tahun dan keriterianya hanya menggunakan bulan kering
(BK), bulan basah (BB), dan bulan lembab (BL).
B. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk
memenuhi tugas mata pelajaran klasifikasi dan untuk menambah
nilai.
2. Untuk
mengetahui bagaimana erosi itu bisa terjadi, apa penyebabnya, bagaimana cara menanggulanginya
dan dampak-dampak apa saja yang dapat diakibatkan karenaadanya erosi tersebut.
3. Untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang berbagai macam bencana alamyang
belakangan ini sering terjadi di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA
Unsur-unsur
iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan
klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan
(presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas
tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.
Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim
sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang
berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam
bidang-bidang tersebut (Anonim, 2009).
Beberapa
sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah
digunakan di Indonesia antara lain adalah:
A. Sistem
Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan
temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di
muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi).
Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe
iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim
B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim
hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe
iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E
adalah tipe iklim kutub (polar climates) Safi’i. 2010
B. Sistem Klasifikasi Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara
penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis
pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan
basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan
bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm
per bulan (Anonim, 2009).
C. Sistem
Klasifikasi Schmidth-Ferguson
Penyusunan
peta iklim menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson lebih banyak digunakan untuk
iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan
pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan
kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah
(X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan
jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf )
dengan banyaknya tahun pengamatan (n).
Schmidth-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis
vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim
a. (sangat
basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim
b. (basah)
jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim
c. (agak basah)
jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan
daunnya dimusim kemarau, tipe iklim
d. (sedang)
jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim
e. (agak
kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim
f. (kering)
jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim
g. (sangat
kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim
h. (ekstrim
kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Safi’i. 2010).
D. Sistem
Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi
iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh
tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan
jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
Lamanya
periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan,
sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal
untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat
melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka
tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Safi’i.
2010)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data Curah Hujan 10 tahun Kabupaten Pengalengan
Tahun
|
Bulan
|
|||||||||||
Jan
|
Peb
|
Mar
|
Aprl
|
Mei
|
Jun
|
Juli
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nop
|
Des
|
|
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
|
462
411
402
256
333
173
574
317
430
493
|
192
300
405
293
303
470
366
397
249
172
|
578
393
418
319
135
410
400
334
370
479
|
306
367
326
261
120
186
289
317
216
575
|
159
179
223
44
71
210
221
188
246
273
|
115
19
241
45
50
258
109
25
63
39
|
0
0
97
44
0
198
35
39
60
99
|
79
0
0
56
0
71
12
10
26
49
|
16
10
150
71
20
109
0
37
75
0
|
33
39
225
246
67
433
275
229
333
3
|
329
258
481
454
102
453
478
405
508
97
|
479
179
253
376
291
437
530
274
140
569
|
Klasifikasi Iklim Schmidth-Ferguson
|
1. Rata-rata Bulan Kering [BK] = 2,9
2. Rata-rata Bulan
Lembab = 1,1
3. Rata-rata Bulan
Basah = 8
Rumus : Q = x 100%
= x 100%
= 0,3625 x 100%
= 36,25%
Kesimpulan:
tipe iklim di Kabupaten Pengalengan adalah tipe C [agak basah] dilihat dari
segitiga Schmidth-Ferguson.
Klasifikasi
Iklim Oldeman
|
1. Jumlah Bulan
Basah [BB] = 6 bulan
2. Jumlah Bulan
Lembab [BL] = 2 bulan
3. Jumlah Bulan
Kering [BK] = 4 bulan
Kesimpulan:
Tipe utama: C, subdivisinya: 3
Tipe iklim C3: Setahun hanya dapat
satu kali padi dan penanaman palawija yang kedua harus hati-hati
jangan jatuh pada bulan kering.
B. Pembahasan
Tujuan
klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari
segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain
seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan
unsur aktif untuk tujuan khusus.
Jika kita
lihat dinegara kita, Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada
ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring
dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun
sekitar 0.6oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat.
Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan
gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul karena Indonesia berada
di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari
pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di
daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih
besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para
ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Hujan
merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun
tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi
kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah
Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan
curah hujan sebagai kriteria utama. Tjasyono mengungkapkan bahwa dengan adanya
hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan
pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara
tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau
presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Setelah
praktikum dilakukan, maka saya mendapat beberapa kesimpulan, yaitu:
2. Sistem
klasifikasi diindonesia hanya menggunakan tiga sistem, yaitu sistem klasifikasi
Koppen, Schmidth-Ferguson, dan Oldeman.
3. Sistem
klasifikasi Koppen disebut juga curah hujan dan temperatur.
4. Sistem
klasifikasi Schmidth-Ferguson biasanya selalu memakai Q model.
5. Klasifikasi
Oldeman disebut juga deretan bulan basah.
6. Dari tiga
klasifikasi yang dipakai diindonesia, hanya sistem klasifikasi
Schmidth-Ferguson yang biasa dipakai.
7. Schmidth-Ferguson
hanya memakai rata-rata bulan kering (BK) dan bulan basah (BB).
B. Saran
Untuk
praktikum selanjutanya sebaiknya lebih dipersiapkan alat dan bahan yang akan
dibawa, harapannya adalah agar data yang didapatkan lebih banyak dan valid,
sehingga dapat dianalisis dengan lebih baik karakteristik, kemampuan, serta
kesesuaian lahanya.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009. Id.wikipedia.org/wiki/.
Klasifikasi iklim.
Lakitan. 2011.
Klasifikasi iklim indonesia. PT, Dunia Pustaka
Jaya: Jakarta.
Safi’i. 2010. Sistem
klasifikasi Koppen. Departemen Pertanian: Bogor.
Syamsulbahri. 2009. Id.mbojo.wordpress.com-klasifikasi-iklim.
Tjasyono. 2012. Id.wordpress.com-klasifikasi-iklim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar