TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH ILMU ALAMIA DASAR
TENTANG
Disusun
oleh :
Kelompok : 5
1.
M. Safey
2.
Rosib
3.
Ictira Julvikar J
4. Indra
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI
YOGYAKARTA
TAHUN
2013
BAB. I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Tatkala musim kemarau, banyak sekali tanaman yang
mati karena kekurangan air. Namun pada
saat musim penghujan tanamanpun banyak yang mati karena kelebihan
air/kebanjiran. Hal ini bila dilihat dari suatu ketinggian tertentu di atas
udara akan semakin jelas, tatkala musim hujan banyak pemandangan yang tampak di
bawah berwarna hijau, sedangkan pada musim kemarau pemandangan akan terjadi hal
yang sebaliknya, akan terlihat pemandangan berwarna coklat. Banyaknya curah
hujan untuk wilayah Indonesia rata-rata lebih dari cukup, yaitu 2500 mm sampai
dengan 3000 mm pertahun. Angka tersebut menjadi kekecualian untuk wilayah
Yogyakarta. Limpahan curah hujan yang banyak belum tertata secara baik. Disaat
musim hujan air terlalu berlimpah yang terkadang bahkan mengakibatkan banjir,
dan dimusim kemarau akan terlihat banyak tanah yang pecah-pecah akibat kekurang
an air.
Upaya pemerintah daerah yang selama ini dilakukan
adalah menyediakan penampungan berupa waduk-waduk atau bendunganbendungan. Satu
hal yang perlu diperhatikan bahwa disaat musim kering intensitas matahari di
daerah Indonesiapun cukup besar, dan ini mengakibatkan angka penguapan cukup
tinggi, sehingga banyak pula di musim ini pula ditemui waduk-waduk mengalami
kekeringan. Upaya lain sebagai teknologi alternatif terakhir adalah dengan
mengupayakan Hujan Buatan. Teknologi ini sering menemui kendala yang sangat
berarti yaitu saat musim kemarau sering tidak menghasilkan apa-apa karena
dimusim ini bahan hujan yang berupa awan hanya sedikit, sehingga banyak
mengalami kegagalan.
Bisa dikatakan upaya ini belum menyelesaikan secara
baik akan kebutuhan air. Upaya tersebut bisa dikatakan makro. Pertanyaan yang
timbul apakah pengaturan kebutuhan air secara mikro sudah diupayakan?. Tidak
sedikit areal-areal pertanian dan perkebunan yang masih menggunakan teknologi
konvensional. Penerapan hujan buatan khususnya mengatasi kabut asap dan karlahut,
baru-baru ini dilakukan di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan. Secara
prinsip masih sama dengan teknologi yang digunakan tahun 1997. Bahkan,
sesungguhnya teknologi penaburan bahan semai dalam kegiatan hujan buatan untuk
penanggulangan asap maupun karlahut Kekeringan atau Musim Kemarau, masih sama
dengan teknologi yang digunakan sekitar 30 tahun lalu.
B.
Tujuan
Ø Tujuan
Teknologi Hujan Buatan Adalah :
Teknologi hujan Buatan
Umumnya Diciptakan Dengan Tujuan Untuk Membantu daerah Yang Sangat Kering
Akibat Sudah Lama Tidak Turun Hujan Sehinggadapat Mengganggu Kehidupan Di Darat
Mulai Dari Sawah Kering, Gagal panen, Sumur Kering, Sungai / Danau Kering,
Tanah Retak-Retak, Kesulitanair Bersih, Hewan Dan Tumbuhan Pada Mati Dan Lain
Sebagainya. Dengan adanya Hujan Buatan
Diharapkan Mampu Menyuplai Kebutuhan Air makhluk Hidup Di Bawahnya Dan Membuat
Masyarakat Hidup Bahagia dan Sejahtera
Ø Manfaat
Teknologi
Hujan Buatan
Manfaat Hujan buatan bermanfaat
untuk membantu daerah yang sedang mengalami kekeringan, pengisian waduk,
keperluan air bersih, irigasi, dan sebagainya. Karena hujan buatan ini
merupakan teknologi modifikasi cuaca, maka hujan buatan bisa terjadi kapan saja
tanpa harus menunggu musim hujan.
BAB.
II TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan iklim dunia yang ekstrem
belakangan ini membuat cuaca di berbagai negara tidak menentu. Di Indonesia,
musim kemarau 2013 diperkirakan akan memanjang sampai Desember.
Menurut pakar atmosfer dari Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin, kemarau
tahun ini termasasuk jenis kemarau kering, ditandai minimnya curah hujan dan
menipisnya massa uap air akibat mendinginnya laut di sebagian besar wilayah
Indonesia. Data dari satelit TRMM menunjukkan bahwa sebagian wilayah
Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi selama Agustus sampai awal
September curah hujan berada di bawah rata-rata.
Indonesia termasuk negara yang sudah
menguasai Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), teknologi hujan buatan. Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah berpengalaman menangani proyek
hujan buatan. Dalam sebuah seminar di Jakarta beberapa waktu lalu, Kepala Pusat
TMC BPPT Samsul Bahri menjelaskan, sejak 1978 hingga kini pihaknya sudah
berpengalaman dalam mendukung program ketahanan pangan dan energi dengan
mengisi waduk-waduk strategis untuk sumber air irigasi dan PLTA.
Sejak tahun 1998 BPPT dan PT INCO
bekerja sama dengan perusahaan dari Amerika memakai metode penyemaian awan
dengan teknologi flare perak iodida. Dengan teknologi ini, pesawat yang
dibutuhkan untuk menyemai awan tidak perlu besar, cukup pesawat kecil yang
dilengkapi dengan 24 tabung flare perak iodida yang di pasang di sayap pesawat
terbang dan bak peluncur roket.
Para pakar dari BPPT terus
mengembangan hujan buatan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
Harapannya, air hujan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi
dan mencuci.
BAB III PEMBAHASAN
Ø Pengertian Hujan Buatan
Hujan
buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan membuat hujan
dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang cukup, memiliki
kecepatan angin rendah yaitu sekitar di bawah 20 knot, serta syarat lainnya. hujan
buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur
bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh. Untuk
menyemai / membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3 ton yang
disemai ke awan potensial selama 30 hari. Hujan buatan saja bisa gagal dibuat
atau jatuh di tempat yang salah serta memakan biaya yang besar dalam
pembuatannya. Juhan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu
daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat
mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur
kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan
dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya.
Dengan
adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di
bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.
Media yang bisa ditempeli uap air contohnya partikel garam di atas lautan yang bisa menyerap uap air sehingga membentuk kumpulan yang besar. Asap juga bisa sebagai media untuk berkumpulnya uap air. Bibit hujan ini akan bergerak sesuai dengan tiupan angin.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.
Media yang bisa ditempeli uap air contohnya partikel garam di atas lautan yang bisa menyerap uap air sehingga membentuk kumpulan yang besar. Asap juga bisa sebagai media untuk berkumpulnya uap air. Bibit hujan ini akan bergerak sesuai dengan tiupan angin.
1.
Pengamatan Parameter
Cuaca
Untuk menunjang pelaksanaan
modifikasi cuaca diperlukan pengamatan parameter arah dan kecepatan angin tekanan
udara jenis tutupan awan dan tinggi dasar awan, melalui radar cuaca diperoleh
intensitas hujan,
2.
Teknologi
Modifikasi Cuaca
Usaha manusia untuk mempercepat
turunnya hujan atau menambah curah hujan dengan melakukan teknologi modifikasi
cuaca, dilaksanakan pada awal atau akhir musim penghujan dimana awan masih
banyak dijumpai. Pemikiran bahwa teknologi modifikasi cuaca dapat dilaksanakan
pada puncak musim kemarau.
3.
Dampak
Peranan Teknologi Modifikasi Cuaca
Seperti yang telah dilaksanakan
dibeberapa daerah aliran sungai untuk menambah curah hujan melalui TMC sudah
merupakan pekerjaan yang rutin dilaksanakan. Penambahan air waduk / danau yang
dilaksanakan hampir setiap tahun didaerah DAS. Sebagai negara kepualuan yang
terletak dikatulistiwa diantara dua benua dan dua samudra di indonesia memiliki
sumber uap air yang menjadi awan pembawa hujan. Penambahan curah hujan pada
awal atau akhir musim hujan masih memungkinkan untuk dapatr menambah curah
hujan pada daerah tertentu.
4.
Manfaat
teknologi modifikasi cuaca
Teknologi modifikasi cuaca yang
dilakukan di DAS adalah untuk menambah volume air waduk dimana air tersebut
dipakai untuk berbagai keperluan seperti untuk irigasi, air minum dan
pembangkit listrik. Pemakaian air tersebut dipakai sepanjang tahun, pada musim
kemarau air yang masuk menjadi sangat sedikit hal ini dapat di imbangi denga
tambahan air yang dilaksanakan secara terus menerus selama kondisi cuaca masih
mendukung sehingga dapat menjaga volume air waduk yang mana pemakaian dan
pengeluaran dapat seimbang.
BAB IV KESIMPULAN
Hujan buatan umumnya diciptakan
dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak
turun hujan sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah
kering, gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan
air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya
hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya
dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada kehidupan
di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari hujan yang
berlebihan.
Perubahan iklim di bumi akhir-akhir
ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan
berbagai masalah dibumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan
iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak
menderita danterbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.Sementara itu
penerapan Hujan buatan oleh Badan NasionalPenanggulangan Bencana (BNPB) serta
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengguyur sebagian kawasan di
Sumatera Selatan denganhujan buatan. Langkah ini diharapkan sanggup
memadamkan kebakaran lahan danhutan di provinsi ini.
BAB
V DAFTAR PUSTAKA
Santoso, E.
1989. Kondisi Cuaca dan Tingkat Keberhasialn Hujan Buatan di DAS Citarum
bilan Maret 1988 Berdasarkan Abalisis Fisik
Prawirowardojo,
S. 1988. Disain dan Evaluasi Modifikasi Cuaca. Bahan Kuliah Kursus
Meteorologi Modifikasi
Cuaca. Jakarta.
Bethea. R.M.
et.al. 1985. Statistical Method for Engineers and Scientists. Marcel Dekker.
Inc.
New
York.
Humpries. R.G.
et.al. 1987. Weather Modification in Alberta. The Journal of Weather
Modification.
Vol.
19. No.1l
Linsley,
Jr.,R.K.,et.al. 1982. Hydrology for Engineers. 3rd ed.,Mc Graw Hill Book. Co.
New
York
Ulama, M. 1989.
Prospek Aplikasi Hujan Buatan untuk Memanfaatkan dan Meningkatkan
Pemanfaatan Sumber Air. Ekspose
Penerapan Hujan Buatan di Indonesia. BPP Teknologi.
Tikno, S. dan
E.Santosos. 1992.Analisis Curah Hujan Historis Sebagai Studi Awal Penentuan
Waktu Pelaksanaan Hujan Buatn (Kasus DAS
Citarum).Majalah BPPTNo. 47. Jakarta.
PROSES
PENYEMAIAN AWAN
Dalam penerapan TMC,
ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan bahan semai ke dalam
awan. Yang paling sering dan biasa dilakukan adalah menggunakan wahana
pesawat terbang. Selain menggunakan pesawat terbang, modifikasi pesawat
terbang juga dapat dilakukan dari darat dengan menggunakan sistem statis
melalui wahana Ground Base Generator (GBG) pada daerah pegunungan
untuk memodifikasi awan-awan orografik dan juga menggunakan wahana roket yang
diluncurkan ke dalam awan.
Wahana Pesawat
Terbang
Berikut
Adalah Beberapa Contoh Gambar Penyemaian Awan Dari Pesawat Terbang:
Pesawat
terbang jenis Cassa NC 212-200 sedang melepaskan bahan semai berupa serbuk
garam Naci melalui airscooperyang terpasang pada bagian bawah
pesawat. bahan semai dilepaskan pada medan updraft yang ada di
sekitar dasar awan (jenis aan hangat).
Selain berupa bubuk
( powder ), bahan semai dapat pula dikemas dalam bentuk flare yang
dipasang pada bagian sayap atau bawah pesawat. Partikel bahan semai masuk
ke dalam awan jika flare terbakar.
Bahan
semai jenis ejectable flare dimasukkan ke dalam awan dengan cara
ditembakkan dari pesawat pada bagian puncak awan (jenis awan dingin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar