SEBAGAI MAHASISWA PENYULUH PERTANIAN YANG NANTINYA AKAN TERJUN DI MASYARAKAT DALAM MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PETANI, HARUSLAH MEMILIKI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG CUKUP BAGAIMANA CARA MENYULUH YANG BAIK DI LAPANGAN, SEHINGGA PENYULUH ITU BENAR-BENAR MENJADI MOTIVATOR YANG BAIK DI MASYARAKAT

Senin, 30 Desember 2013

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH ILMU ALAMIA DASAR TENTANG ANTISIPASI KEKERINGAN DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI HUJAN BUATAN



TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH ILMU ALAMIA DASAR
TENTANG
ANTISIPASI KEKERINGAN DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI HUJAN BUATAN







                                                                  Disusun oleh :
                                                                   Kelompok : 5
1.    M. Safey
2.    Rosib
3.    Ictira Julvikar J
4.    Indra


KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN  SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2013

BAB. I PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Tatkala musim kemarau, banyak sekali tanaman yang mati karena kekurangan air. Namun pada  saat musim penghujan tanamanpun banyak yang mati karena kelebihan air/kebanjiran. Hal ini bila dilihat dari suatu ketinggian tertentu di atas udara akan semakin jelas, tatkala musim hujan banyak pemandangan yang tampak di bawah berwarna hijau, sedangkan pada musim kemarau pemandangan akan terjadi hal yang sebaliknya, akan terlihat pemandangan berwarna coklat. Banyaknya curah hujan untuk wilayah Indonesia rata-rata lebih dari cukup, yaitu 2500 mm sampai dengan 3000 mm pertahun. Angka tersebut menjadi kekecualian untuk wilayah Yogyakarta. Limpahan curah hujan yang banyak belum tertata secara baik. Disaat musim hujan air terlalu berlimpah yang terkadang bahkan mengakibatkan banjir, dan dimusim kemarau akan terlihat banyak tanah yang pecah-pecah akibat kekurang an air.
Upaya pemerintah daerah yang selama ini dilakukan adalah menyediakan penampungan berupa waduk-waduk atau bendunganbendungan. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa disaat musim kering intensitas matahari di daerah Indonesiapun cukup besar, dan ini mengakibatkan angka penguapan cukup tinggi, sehingga banyak pula di musim ini pula ditemui waduk-waduk mengalami kekeringan. Upaya lain sebagai teknologi alternatif terakhir adalah dengan mengupayakan Hujan Buatan. Teknologi ini sering menemui kendala yang sangat berarti yaitu saat musim kemarau sering tidak menghasilkan apa-apa karena dimusim ini bahan hujan yang berupa awan hanya sedikit, sehingga banyak mengalami kegagalan.
Bisa dikatakan upaya ini belum menyelesaikan secara baik akan kebutuhan air. Upaya tersebut bisa dikatakan makro. Pertanyaan yang timbul apakah pengaturan kebutuhan air secara mikro sudah diupayakan?. Tidak sedikit areal-areal pertanian dan perkebunan yang masih menggunakan teknologi konvensional. Penerapan hujan buatan khususnya mengatasi kabut asap dan karlahut, baru-baru ini dilakukan di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan. Secara prinsip masih sama dengan teknologi yang digunakan tahun 1997. Bahkan, sesungguhnya teknologi penaburan bahan semai dalam kegiatan hujan buatan untuk penanggulangan asap maupun karlahut Kekeringan atau Musim Kemarau, masih sama dengan teknologi yang digunakan sekitar 30 tahun lalu.


B.       Tujuan
Ø  Tujuan Teknologi Hujan Buatan Adalah :
Teknologi hujan Buatan Umumnya Diciptakan Dengan Tujuan Untuk Membantu daerah Yang Sangat Kering Akibat Sudah Lama Tidak Turun Hujan Sehinggadapat Mengganggu Kehidupan Di Darat Mulai Dari Sawah Kering, Gagal panen, Sumur Kering, Sungai / Danau Kering, Tanah Retak-Retak, Kesulitanair Bersih, Hewan Dan Tumbuhan Pada Mati Dan Lain Sebagainya. Dengan adanya Hujan Buatan Diharapkan Mampu Menyuplai Kebutuhan Air makhluk Hidup Di Bawahnya Dan Membuat Masyarakat Hidup Bahagia dan Sejahtera

Ø  Manfaat Teknologi Hujan Buatan
Manfaat Hujan buatan bermanfaat untuk membantu daerah yang sedang mengalami kekeringan, pengisian waduk, keperluan air bersih, irigasi, dan sebagainya. Karena hujan buatan ini merupakan teknologi modifikasi cuaca, maka hujan buatan bisa terjadi kapan saja tanpa harus menunggu musim hujan.


BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan iklim dunia yang ekstrem belakangan ini membuat cuaca di berbagai negara tidak menentu. Di Indonesia, musim kemarau 2013 diperkirakan akan memanjang sampai Desember.
Menurut pakar atmosfer dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin, kemarau tahun ini termasasuk jenis kemarau kering, ditandai minimnya curah hujan dan menipisnya massa uap air akibat mendinginnya laut di sebagian besar wilayah Indonesia.  Data dari satelit TRMM menunjukkan bahwa sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi selama Agustus sampai awal September curah hujan berada di bawah rata-rata.
Indonesia termasuk negara yang sudah menguasai Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), teknologi hujan buatan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah berpengalaman menangani proyek hujan buatan. Dalam sebuah seminar di Jakarta beberapa waktu lalu, Kepala Pusat TMC BPPT Samsul Bahri menjelaskan,  sejak 1978 hingga kini pihaknya sudah berpengalaman dalam mendukung program ketahanan pangan dan energi dengan mengisi waduk-waduk strategis untuk sumber air irigasi dan PLTA.
Sejak tahun 1998 BPPT dan PT INCO bekerja sama dengan perusahaan dari Amerika memakai metode penyemaian awan dengan teknologi flare perak iodida. Dengan teknologi ini, pesawat yang dibutuhkan untuk menyemai awan tidak perlu besar, cukup pesawat kecil yang dilengkapi dengan 24 tabung flare perak iodida yang di pasang di sayap pesawat terbang dan bak peluncur roket.
Para pakar dari BPPT  terus mengembangan hujan buatan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Harapannya, air hujan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.

BAB III PEMBAHASAN

Ø  Pengertian Hujan Buatan
Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang cukup, memiliki kecepatan angin rendah yaitu sekitar di bawah 20 knot, serta syarat lainnya. hujan buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh. Untuk menyemai / membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3 ton yang disemai ke awan potensial selama 30 hari. Hujan buatan saja bisa gagal dibuat atau jatuh di tempat yang salah serta memakan biaya yang besar dalam pembuatannya. Juhan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya.
Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.
Media yang bisa ditempeli uap air contohnya partikel garam di atas lautan yang bisa menyerap uap air sehingga membentuk kumpulan yang besar. Asap juga bisa sebagai media untuk berkumpulnya uap air. Bibit hujan ini akan bergerak sesuai dengan tiupan angin.
1.        Pengamatan Parameter Cuaca
Untuk menunjang pelaksanaan modifikasi cuaca diperlukan pengamatan parameter arah dan kecepatan angin tekanan udara jenis tutupan awan dan tinggi dasar awan, melalui radar cuaca diperoleh intensitas hujan,
2.        Teknologi Modifikasi Cuaca
Usaha manusia untuk mempercepat turunnya hujan atau menambah curah hujan dengan melakukan teknologi modifikasi cuaca, dilaksanakan pada awal atau akhir musim penghujan dimana awan masih banyak dijumpai. Pemikiran bahwa teknologi modifikasi cuaca dapat dilaksanakan pada puncak musim kemarau.
3.        Dampak Peranan Teknologi Modifikasi Cuaca
Seperti yang telah dilaksanakan dibeberapa daerah aliran sungai untuk menambah curah hujan melalui TMC sudah merupakan pekerjaan yang rutin dilaksanakan. Penambahan air waduk / danau yang dilaksanakan hampir setiap tahun didaerah DAS. Sebagai negara kepualuan yang terletak dikatulistiwa diantara dua benua dan dua samudra di indonesia memiliki sumber uap air yang menjadi awan pembawa hujan. Penambahan curah hujan pada awal atau akhir musim hujan masih memungkinkan untuk dapatr menambah curah hujan pada daerah tertentu.
4.        Manfaat teknologi modifikasi cuaca
Teknologi modifikasi cuaca yang dilakukan di DAS adalah untuk menambah volume air waduk dimana air tersebut dipakai untuk berbagai keperluan seperti untuk irigasi, air minum dan pembangkit listrik. Pemakaian air tersebut dipakai sepanjang tahun, pada musim kemarau air yang masuk menjadi sangat sedikit hal ini dapat di imbangi denga tambahan air yang dilaksanakan secara terus menerus selama kondisi cuaca masih mendukung sehingga dapat menjaga volume air waduk yang mana pemakaian dan pengeluaran dapat seimbang.


BAB IV KESIMPULAN

Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari hujan yang berlebihan.
Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah dibumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita danterbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.Sementara itu penerapan Hujan buatan oleh Badan NasionalPenanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengguyur sebagian kawasan di Sumatera Selatan denganhujan buatan. Langkah ini diharapkan sanggup memadamkan kebakaran lahan danhutan di provinsi ini.


BAB V DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 1, No. 2, 2000:143-152 
Santoso, E. 1989. Kondisi Cuaca dan Tingkat Keberhasialn Hujan Buatan di DAS Citarum
bilan Maret 1988 Berdasarkan Abalisis Fisik
Prawirowardojo, S. 1988. Disain dan Evaluasi Modifikasi Cuaca. Bahan Kuliah Kursus
Meteorologi Modifikasi Cuaca. Jakarta.
Bethea. R.M. et.al. 1985. Statistical Method for Engineers and Scientists. Marcel Dekker. Inc.
New York.
Humpries. R.G. et.al. 1987. Weather Modification in Alberta. The Journal of Weather Modification.
Vol. 19. No.1l
Linsley, Jr.,R.K.,et.al. 1982. Hydrology for Engineers. 3rd ed.,Mc Graw Hill Book. Co. New
York
Ulama, M. 1989. Prospek Aplikasi Hujan Buatan untuk Memanfaatkan dan Meningkatkan
Pemanfaatan Sumber Air. Ekspose Penerapan Hujan Buatan di Indonesia. BPP Teknologi.
Tikno, S. dan E.Santosos. 1992.Analisis Curah Hujan Historis Sebagai Studi Awal Penentuan
Waktu Pelaksanaan Hujan Buatn (Kasus DAS Citarum).Majalah BPPTNo. 47. Jakarta.


PROSES PENYEMAIAN AWAN
http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Mengenal.Teknologi.Modifikasi.Cuaca/image/hal14.jpgDalam penerapan TMC, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan bahan semai ke dalam awan. Yang paling sering dan biasa dilakukan adalah menggunakan wahana pesawat terbang. Selain menggunakan pesawat terbang, modifikasi pesawat terbang juga dapat dilakukan dari darat dengan menggunakan sistem statis melalui wahana Ground Base Generator (GBG) pada daerah pegunungan untuk memodifikasi awan-awan orografik dan juga menggunakan wahana roket yang diluncurkan ke dalam awan.







Wahana Pesawat Terbang
Berikut Adalah Beberapa Contoh Gambar Penyemaian Awan Dari Pesawat Terbang:
Pesawat terbang jenis Cassa NC 212-200 sedang melepaskan bahan semai berupa serbuk garam Naci melalui airscooperyang terpasang pada bagian bawah pesawat. bahan semai dilepaskan pada medan updraft yang ada di sekitar dasar awan (jenis aan hangat).
http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Mengenal.Teknologi.Modifikasi.Cuaca/image/hal15a.jpg
 







http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Mengenal.Teknologi.Modifikasi.Cuaca/image/hal15b.jpgSelain berupa bubuk ( powder ), bahan semai dapat pula dikemas dalam bentuk flare yang dipasang pada bagian sayap atau bawah pesawat. Partikel bahan semai masuk ke dalam awan jika flare terbakar.



http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Mengenal.Teknologi.Modifikasi.Cuaca/image/hal15c.jpg 






Bahan semai jenis ejectable flare dimasukkan ke dalam awan dengan cara ditembakkan dari pesawat pada bagian puncak awan (jenis awan dingin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar