SEBAGAI MAHASISWA PENYULUH PERTANIAN YANG NANTINYA AKAN TERJUN DI MASYARAKAT DALAM MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PETANI, HARUSLAH MEMILIKI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG CUKUP BAGAIMANA CARA MENYULUH YANG BAIK DI LAPANGAN, SEHINGGA PENYULUH ITU BENAR-BENAR MENJADI MOTIVATOR YANG BAIK DI MASYARAKAT

Senin, 30 Desember 2013

Konservasi Tanah Dan Air : Evaluasi lahan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Evaluasi lahan adalah penilaian pada suatu lahan dengan cara mengelompokkan sifat yang relative sama dan memisahkan sifat yang berbeda sehingga akan menjadi kelas yang sama. Dalam evaluasi lahan dikenal dua istilah yaitu kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
Dalam pelaksanaan evaluasi lahan akan dikaitkan dengan pengumpulan data yang digunakan untuk menilai. Data yang dikumpulkan dapat berupa peta tanah dan peta topografi, foto udara, data sekunder lain serta data primer dari lapangan. Untuk keperluan usaha pertanian, sumber daya lahan dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu: tanah, iklim, topografi dan formasi geologi, vegetasi dan sosial ekonomi.

Kemampuan lahan
Kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan ke dalam satuan – satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan secara intensif termasuk jenis – jenis pengelolaannya tanpa menyebabkan kerusakan. Hal ini berarti kemampuan lahan merupakan system klasifikasi lahan yang ditujukan pada konservasi tanah dalam menopang penggunaan lahan untuk pertanian secara luas.
Daya guna lahan dapat berbeda – beda sesuai dengan faktor pembatas yang ada. Dalam penilaian kemampuan lahan akan dilihat potensi lahan untuk penggunaan pertanian yang umum dari segi sifat dan faktor pembatas. Faktor pembatas yang dijadikan pertimbangan adalah kerentanan terhadap erosi, tingkat kebasahan permanen, tingkat bahaya banjir, karakteristik fisik tanah, kedalaman tanah, kesuburan tanah, kesuburan/ toksisitas, batuan singkapan, iklim dan pengendalian lereng.
Dengan mengetahui faktor pembatas/ penghambat pada cirri tanah dan lingkungan akan disusun dalam kategori – kategori. Kategori klasifikasi kemampuan lahan dibagi menjadi 8 kelas, setiap kelas dibagi menjadi sub kelas dan setiap sub kelas dibagi lagi menjadi satuan pengelolaan lahan. Penggolongan ke dalam kelas dinilai dari faktor penghambat atau pembatas yang sifatnya permanen atau sulit diubah. Sub kelas dibedakan dalam setiap kelas menurut: 1. erosi (e) 2. kelembaban (w) 3. kedalaman efektif (s) dan 4. iklim (c).
Kemampuan lahan dibagi menjadi 8 kelas, kelas I – IV in layak dipergunakan untuk usahatani tanaman semusim, sedangkan pda klas V – VIII digunakan untuk tanaman tahunan.

Kesesuaian lahan bagi pertanian.
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu seperti penggunaan padi, jagung, kedelai, dll. Kesesuaian lahan identik dengan sifat positif yang berhubungan dengan produksi dengan penggunaannya.
Penilaian kesesuaian lahan pada prinsipnya menentukan pemilihan jenis suatu tanaman tertentu. Sehingga dikenal dua tahap pelaksanaannya yaitu :
  1. Tahap pertama mencari syarat tumbuh baik tanah maupun tanaman.
  2. Tahap kedua mengindentifikasi dan membatasi lahan yang diinginkan.
Pada kesesuaian lahan akan dibagi menjadi 5 klas yaitu 3 dalam klas sesuai dan 2 pada klas tidak sesuai. Pada klas sesuai terdiri dari S1, S2, dan S3. Sementara klas tidak sesuai terdiri dari N1 dan N2.

B.     Perumusan Masalah
Dari hasil observasi dan hasil wawancara dilapangan terdapat beberapa permasalahan tentang motivasi petani di Kelompok Tani Manunggal Karya, Dusun Blabak, Desa Triwidadi antara lain sebagai berikut:
a.       Masalah Teknis.
1)      Teraseringnya perlu disempurnakan.
2)      Saluran buntu/rorak belum dibuat.
3)      Saluran Pembuang Air (SPA) perlu diperbaiki.
4)      Penanaman dibawah tegakan misalnya komoditas garut, jagung, empon-empon, kacang-kacangan belum dilakukan secara optimal. Sehingga untuk lebih mengefektifkan penggunaan lahan diperlukan pola tanam yang teratur, dengan mempertimbangkan keadaan tenaga kerja , air dan kebutuhan bibit.

b.      Aspek Sosial.
1). Motivasi petani terhadap pemanfaatan lahan  bawah tegakan belum diusahakan secara optimal.  
2). Kelompok tani khususnya kelompok tanaman semusim khusunya garut, jagung, empon-empon, kacang-kacangan berfungsi sebagai kelompok usaha.
c.       Aspek Ekonomi.
1)      Untuk penyempurnaan teras perlu biaya tinggi.
2)      Untuk perbaikan SPA / Drop membutuhkan biaya tinggi.
3)      Untuk membuat Saluran buntu / rorak membutuhkan biaya tinggi.
4)      Untuk membeli bibit kunyit perlu biaya tinggi.

C.    Tujuan
Tujuan field trip evaluasi lahan adalah :
1.      Membuat klasifikasi kemampuan lahan pada suatu wilayah.
2.      Membuat klasifikasi kesesuaian lahan.

D.    Manfaat
Manfaat dari field trip evaluasi lahan yaitu:
1.      Supaya bisa memanfaatkan lahan secara intensif tanpa menyebabkan kerusakan.
2.      Supaya bisa mengetahui gambaran tingkat kecocokkan sebidang lahan yang berhubungan dengan produksi pada penggunaannya.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah penilaian pada suatu lahan dengan cara mengelompokkan sifat yang relative sama dan memisahkan sifat yang berbeda sehingga akan menjadi kelas yang sama. Dalam evaluasi lahan dikenal dua istilah yaitu kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
Dalam pelaksanaan evaluasi lahan akan dikaitkan dengan pengumpulan data yang digunakan untuk menilai. Data yang dikumpulkan dapat berupa peta tanah dan peta topografi, foto udara, data sekunder lain serta data primer dari lapangan. Untuk keperluan usaha pertanian, sumber daya lahan dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu: tanah, iklim, topografi dan formasi geologi, vegetasi dan sosial ekonomi.

B.     Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan ke dalam satuan – satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan secara intensif termasuk jenis – jenis pengelolaannya tanpa menyebabkan kerusakan. Hal ini berarti kemampuan lahan merupakan system klasifikasi lahan yang ditujukan pada konservasi tanah dalam menopang penggunaan lahan untuk pertanian secara luas.
Daya guna lahan dapat berbeda – beda sesuai dengan faktor pembatas yang ada. Dalam penilaian kemampuan lahan akan dilihat potensi lahan untuk penggunaan pertanian yang umum dari segi sifat dan faktor pembatas. Faktor pembatas yang dijadikan pertimbangan adalah kerentanan terhadap erosi, tingkat kebasahan permanen, tingkat bahaya banjir, karakteristik fisik tanah, kedalaman tanah, kesuburan tanah, kesuburan/ toksisitas, batuan singkapan, iklim dan pengendalian lereng.
Dengan mengetahui faktor pembatas/ penghambat pada cirri tanah dan lingkungan akan disusun dalam kategori – kategori. Kategori klasifikasi kemampuan lahan dibagi menjadi 8 kelas, setiap kelas dibagi menjadi sub kelas dan setiap sub kelas dibagi lagi menjadi satuan pengelolaan lahan. Penggolongan ke dalam kelas dinilai dari faktor penghambat atau pembatas yang sifatnya permanen atau sulit diubah. Sub kelas dibedakan dalam setiap kelas menurut : 1. erosi (e) 2. kelembaban (w) 3. kedalaman efektif (s) dan 4. iklim (c).
Kemampuan lahan dibagi menjadi 8 kelas, kelas I – IV in layak dipergunakan untuk usahatani tanaman semusim, sedangkan pda klas V – VIII digunakan untuk tanaman tahunan.

C.    Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu seperti penggunaan padi, jagung, kedelai, dll. Kesesuaian lahan identik dengan sifat positif yang berhubungan dengan produksi dengan penggunaannya.
Penilaian kesesuaian lahan pada prinsipnya menentukan pemilihan jenis suatu tanaman tertentu. Sehingga dikenal dua tahap pelaksanaannya yaitu :
1.      Tahap pertama mencari syarat tumbuh baik tanah maupun tanaman.
2.      Tahap kedua mengindentifikasi dan membatasi lahan yang diinginkan.
Pada kesesuaian lahan akan dibagi menjadi 5 klas yaitu 3 dalam klas sesuai dan 2 pada klas tidak sesuai. Pada klas sesuai terdiri dari S1, S2, dan S3. Sementara klas tidak sesuai terdiri dari N1 dan N2.














BAB III
METODE EVALUASI LAHAN

A.    Lokasi dan Waktu
Field trip Evaluasi Lahan pelaksanaannya di lokasi Dusun Blabak Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Hari Kamis tanggal 13 Nopember 2008.

B.     Orgnisasi Pelaksanaan
Field trip Evaluasi Lahan di laksanakan di kelompok Tani Manunggal Karya Dusun Blabak Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

C.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, dilakukan dengan cara :
1.      Melihat Peta Tanah dan Peta Topografi Dusun Blabak Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan.
2.      Membaca Data Sekunder yang sudah ada.
3.      Melakukan wawancara dengan petani langsung, sehingga diperoleh data primer.
4.  Observasi merupakan pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung dan pencatatan gejala – gejala  yang tampak pada lahan yang diamati.

D.    Jenis Data Yang Dikumpulkan
Pada field trip evaluasi lahan di Dusun Blabak Desa Triwidadi, jenis data yang dikumpulkan adalah :
1.      Peta Tanah dan Peta Topografi.
2.      Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi/ BPP setempat.
3.      Data Primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara dengan petani secara langsung.



E.     Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam praktek ini adalah analisa deskriptif yaitu pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada petani responden.
Pernyataan tingkat pengetahuan petani dibuat skala likert berbentuk data interval dengan jawaban sebagai berikut :
Table 1. Tingkat Pengetahuan Petani.
a.
Mengetahui  
: score 3
b.
Kurang mengetahui                     
: score 2
c.
Tidak mengetahui                       
: score 1  
                            
Pernyataan motivasi petani dibuat skala likert berbentuk data interval dengan jawaban sebagai berikut :
Tabel 2. Motivasi Petani.
a.
Sangat ingin                                 
: score 3
b.
Ingin 
: score 2
c.
Tidak ingin                                
: score 1  

Data yang diperoleh dari aspek sosial yaitu seberapa jauh tingkat pengetahuan petani pada usaha konservasi bawah tegakan pada system agribisnis garut, jagung, empon-empon, kacang-kacangan  ( dinyatakan dengan prosentase) dan seberapa jauh motivasi yang dimiliki petani pada usaha konservasi bawah tegakan pada system agribisnis garut, jagung, empon-empon, kacang-kacangan (dinyatakan dengan prosentase).






BAB IV
HASIL EVALUASI LAHAN

A.    Tindakan Konservasi di DAS Hulu dan DAS Hilir yang telah dilakukan
Kegiatan konservasi yang telah dilakukan dalam rangkah penanggulangan terjadinya erosi di Dusun Blabak, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, diantaranya adalah sebagai berikut :
Ø  Pembuatan terasering.
Ø  Penanaman tanaman penguatan teras.
Ø  Penanaman tanaman teras (kayu-kayuan) seperti kelapa, garut, jati, rumput gajah, melinjo, sawo, sawo manila, pisang, mangga, ubi kayu, bambu, akasia, sengon.
Dampak yang terjadi seandainya dilakukan tindakan konservasi adalah :
v  Tanah tidak tererosi dan longsor, kalaupun itu terjadi masih sangat kecil.
v  Kandungan air lebih awet.
v  Tanaman dapat tumbuh dengan subur karena ketersediaan air bagi tanaman tercukupi.
v  Kesuburan tanah terjaga.

B.     Sub Sistem Perencanaan dan Saprodi
Dari hasil pengumpulan data primer dengan cara wawancara langsung kepada anggota kelompok. Dengan berbagai kegiatan usahatani pada sub sistem berikut diantaranya adalah :
1.      Perencanan dan penyediaan sarana produksi pada umumnya dilakukan oleh keluarga petani itu sendiri sebelum melakukan usaha tani.
2.      Terkadang ada juga saprodi yang disediakan dari kelompok dan organisasi.
3.      Apabila dari pada petani yang nantinya kekurangan modal maka dapat meminjam kepada pemerintah melalui kelompok tani, dengan syarat harus ada proposalnya.
Di Dusun Blabak Desa Triwidadi, merupakan wilayah yang terletak di daerah perbukitan di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul, sumber air yang digunakan sebagai pemenuh kehidupan sehari-hari dan untuk usahatani menggunakan air hujan dan sumur gali.
Untuk mengetahui kebutuhan air bagi tanaman di sawah (tegalan) pada saat musim kemarau, dilakukan pembuatan sumur didekat lahan petanian kondisi atau kualitas dapat dikatakan baik.
Alat pertanian yang digunakan adalah alat-alat tradisional seperti cangkul, sabit, dan lain-lain. Petani sebagian besar sudah mengenal pupuk yang beredar dipasaran (pupuk organik dan non organik). Luas usahatani yang digunakan 9.084 m2, yang dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, tanaman kehutanan, tanaman perkebunan.    

C.    SUB SISTEM BUDIDAYA TANAMAN
Komoditas yang umumnya dibudidyakan oleh para petani adalah :
1.      Tanaman Pertanian : garut, ubi kayu, pisang, sawo, sawo manila, mangga.
2.      Tanaman kehutanan : jati, bambu, rumput gajah, sengon, akasia.
3.      Tanaman perkebunan : kelapa, melinjo.
Sedangkan untuk daerah perbukitan ditanami tanaman jati dan kelapa. Dari komoditas diatas yang diusahakan umumnya kondisi wilayahnya mendukung. Sedangkan komoditas yang paling digemari petani adalah garut, ubi kayu, melinjo, rumput gajah.
Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk kandang, SP-36, Urea, KCL, dll.. dan untuk pengedalian hama dan penyakit tindakan yang dilakukan dengan cara disemprot dengan bahan kimia.

D.    SUB SISTEM USAHATANI
      Untuk budidaya garut dengan luasan 5000 m2 sebesar :
  1. Tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha tani adalah bapak , ibu dan anak.
  2. Tenaga kerja diperoleh dari kerja kelompok atau kelompok bergilir seminggu sekali atau musiman pada musim hujan, Kalau pada musim kemarau tenaga kerja setiap harinya 20-30 orang.
  3. Upah tenaga kerja setiap orang atau dapat dihitung HOK sebesar Rp 15000,-per hari.
  4. Biaya yang dibutuhkan dalam berusaha tani:
            Untuk budidaya garut dengan luasan 5000 m2 sebesar :
Ø  Benih garut 75 kg @ Rp 3000,-                      Rp       225.000,-
Ø  Urea 75 kg @ Rp 1250,-                                 Rp       93.750,-
Ø  TSP 25 kg @ Rp 1850,-                                  Rp       46250
Ø  Pupuk kandang 15 zak @ Rp 15000  Rp       225.000,-
Ø  Jumlah                                                             Rp       590.000
            Untuk budidaya koro benguk, empon-empon, suwek hanya sebagai tanaman sela      sehingga tidak dilakukan analisa.
      e. Hasil yang diperoleh (panen) sebesar :
garut  400 kg @ Rp 7000,-                             = Rp  2.800.000,-
Ø  Keuntungan = Rp 2.800.000.– Rp.590.000= RP 2.210.000,-

E.     SUB SISTEM PENGOLAHAN HASIL
Hasil panen dari tiap komoditas yang ada pada umumnya tidak dilakukan pengolahan hasil namun untuk komoditas garut dilakukan pengolahan menjadi emping. Sedangkan hasil yang lainnya dijual dalam bentuk bahan mentah kepada tengkulak (pedagang pengumpul).

F.     SUB SISTEM SARANA PENUNJANG
Sarana penunjang yang ada di Dusun Blabak, Desa Triwidadi adalah PPL, kios saprodi. Lembaga-lembaga instansi terkait yang ikut membantu dalam mengelolah usahataninya adalah BPP, Dinas Kehutanan.
BPP hanya membantu petani memecahkan masalah yang ada dilapangan, dengan cara memberi penyuluhan. Adapun Dinas Kehutanan yaitu membuat proyek konservasi lahan dengan memberi bantuan tanaman jati, sengon, akasia.

G.    RANCANGAN PENANGGULANGAN KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM
Ada beberapa rancangan penanggulangan konservasi sumberdaya alam, diantaranya yaitu :
Ø  Untuk rancangan jangka pendek/panjang dalam rangka penanggulangan kerusakan lahan atau bencana alam adalah semacam di buat terasering yang dilakukan secara gotong-royong.
Ø  Jenis konservasi yang dilakukan adalah dengan cara menyusun batu dan dengan vegetasi (tanaman).
H.      KEADAAN TANAH BERDASARKAN PETA TANAH   
Keadaan tanah menurut peta tanah Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tabel 3. Keadaan Tanah Berdasarkan Peta Tanah.
No
Uraian
Keterangan
1
2
3
4
5

No SPT
Seri
Lereng (%)
Bentuk wilayah
Bahan Induk

12
Kamijoro, Ngalaran
15 – 30
Berbukit
Batu gamping dasitan

Sumber Data : Peta Tanah Kecamatan Pajangan Kab. Bantul Provinsi D.I.Yogyakarta.

I.       KEADAAN TANAH BERDASARKAN PETA ZONA AGROEKOSISTEM
Keadaan tanah sesuai dengan peta ZAE Dusun Blabak, Desa Triwidadi, Pajangan, Bantul.
Tabel 4. Keadaan Tanah Berdasarkan ZAE.
No
Uraian
ZAE
1
Simbol
IIax,T2, B1, I1
2.
Elepasi (m dpl)
50 – 100
3
Temperature
Panas
4
Kelembaban
Kering
5
Drainase
Baik
6
Fisogravi
Bukit sisa erosi
7
Lereng
15 – 30 %
8
Letak
Dusun Blabak, Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan kabupaten Bantul.
Sumber Data : Peta Tanah Kecamatan Pajangan Kab. Bantul Provinsi D.I.Yogyakarta.


BAB V
PEMBAHASAN

1.      Perencanaan dan Penyediaan Saprodi
Petani yang tergabung dalam kelompok tani “Manunggal Karya” Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul biasa merencanakan suatu usaha tani secara bersama-sama dalam kelompok tani, yang disepakati bersama-sama dan rencana tersebut disusun dalam bentuk RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Pelaksanaan pembuatan RDKK dilakukan sebelum musim tanam.
Kebutuhan sarana produksi dibiayai oleh petani sendiri dan dalam pembeliannya dikoordinir oleh kelompok tani. Sedang kebutuhan pupuk kandang dicukupi dari ternak sapi.

2.      Komoditas/budidaya (sapta usaha)
Usaha pengolahan tanah dan persiapan lahan  bagi komoditas pertanian menjadi salah satu faktor penting dari usaha konservasi tanah dan air . Kesalahan – kesalahan yang dilakukan dalam proses tersebut bisa berakibat fatal misalnya pengolahan tanah dengan penggalian batuan jika dengan tidak memperhatikan kondisi teras ataupun kontur dari bukit yang akan digunakan akan menyebabkan percepatan erosi yang disebabkan oleh aliran permukaan ( run off ).
Perbandingan yang dilakukkan antara kondisi riil yang ditemui dilapangan dengan data kesesuaian lahan bagi komoditas pertanian tertentu menunjukan bahwa ada beberapa jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan tetapi ada pula beberapa tanaman yang berada dilahan yang  sebenarnya dari segi budidaya kurang sesuai.







Tabel 5.  Kelas dan Sub Kelas Kemampuan Lahan.
Faktor Pembatas
Kelas
III
Hasil Pengamatan
Kerentan terhadap erosi lapis, alur jurang, slop,flow & longsor pada pertanian tampa teras.
M
S
Kerentanan terhadap deposisi, erosi tebing sungai, angin dan pantai pada pertanian tanpa teras.
M
-
Kerentanan terhadap erosi lapis, alur jurang, slop, flow & longsor pada pertanian dgn teras bangku datar/miring ke belakang.
-
-
Kerentanan terhadap salah satu erosi tersebut diatas pada vegetasi tahunan (permanent).
-
-
Tingkat kebasahan permanen setelah drainase.
2
2
Tingkat bahaya banjir, lama genangan terus menerus.
1-2
-
Karakter fisik tanah
M
SI
Kedalaman tanah (cm)
2
0
Kesuburan tanah atau toksisitas
1
2
Batuan Singkapan
-
2
Iklim
C1- 3
C4

Keterangan :
             SI = Ringan.
             M = Sedang.
             S   = Berat.
             E   = Sangat Berat.


Ilustrasi tabel :
1.      Kerentanan erosi lapisan pada lahan pengamatan tergolong berat ( S ) karena ditemukan kemiringan 10 – 15 %.
2.      Kerentanan terhadap deposisi erosi tebing sungai dan angin dan kerentanan erosi alur jurang tidak ditemukan dilokasi pengamatan karena telah usaha konservasi tanah dalam bentuk terasering ( teras bangku ).
3.      Tingkat kebasahan permanen setelah drainase pada lahan pengamatan memiliki harkat nilai 2 dalam arti profil tanah basah untuk periode yang cukup lama tetapi sewaktu – waktu terjadi kekeringan tapi hanya sebentar. Sering terdapat bercak – bercak pada horison A bagian bawah atau bawah horison A.
4.      Tingkat bahaya banjir dan lama genangan tidak ditemukan hal ini dikarenakan kemiringan lahan yang berkisar antara 10 – 15 %.
5.      Karakter fisik tanah pada lahan pengamatan tergolong ringan ( SI ) dengan tekstur lempung pasir, lempung liat.
6.      Kedalaman tanah memiliki nilai harkat 1 yang berarti kedalaman tanah hanya berkisar antara < 15  Cm.
7.      Kesuburan tanah ( toksisitas ) pada lahan tersebut tergolong harkat nilai 2 yang berarti kesuburan rendah sedang pertumbuhan tanaman terhambat. Untuk sejumlah tanaman masalah tersebut sulit diatasi.
8.      Bantuan singkapan pada harkat 2 menunjukan bahwa persentase luas batuan singkapan pada peta 10 – 20 %.
9.      Berdasarkan penyebaran curah hujan dan jumlah bulan basah / kering yang terjadi dikaitkan dengan teori oldeman termasuk pada wilayah dengan tipe iklim C4 yang berari jumlah bulan basah 5 dan bulan kering 7 bulan.
Rekomendasi bagi beberapa komoditas yang ditemukan pada lahan di Dusun Blabak, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul antara lain :
a.       Kacang Tanah.
Melihat kondisi tanah  dari segi tekstur, kemiringan ( kelerengan ), pH ( keasaman ) Dusun Blabak sesuai untuk  budidaya kacang tanah namun jika dilihat dari kedalaman tanahnya  yang hanya 7 – 15 cm tidak sesuai untuk Budidaya kacang tanah karena kedalaman tanah yang bisa ditolelir bagi tanaman kacang tanah min 25 cm, disamping itu tingkat kesuburan tanahnya  hanya tergolong sedang. Dua hal ini mengakibatkan produksi kacang tanah kurang optimal sehingga untuk mengoptimalkan  potensi dari  tanaman kacang tanah tersebut perlu dilakukan penambahan pupuk kandang atau kompos  guna mempertebal solum dan meningkatkan kesuburan tanah.
b.      Mlinjo.
Melihat kondisi tanah  dari segi tekstur, kemiringan ( kelerengan ), pH ( keasaman ) Dusun Blabak sesuai untuk  budidaya mlinjo namun jika dilihat dari kedalaman tanahnya  yang hanya 7 – 15 cm tidak sesui karena kedalaman tanah yang bisa ditolelir bagi tanaman mlinjo min 50 cm. Hal ini mengakibatkan produksi Mlinjo kurang optimal sehingga untuk mengoptimalkan  potensi dari  tanaman mlinjo tersebut  perlu dilakukan pembuatan lubang tanam pada saat penanaman dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm dengan harapan perakaran tanaman mlinjo mampu menembus batuan guna menyerap unsur hara dari tanah.

3.      Usahatani
Usaha tani di bawah tegakan  yang terjadi di Dusun Blabak Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul hendaknya dilakukan dengan  tetap memperhatikan upaya konservasi tanah dan air sehingga kerusakan – kerusakan lahan yang terjadi bisa diminimalisir. Adapun upaya konservasi yang dilakukan antara lain :
a.       Penanaman rumput dan legume pakan ternak dalam susunan pagar arah lereng yang bervariasi tergantung kemiringan lahan.
b.      Teknologi perbaikan lahan ( rehabilitasi ) dengan menggunakan pemupukan berimbang antara pupuk organik dan anorganik sesuai dengan kebutuhan
c.       Teknologi penataan tanaman yaitu dengan menanam menurut kontur dengan jarak tertentu.
d.      Teknologi penataan air aliran permukaan dengan membuat takaran pengambilan air dan kolam – kolam  kecil yang berguna untuk minum ternak dan menyiram tanaman.




4.      Pengolahan hasil
Usaha pengolahan hasil yang dilakukan pada hasil tanaman adalah tepung Garut, kerupuk garut. Setiap 5 kg garut  basah setelah diolah menjadi 1 kg  tepung Garut. Pengolahan tersebut dilakukan oleh petani dan keluarganya. Waktu yang diperlukan untuk mengolah dari Garut  ditumbuk selama 1 jam kemudian diperas dan didiamkan selama 4-5 jam tepung sudah mengendap, setelah dikeringkan selama 6 jam dalam kondisi cuaca panas tepung sudah siap dijual. Cara-cara tersebut di peroleh dari kreatifitas petani. Kemudian ada pelatihan dari pemerintah melalui Dinas Perindustrian mengadakan pembinaan mengenai proses perbaikan pembuatan tepung garut.

5.      Sarana penunjang
Di wilayah desa Triwidadi tidak terdapat KUD, sarana produksi pertanian didapat dari toko saprodi. Sedangkan lembaga keuangan seperti BRI ada diwilayah kecamatan tetangga namun petani kurang berminat untuk mengakses kredit dari BRI karena mempertimbangkan resiko yang akan ditanggungnya.
Lembaga atau instansi yang terkait ikut terlibat melakukan pembinaan/penyuluhan kepada petani sesuai bidangnya masing-masing. pertemuan dilakukan sesuai permintaan anggota kelompok tani. Kegiatan gerakan yang berkaitan dengan KSDA mendapat dukungan dari pemerintah desa, seperti pembuatan terasering, lahan yang curam ditanami rumput gajah tanaman pagar dll.
Sedangkan dari perguruan tinggi yang pernah melaksanakan praktek/KKN di desa Triwidadi adalah UMY dan UGM. Mereka bersama-sama petani melaksanakan kegiatan KSDA seperti perbaikan terasering, menanam tanaman penguat teras (rumput gajah) dan perbaikan jalan.

6.      Konservasi di lahan hulu
Guna penanggulangan erosi yang terjadi di daerah hulu, maka usaha konservasi yang dilaksanakan adalah usaha secara  teknis (pembuatan teras) dan usaha secara vegetasi (usaha penghijauan/penanaman tanaman keras).
Fungsi dam penahan adalah untuk menampung endapan lumpur dari hasil erosi.

Adapun  fungsi teras adalah :
-            Mengurangi kecepatan aliran air permukaan sehingga daya kikisnya terhadap tanah dapat ditekan/berkurang.
-            Memperbesar peresapan air kedalam tanah, sehingga dapat mengurangi bahaya banjir.
-            Menampung serta mengendalikan arah dan kecepatan aliran air permukaan menuju ke tempat tertentu secara aman.
Sedangkan fungsi dari penghijauan  (penanaman tanaman keras) antara lain :
-            Mengurangi pengaruh energi kinetik tetesan air hujan.
-            Memperbaiki struktur tanah.
-            Menambah bahan organik tanah.
-            Mengurangi fluktuasi suhu tanah.



















BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan responden/petani maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan mengolah hasil pengamatan maka Dapat ditarik kesimpulan bahwa  tanah yang berada di Dusun Blabak termasuk pada kelas II.
b.      Dusun Blabak Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul dengan kemiringan lereng 1530 % merupakan daerah yang rawan terhadap erosi.
c.       Tingkat kerusakan lahan yang terjadi akibat erosi tergolong ringan sampai sedang.
d.      Usaha konservasi yang dilaksanakan dintaranya pembuatan teras penahan serta usaha penghijauan yaitu penanaman tanaman keras/tanaman tahunan.
e.       Kondisi dari bangunan-bangunan KSDA pada saat ini sudah banyak yang rusak dan diperbaiki oleh petani secara swadaya.
f.       Untuk menjaga kesuburan tanah, maka dalam melaksanakan usaha tani para petani tidak perlu menggunakan pupuk anorganik dan obat-obatan (pestisida kimia) melainkan menggunakan pupuk organik dan pestisida hayati.

2.      Saran
a.       Pemerintah perlu lebih memperhatikan kerusakan-kerusakan dari bangunan KSDA dan harus segera dilakukan perbaikan.
b.      Pola usaha tani dari petani yang menggunakan pupuk organik dan pestisida hayati perlu dipertahankan untuk menuju pertanian yang berkelanjutan.
c.       Perlu lebih ditingkatkan lagi pembinaan kepada petani khususnya tentang produksi dan pemasaran dari tepung garut yang dihasilkan oleh petani, sehingga dapat lebih meningkatkan taraf hidup petani dan keluarganya.
d.      Pada pelaksanaan kegiatan fieltrip yang serupa di masa yang akan datang hendaknya lebih dapat membangun interaksi positif dengan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA


Rajiman, SP., MP., Ir. Abdul Kadir Rachman, MS. 2008 “Diktat Konservasi Sumber
Daya Alam“.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar