BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Evaluasi lahan adalah penilaian pada
suatu lahan dengan cara mengelompokkan sifat yang relative sama dan memisahkan
sifat yang berbeda sehingga akan menjadi kelas yang sama. Dalam evaluasi lahan
dikenal dua istilah yaitu kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
Dalam pelaksanaan evaluasi lahan akan
dikaitkan dengan pengumpulan data yang digunakan untuk menilai. Data yang
dikumpulkan dapat berupa peta tanah dan peta topografi, foto udara, data
sekunder lain serta data primer dari lapangan. Untuk keperluan usaha pertanian,
sumber daya lahan dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu: tanah, iklim,
topografi dan formasi geologi, vegetasi dan sosial ekonomi.
Kemampuan lahan
Kemampuan lahan adalah pengelompokan
lahan ke dalam satuan – satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan
secara intensif termasuk jenis – jenis pengelolaannya tanpa menyebabkan
kerusakan. Hal ini berarti kemampuan lahan merupakan system klasifikasi lahan
yang ditujukan pada konservasi tanah dalam menopang penggunaan lahan untuk
pertanian secara luas.
Daya guna lahan dapat berbeda – beda
sesuai dengan faktor pembatas yang ada. Dalam penilaian kemampuan lahan akan
dilihat potensi lahan untuk penggunaan pertanian yang umum dari segi sifat dan
faktor pembatas. Faktor pembatas yang dijadikan pertimbangan adalah kerentanan
terhadap erosi, tingkat kebasahan permanen, tingkat bahaya banjir,
karakteristik fisik tanah, kedalaman tanah, kesuburan tanah, kesuburan/
toksisitas, batuan singkapan, iklim dan pengendalian lereng.
Dengan mengetahui faktor pembatas/
penghambat pada cirri tanah dan lingkungan akan disusun dalam kategori –
kategori. Kategori klasifikasi kemampuan lahan dibagi menjadi 8 kelas, setiap
kelas dibagi menjadi sub kelas dan setiap sub kelas dibagi lagi menjadi satuan
pengelolaan lahan. Penggolongan ke dalam kelas dinilai dari faktor penghambat
atau pembatas yang sifatnya permanen atau sulit diubah. Sub kelas dibedakan
dalam setiap kelas menurut: 1. erosi (e) 2. kelembaban (w) 3. kedalaman efektif
(s) dan 4. iklim (c).
Kemampuan lahan dibagi menjadi 8
kelas, kelas I – IV in layak dipergunakan untuk usahatani tanaman semusim,
sedangkan pda klas V – VIII digunakan untuk tanaman tahunan.
Kesesuaian lahan bagi pertanian.
Kesesuaian lahan adalah penggambaran
tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu seperti
penggunaan padi, jagung, kedelai, dll. Kesesuaian lahan identik dengan sifat
positif yang berhubungan dengan produksi dengan penggunaannya.
Penilaian kesesuaian lahan pada
prinsipnya menentukan pemilihan jenis suatu tanaman tertentu. Sehingga dikenal
dua tahap pelaksanaannya yaitu :
- Tahap pertama mencari syarat tumbuh baik tanah maupun tanaman.
- Tahap kedua mengindentifikasi dan membatasi lahan yang diinginkan.
Pada kesesuaian lahan akan dibagi menjadi 5 klas yaitu 3
dalam klas sesuai dan 2 pada klas tidak sesuai. Pada klas sesuai terdiri dari
S1, S2, dan S3. Sementara klas tidak sesuai terdiri dari N1 dan N2.
B. Perumusan Masalah
Dari hasil observasi dan hasil
wawancara dilapangan terdapat beberapa permasalahan tentang motivasi petani di
Kelompok Tani Manunggal Karya, Dusun Blabak, Desa Triwidadi antara lain sebagai berikut:
a.
Masalah Teknis.
1)
Teraseringnya perlu
disempurnakan.
2)
Saluran buntu/rorak
belum dibuat.
3)
Saluran Pembuang Air
(SPA) perlu diperbaiki.
4)
Penanaman dibawah
tegakan misalnya komoditas garut, jagung, empon-empon, kacang-kacangan belum
dilakukan secara optimal. Sehingga untuk lebih mengefektifkan penggunaan lahan
diperlukan pola tanam yang teratur, dengan mempertimbangkan keadaan tenaga
kerja , air dan kebutuhan bibit.
b.
Aspek Sosial.
1). Motivasi
petani terhadap pemanfaatan lahan bawah
tegakan belum diusahakan secara optimal.
2). Kelompok tani khususnya kelompok
tanaman semusim khusunya garut, jagung, empon-empon, kacang-kacangan berfungsi
sebagai kelompok usaha.
c.
Aspek Ekonomi.
1)
Untuk penyempurnaan
teras perlu biaya tinggi.
2)
Untuk perbaikan SPA /
Drop membutuhkan biaya tinggi.
3)
Untuk membuat Saluran
buntu / rorak membutuhkan biaya tinggi.
4)
Untuk membeli bibit
kunyit perlu biaya tinggi.
C. Tujuan
Tujuan field trip evaluasi lahan adalah :
1.
Membuat klasifikasi kemampuan
lahan pada suatu wilayah.
2.
Membuat klasifikasi kesesuaian
lahan.
D. Manfaat
Manfaat dari field trip evaluasi lahan yaitu:
1.
Supaya bisa memanfaatkan lahan
secara intensif tanpa menyebabkan kerusakan.
2.
Supaya bisa mengetahui gambaran
tingkat kecocokkan sebidang lahan yang berhubungan dengan produksi pada
penggunaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah penilaian pada
suatu lahan dengan cara mengelompokkan sifat yang relative sama dan memisahkan
sifat yang berbeda sehingga akan menjadi kelas yang sama. Dalam evaluasi lahan
dikenal dua istilah yaitu kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
Dalam pelaksanaan evaluasi lahan akan
dikaitkan dengan pengumpulan data yang digunakan untuk menilai. Data yang
dikumpulkan dapat berupa peta tanah dan peta topografi, foto udara, data
sekunder lain serta data primer dari lapangan. Untuk keperluan usaha pertanian,
sumber daya lahan dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu: tanah, iklim,
topografi dan formasi geologi, vegetasi dan sosial ekonomi.
B. Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan adalah pengelompokan
lahan ke dalam satuan – satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan
secara intensif termasuk jenis – jenis pengelolaannya tanpa menyebabkan
kerusakan. Hal ini berarti kemampuan lahan merupakan system klasifikasi lahan
yang ditujukan pada konservasi tanah dalam menopang penggunaan lahan untuk
pertanian secara luas.
Daya guna lahan dapat berbeda – beda
sesuai dengan faktor pembatas yang ada. Dalam penilaian kemampuan lahan akan
dilihat potensi lahan untuk penggunaan pertanian yang umum dari segi sifat dan faktor
pembatas. Faktor pembatas yang dijadikan pertimbangan adalah kerentanan
terhadap erosi, tingkat kebasahan permanen, tingkat bahaya banjir,
karakteristik fisik tanah, kedalaman tanah, kesuburan tanah, kesuburan/
toksisitas, batuan singkapan, iklim dan pengendalian lereng.
Dengan mengetahui faktor pembatas/
penghambat pada cirri tanah dan lingkungan akan disusun dalam kategori –
kategori. Kategori klasifikasi kemampuan lahan dibagi menjadi 8 kelas, setiap
kelas dibagi menjadi sub kelas dan setiap sub kelas dibagi lagi menjadi satuan
pengelolaan lahan. Penggolongan ke dalam kelas dinilai dari faktor penghambat
atau pembatas yang sifatnya permanen atau sulit diubah. Sub kelas dibedakan
dalam setiap kelas menurut : 1. erosi (e) 2. kelembaban (w) 3. kedalaman
efektif (s) dan 4. iklim (c).
Kemampuan lahan dibagi menjadi 8 kelas, kelas I – IV in
layak dipergunakan untuk usahatani tanaman semusim, sedangkan pda klas V – VIII
digunakan untuk tanaman tahunan.
C. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah penggambaran
tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu seperti
penggunaan padi, jagung, kedelai, dll. Kesesuaian lahan identik dengan sifat
positif yang berhubungan dengan produksi dengan penggunaannya.
Penilaian kesesuaian lahan pada
prinsipnya menentukan pemilihan jenis suatu tanaman tertentu. Sehingga dikenal
dua tahap pelaksanaannya yaitu :
1.
Tahap pertama mencari syarat
tumbuh baik tanah maupun tanaman.
2.
Tahap kedua mengindentifikasi
dan membatasi lahan yang diinginkan.
Pada kesesuaian lahan akan dibagi
menjadi 5 klas yaitu 3 dalam klas sesuai dan 2 pada klas tidak sesuai. Pada
klas sesuai terdiri dari S1, S2, dan S3. Sementara klas tidak sesuai terdiri
dari N1 dan N2.
BAB III
METODE EVALUASI LAHAN
A. Lokasi dan Waktu
Field trip Evaluasi
Lahan pelaksanaannya di lokasi Dusun Blabak Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan
Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Hari Kamis tanggal 13
Nopember 2008.
B. Orgnisasi Pelaksanaan
Field trip Evaluasi Lahan di
laksanakan di kelompok Tani Manunggal Karya Dusun Blabak Desa Triwidadi
Kecamatan Pajangan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, dilakukan dengan cara :
1.
Melihat Peta Tanah dan Peta
Topografi Dusun Blabak Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan.
2.
Membaca Data Sekunder yang
sudah ada.
3.
Melakukan wawancara dengan
petani langsung, sehingga diperoleh data primer.
4. Observasi merupakan pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung dan pencatatan gejala – gejala yang tampak pada lahan yang diamati.
D. Jenis Data Yang
Dikumpulkan
Pada field trip evaluasi lahan di Dusun Blabak Desa
Triwidadi, jenis data yang dikumpulkan adalah :
1.
Peta Tanah dan Peta Topografi.
2.
Data Sekunder yaitu data yang
diperoleh dari instansi/ BPP setempat.
3.
Data Primer yaitu data yang
diperoleh dari wawancara dengan petani secara langsung.
E. Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam
praktek ini adalah analisa deskriptif yaitu pengamatan yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara langsung kepada petani responden.
Pernyataan tingkat pengetahuan petani
dibuat skala likert berbentuk data interval dengan jawaban sebagai berikut :
Table 1. Tingkat Pengetahuan Petani.
a.
|
Mengetahui
|
: score 3
|
b.
|
Kurang mengetahui
|
: score 2
|
c.
|
Tidak mengetahui
|
: score 1
|
Pernyataan motivasi petani dibuat
skala likert berbentuk data interval dengan jawaban sebagai berikut :
Tabel 2. Motivasi Petani.
a.
|
Sangat ingin
|
: score 3
|
b.
|
Ingin
|
: score 2
|
c.
|
Tidak ingin
|
: score 1
|
Data yang diperoleh dari aspek sosial
yaitu seberapa jauh tingkat pengetahuan petani pada usaha konservasi bawah
tegakan pada system agribisnis garut, jagung, empon-empon, kacang-kacangan ( dinyatakan dengan prosentase) dan seberapa
jauh motivasi yang dimiliki petani pada usaha konservasi bawah tegakan pada
system agribisnis garut, jagung, empon-empon, kacang-kacangan (dinyatakan
dengan prosentase).
BAB IV
HASIL EVALUASI LAHAN
A.
Tindakan Konservasi di DAS Hulu dan DAS Hilir yang telah dilakukan
Kegiatan
konservasi yang telah dilakukan dalam rangkah penanggulangan terjadinya erosi
di Dusun Blabak, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, diantaranya adalah sebagai berikut :
Ø Pembuatan terasering.
Ø Penanaman tanaman penguatan teras.
Ø Penanaman tanaman teras (kayu-kayuan)
seperti kelapa, garut, jati, rumput gajah, melinjo, sawo, sawo manila, pisang,
mangga, ubi kayu, bambu, akasia, sengon.
Dampak yang terjadi seandainya
dilakukan tindakan konservasi adalah :
v Tanah tidak tererosi dan longsor, kalaupun
itu terjadi masih sangat kecil.
v Kandungan air lebih awet.
v Tanaman dapat tumbuh dengan subur karena
ketersediaan air bagi tanaman tercukupi.
v Kesuburan tanah terjaga.
B.
Sub Sistem Perencanaan dan Saprodi
Dari hasil
pengumpulan data primer dengan cara wawancara langsung kepada anggota kelompok.
Dengan berbagai kegiatan usahatani
pada sub sistem berikut diantaranya adalah :
1. Perencanan dan penyediaan sarana produksi
pada umumnya dilakukan oleh keluarga petani itu sendiri sebelum melakukan usaha
tani.
2. Terkadang ada juga saprodi yang disediakan
dari kelompok dan organisasi.
3. Apabila dari pada petani yang nantinya
kekurangan modal maka dapat meminjam kepada pemerintah melalui kelompok tani,
dengan syarat harus ada proposalnya.
Di Dusun Blabak
Desa Triwidadi, merupakan wilayah yang terletak di daerah perbukitan di Kecamatan
Pajangan Kabupaten Bantul, sumber air yang digunakan sebagai pemenuh kehidupan
sehari-hari dan untuk usahatani menggunakan air hujan dan sumur gali.
Untuk mengetahui
kebutuhan air bagi tanaman di sawah (tegalan) pada saat musim kemarau,
dilakukan pembuatan sumur didekat lahan petanian kondisi atau kualitas dapat
dikatakan baik.
Alat
pertanian yang digunakan adalah alat-alat tradisional seperti cangkul, sabit,
dan lain-lain. Petani sebagian besar sudah mengenal pupuk yang beredar
dipasaran (pupuk organik dan non organik). Luas usahatani yang digunakan 9.084
m2, yang dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, tanaman kehutanan, tanaman
perkebunan.
C.
SUB SISTEM BUDIDAYA TANAMAN
Komoditas yang umumnya
dibudidyakan oleh para petani adalah :
1. Tanaman Pertanian : garut, ubi kayu,
pisang, sawo, sawo manila, mangga.
2. Tanaman kehutanan : jati, bambu, rumput
gajah, sengon, akasia.
3. Tanaman perkebunan : kelapa, melinjo.
Sedangkan untuk daerah
perbukitan ditanami tanaman jati dan kelapa. Dari komoditas diatas yang
diusahakan umumnya kondisi wilayahnya mendukung. Sedangkan komoditas yang
paling digemari petani adalah garut, ubi kayu, melinjo, rumput gajah.
Pupuk yang sering digunakan adalah
pupuk kandang, SP-36, Urea, KCL, dll.. dan untuk pengedalian hama dan penyakit
tindakan yang dilakukan dengan cara disemprot dengan bahan kimia.
D.
SUB SISTEM USAHATANI
Untuk budidaya garut dengan luasan 5000 m2
sebesar :
- Tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha tani adalah bapak , ibu dan anak.
- Tenaga kerja diperoleh dari kerja kelompok atau kelompok bergilir seminggu sekali atau musiman pada musim hujan, Kalau pada musim kemarau tenaga kerja setiap harinya 20-30 orang.
- Upah tenaga kerja setiap orang atau dapat dihitung HOK sebesar Rp 15000,-per hari.
- Biaya yang dibutuhkan dalam berusaha tani:
Untuk budidaya
garut dengan luasan 5000 m2 sebesar :
Ø Benih garut 75 kg @ Rp 3000,- Rp
225.000,-
Ø Urea 75 kg @ Rp 1250,- Rp 93.750,-
Ø TSP 25 kg @ Rp 1850,- Rp 46250
Ø Pupuk kandang 15 zak
@ Rp 15000 Rp 225.000,-
Ø Jumlah Rp
590.000
Untuk budidaya koro benguk,
empon-empon, suwek hanya sebagai tanaman sela sehingga tidak dilakukan analisa.
e. Hasil yang diperoleh
(panen) sebesar :
garut 400 kg @ Rp
7000,- =
Rp 2.800.000,-
Ø Keuntungan = Rp 2.800.000.– Rp.590.000= RP
2.210.000,-
E.
SUB SISTEM PENGOLAHAN HASIL
Hasil panen
dari tiap komoditas yang ada pada umumnya tidak dilakukan pengolahan hasil
namun untuk komoditas garut dilakukan pengolahan menjadi emping. Sedangkan hasil
yang lainnya dijual dalam bentuk bahan mentah kepada tengkulak (pedagang
pengumpul).
F.
SUB SISTEM SARANA PENUNJANG
Sarana
penunjang yang ada di Dusun Blabak, Desa Triwidadi adalah PPL, kios saprodi.
Lembaga-lembaga instansi terkait yang ikut membantu dalam mengelolah usahataninya
adalah BPP, Dinas Kehutanan.
BPP hanya
membantu petani memecahkan masalah yang ada dilapangan, dengan cara memberi
penyuluhan. Adapun Dinas Kehutanan yaitu membuat proyek konservasi lahan dengan
memberi bantuan tanaman jati, sengon, akasia.
G.
RANCANGAN PENANGGULANGAN KONSERVASI SUMBERDAYA
ALAM
Ada
beberapa rancangan penanggulangan konservasi sumberdaya alam, diantaranya yaitu
:
Ø Untuk rancangan jangka pendek/panjang
dalam rangka penanggulangan kerusakan lahan atau bencana alam adalah semacam di
buat terasering yang dilakukan secara gotong-royong.
Ø Jenis konservasi yang dilakukan adalah
dengan cara menyusun batu dan dengan vegetasi (tanaman).
H. KEADAAN TANAH BERDASARKAN PETA TANAH
Keadaan
tanah menurut peta tanah Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tabel 3. Keadaan Tanah Berdasarkan Peta Tanah.
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
|
No SPT
Seri
Lereng (%)
Bentuk wilayah
Bahan Induk
|
12
Kamijoro, Ngalaran
15 – 30
Berbukit
Batu gamping dasitan
|
Sumber Data : Peta Tanah Kecamatan
Pajangan Kab. Bantul Provinsi D.I.Yogyakarta.
I.
KEADAAN TANAH BERDASARKAN PETA ZONA
AGROEKOSISTEM
Keadaan
tanah sesuai dengan peta ZAE Dusun Blabak, Desa Triwidadi, Pajangan, Bantul.
Tabel
4. Keadaan Tanah Berdasarkan ZAE.
No
|
Uraian
|
ZAE
|
1
|
Simbol
|
IIax,T2, B1, I1
|
2.
|
Elepasi (m dpl)
|
50 – 100
|
3
|
Temperature
|
Panas
|
4
|
Kelembaban
|
Kering
|
5
|
Drainase
|
Baik
|
6
|
Fisogravi
|
Bukit sisa erosi
|
7
|
Lereng
|
15 – 30 %
|
8
|
Letak
|
Dusun Blabak, Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan kabupaten Bantul.
|
Sumber Data : Peta Tanah Kecamatan
Pajangan Kab. Bantul Provinsi D.I.Yogyakarta.
BAB V
PEMBAHASAN
1.
Perencanaan dan Penyediaan Saprodi
Petani yang tergabung dalam kelompok
tani “Manunggal Karya” Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul biasa
merencanakan suatu usaha tani secara bersama-sama dalam kelompok tani, yang
disepakati bersama-sama dan rencana tersebut disusun dalam bentuk RDKK (Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok). Pelaksanaan pembuatan RDKK dilakukan sebelum
musim tanam.
Kebutuhan sarana produksi dibiayai
oleh petani sendiri dan dalam pembeliannya dikoordinir oleh kelompok tani.
Sedang kebutuhan pupuk kandang dicukupi dari ternak sapi.
2.
Komoditas/budidaya
(sapta usaha)
Usaha pengolahan tanah dan persiapan
lahan bagi komoditas pertanian menjadi
salah satu faktor penting dari usaha konservasi tanah dan air . Kesalahan –
kesalahan yang dilakukan dalam proses tersebut bisa berakibat fatal misalnya
pengolahan tanah dengan penggalian batuan jika dengan tidak memperhatikan
kondisi teras ataupun kontur dari bukit yang akan digunakan akan menyebabkan
percepatan erosi yang disebabkan oleh aliran permukaan ( run off ).
Perbandingan yang dilakukkan antara
kondisi riil yang ditemui dilapangan dengan data kesesuaian lahan bagi
komoditas pertanian tertentu menunjukan bahwa ada beberapa jenis tanaman yang sesuai
dengan karakteristik lahan tetapi ada pula beberapa tanaman yang berada dilahan
yang sebenarnya dari segi budidaya
kurang sesuai.
Tabel
5. Kelas dan Sub Kelas Kemampuan Lahan.
Faktor
Pembatas
|
Kelas
|
|
III
|
Hasil
Pengamatan
|
|
Kerentan terhadap erosi lapis,
alur jurang, slop,flow & longsor pada pertanian
|
M
|
S
|
Kerentanan
terhadap deposisi, erosi tebing sungai, angin dan pantai pada pertanian tanpa
teras.
|
M
|
-
|
Kerentanan
terhadap erosi lapis, alur jurang, slop, flow & longsor pada pertanian
dgn teras bangku datar/miring ke belakang.
|
-
|
-
|
Kerentanan
terhadap salah satu erosi tersebut diatas pada vegetasi tahunan (permanent).
|
-
|
-
|
Tingkat kebasahan permanen
setelah drainase.
|
2
|
2
|
Tingkat bahaya
banjir, lama genangan terus menerus.
|
1-2
|
-
|
Karakter fisik tanah
|
M
|
SI
|
Kedalaman tanah (cm)
|
2
|
0
|
Kesuburan tanah atau toksisitas
|
1
|
2
|
Batuan Singkapan
|
-
|
2
|
Iklim
|
C1- 3
|
C4
|
Keterangan :
SI = Ringan.
M = Sedang.
S = Berat.
E = Sangat Berat.
Ilustrasi tabel :
1.
Kerentanan erosi lapisan pada lahan pengamatan
tergolong berat ( S ) karena ditemukan kemiringan 10 – 15 %.
2.
Kerentanan terhadap deposisi erosi tebing sungai dan
angin dan kerentanan erosi alur jurang tidak ditemukan dilokasi pengamatan
karena telah usaha konservasi tanah dalam bentuk terasering ( teras bangku ).
3. Tingkat
kebasahan permanen setelah drainase pada lahan pengamatan memiliki harkat nilai
2 dalam arti profil tanah basah untuk periode yang cukup lama tetapi sewaktu –
waktu terjadi kekeringan tapi hanya sebentar. Sering terdapat bercak – bercak pada horison
A bagian bawah atau bawah horison A.
4.
Tingkat bahaya banjir dan lama genangan tidak
ditemukan hal ini dikarenakan kemiringan lahan yang berkisar antara 10 – 15 %.
5.
Karakter fisik tanah pada lahan pengamatan tergolong
ringan ( SI ) dengan tekstur lempung pasir, lempung liat.
6.
Kedalaman tanah memiliki nilai harkat 1 yang berarti
kedalaman tanah hanya berkisar antara < 15
Cm.
7.
Kesuburan tanah ( toksisitas ) pada lahan tersebut
tergolong harkat nilai 2 yang berarti kesuburan rendah sedang pertumbuhan
tanaman terhambat. Untuk sejumlah tanaman masalah tersebut sulit diatasi.
8.
Bantuan singkapan pada harkat 2 menunjukan bahwa
persentase luas batuan singkapan pada peta 10 – 20 %.
9.
Berdasarkan penyebaran curah hujan dan jumlah bulan
basah / kering yang terjadi dikaitkan dengan teori oldeman termasuk pada
wilayah dengan tipe iklim C4 yang berari jumlah bulan basah 5 dan bulan kering
7 bulan.
Rekomendasi
bagi beberapa komoditas yang ditemukan pada lahan di Dusun Blabak, Desa
Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul antara lain :
a.
Kacang Tanah.
Melihat kondisi tanah
dari segi tekstur, kemiringan ( kelerengan ), pH ( keasaman ) Dusun Blabak
sesuai untuk budidaya kacang tanah namun
jika dilihat dari kedalaman tanahnya
yang hanya 7 – 15 cm tidak sesuai untuk Budidaya kacang tanah karena
kedalaman tanah yang bisa ditolelir bagi tanaman kacang tanah min 25 cm,
disamping itu tingkat kesuburan tanahnya
hanya tergolong sedang. Dua hal ini mengakibatkan produksi kacang tanah
kurang optimal sehingga untuk mengoptimalkan
potensi dari tanaman kacang tanah
tersebut perlu dilakukan penambahan pupuk kandang atau kompos guna mempertebal solum dan meningkatkan
kesuburan tanah.
b.
Mlinjo.
Melihat kondisi tanah
dari segi tekstur, kemiringan ( kelerengan ), pH ( keasaman ) Dusun Blabak
sesuai untuk budidaya mlinjo namun jika
dilihat dari kedalaman tanahnya yang
hanya 7 – 15 cm tidak sesui karena kedalaman tanah yang bisa ditolelir bagi
tanaman mlinjo min 50 cm. Hal ini mengakibatkan produksi Mlinjo kurang optimal
sehingga untuk mengoptimalkan potensi
dari tanaman mlinjo tersebut perlu dilakukan pembuatan lubang tanam pada
saat penanaman dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm dengan harapan perakaran
tanaman mlinjo mampu menembus batuan guna menyerap unsur hara dari tanah.
3.
Usahatani
Usaha tani di bawah tegakan yang terjadi di Dusun Blabak Desa Triwidadi
Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul hendaknya dilakukan dengan tetap memperhatikan upaya konservasi tanah
dan air sehingga kerusakan – kerusakan lahan yang terjadi bisa
diminimalisir. Adapun upaya konservasi yang dilakukan antara lain :
a.
Penanaman rumput dan legume pakan ternak dalam
susunan pagar arah lereng yang bervariasi tergantung kemiringan lahan.
b. Teknologi perbaikan lahan ( rehabilitasi ) dengan menggunakan
pemupukan berimbang antara pupuk organik dan anorganik sesuai dengan kebutuhan
c.
Teknologi
penataan tanaman yaitu dengan menanam menurut kontur dengan jarak tertentu.
d.
Teknologi
penataan air aliran permukaan dengan membuat takaran pengambilan air dan kolam
– kolam kecil yang berguna untuk minum ternak dan menyiram tanaman.
4.
Pengolahan hasil
Usaha pengolahan hasil yang dilakukan
pada hasil tanaman adalah tepung Garut, kerupuk garut. Setiap 5 kg garut basah setelah diolah menjadi 1 kg tepung Garut. Pengolahan tersebut dilakukan
oleh petani dan keluarganya. Waktu yang diperlukan untuk mengolah dari Garut ditumbuk selama 1 jam kemudian diperas dan
didiamkan selama 4-5 jam tepung sudah mengendap, setelah dikeringkan selama 6
jam dalam kondisi cuaca panas tepung sudah siap dijual. Cara-cara tersebut di
peroleh dari kreatifitas petani. Kemudian ada pelatihan dari pemerintah melalui
Dinas Perindustrian mengadakan pembinaan mengenai proses perbaikan pembuatan tepung
garut.
5.
Sarana penunjang
Di wilayah desa Triwidadi tidak
terdapat KUD, sarana produksi pertanian didapat dari toko saprodi. Sedangkan lembaga
keuangan seperti BRI ada diwilayah kecamatan tetangga namun petani kurang
berminat untuk mengakses kredit dari BRI karena mempertimbangkan resiko yang akan
ditanggungnya.
Lembaga atau instansi yang terkait
ikut terlibat melakukan pembinaan/penyuluhan kepada petani sesuai bidangnya
masing-masing. pertemuan dilakukan sesuai permintaan anggota kelompok tani.
Kegiatan gerakan yang berkaitan dengan KSDA mendapat dukungan dari pemerintah
desa, seperti pembuatan terasering, lahan yang curam ditanami rumput gajah
tanaman pagar dll.
Sedangkan dari perguruan tinggi yang
pernah melaksanakan praktek/KKN di desa Triwidadi adalah UMY dan UGM. Mereka
bersama-sama petani melaksanakan kegiatan KSDA seperti perbaikan terasering,
menanam tanaman penguat teras (rumput gajah) dan perbaikan jalan.
6.
Konservasi di lahan hulu
Guna penanggulangan erosi yang
terjadi di daerah hulu, maka usaha konservasi yang dilaksanakan adalah usaha
secara teknis (pembuatan teras) dan
usaha secara vegetasi (usaha penghijauan/penanaman tanaman keras).
Fungsi dam penahan adalah untuk menampung endapan lumpur
dari hasil erosi.
Adapun fungsi
teras adalah :
-
Mengurangi kecepatan aliran air
permukaan sehingga daya kikisnya terhadap tanah dapat ditekan/berkurang.
-
Memperbesar peresapan air
kedalam tanah, sehingga dapat mengurangi bahaya banjir.
-
Menampung serta mengendalikan
arah dan kecepatan aliran air permukaan menuju ke tempat tertentu secara aman.
Sedangkan fungsi dari penghijauan (penanaman tanaman keras) antara lain :
-
Mengurangi pengaruh energi
kinetik tetesan air hujan.
-
Memperbaiki struktur tanah.
-
Menambah bahan organik tanah.
-
Mengurangi fluktuasi suhu
tanah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan langsung
di lapangan dan wawancara dengan responden/petani maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a.
Dari hasil pembahasan yang
dilakukan dengan mengolah hasil pengamatan maka Dapat ditarik kesimpulan
bahwa tanah yang berada di Dusun Blabak
termasuk pada kelas II.
b.
Dusun Blabak Desa Triwidadi,
Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul dengan kemiringan lereng 15 – 30 % merupakan daerah yang
rawan terhadap erosi.
c.
Tingkat kerusakan lahan yang
terjadi akibat erosi tergolong ringan sampai sedang.
d.
Usaha konservasi yang dilaksanakan
dintaranya pembuatan teras penahan serta usaha penghijauan yaitu penanaman
tanaman keras/tanaman tahunan.
e.
Kondisi dari bangunan-bangunan
KSDA pada saat ini sudah banyak yang rusak dan diperbaiki oleh petani secara
swadaya.
f.
Untuk menjaga kesuburan tanah,
maka dalam melaksanakan usaha tani para petani tidak perlu menggunakan pupuk anorganik
dan obat-obatan (pestisida kimia) melainkan menggunakan pupuk organik dan
pestisida hayati.
2.
Saran
a.
Pemerintah perlu lebih
memperhatikan kerusakan-kerusakan dari bangunan KSDA dan harus segera dilakukan
perbaikan.
b.
Pola usaha tani dari petani
yang menggunakan pupuk organik dan pestisida hayati perlu dipertahankan untuk
menuju pertanian yang berkelanjutan.
c.
Perlu lebih ditingkatkan lagi
pembinaan kepada petani khususnya tentang produksi dan pemasaran dari tepung
garut yang dihasilkan oleh petani, sehingga dapat lebih meningkatkan taraf
hidup petani dan keluarganya.
d. Pada pelaksanaan kegiatan fieltrip yang
serupa di masa yang akan datang hendaknya lebih dapat membangun interaksi
positif dengan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Rajiman, SP., MP., Ir. Abdul Kadir Rachman, MS. 2008
“Diktat Konservasi Sumber
Daya Alam“.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar