LAPORAN
FILDTRIP
SISTEM PERTANIAN
TENTANG
PEMANFAATAN LAHAN PASIR
DI DESA BUGEL KEC, GLAGAT KAB,
KULONPROGO PROVINSI DIY
Disusun oleh :
ICTIRA
JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI
YOGYAKARTA
TAHUN, 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan
dengan semakin meningkatnya pertanian di Indonesia dan kesadaran manusia
terhadap kelestarian lingkungan hidup semakin banyak pula aspek lingkungan yang
perlu dipertimbangkan sebelum melakukan berbagai pengambilan keputusan,
termasuk sebelum melakukan tindakan dalam penanaman buah dalam usaha taninya.
Dan berbagai pengendalian hama tanaman agar para petani dapat menghasilkan
buah-buahan yang dapat menguntungkan. Buah-buahan yang menguntungkan saat ini tentunya buah naga yang tenar
di sekitar tahun 2010.
Pembangunan pertanian
dapat dilakukan di lahan pasir pantai seiring menyempitnya lahan pertanian. Anggapan selama ini bahwa lahan
pasir pantai tidak bisa dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat di sekitar
pantai untuk kegiatan pertanian, karena selama ini lahan pasir pantai dinilai
tidak layak sebagai media tanam serta memiliki keterbatasan dan pengelolaannya
lebih sulit dibandingkan lahan tegalan maupun lahan sawah. Lahan untuk budidaya buah dapat diolah
dengan menggunakan teknik bercocok tanam di lahan pasir pantai sehingga menjadi
lahan pertanian yang produktif,
khususnya yang akan dijelaskan dalam makalah ini tentang budidaya buah naga
menggunakan media tanam pasir pantai.
1.2
Tujuan
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka tujuan penulisan makalah untuk mengetahui cara
membudidayakan buah naga di lahan pasir pantai.
Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, serta bisa memberikan pengetahuan yang
bisa dimanfaatkan dalam budidaya buah naga (dragon fruit). Buah naga yang ada
saat ini diharapkan bisa berkembang dan menghasilkan kualitas yang semakin
baik, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar akan tingginya permintaan buah
ini. Sangat diharapkan makalah ini bisa memberi manfaat yang positif untuk
pembacanya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Buah Naga (Hylocereus sp)
Buah naga (Inggris:
pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal
dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun
sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Buah ini
juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus hanya
mekar pada malam hari. (Bernard, 2000)
Pada tahun 1870 tanaman
ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam
dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu
diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah
terlihat mencolok di antara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu di
kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah
naga). Istilah Thang loy kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa
Inggris sebagai dragon fruit (buah naga). (Wikipedia, 2009)
Di Indonesia, buah
naga (cactaceae hylocereus) mulai
dikenal sekitar pertengahan tahun 2000, itupun bukan hasil budi daya negeri
sendiri, tetapi hasil impor dari Thailand. Daerah Indonesia hingga kini sudah
mengembangkan tanaman buah naga ialah
Pasuruan Jember, Mojokerto, dan Jombang. Daerah yang diketahui pertama kali
menanam tanaman buah naga adalah
Pasuruan kearah Tosari, daerah
desa Pohgading, Kecamatan
Pasrepan. Hingga kini luas areal penanaman tanaman ini relatif masih sedikit.
Hal ini dapat dimaklumi karena buah naga masih tergolong langka (Daniel, 2003).
2.2 Agroekosistem
Buah Naga dan Lahan Pasir Pantai
Buah Naga ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20 – 500 m diatas
permukaan air laut. Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan
organik clan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5 – 7, air cukup tersedia,
karena tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan
air, membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh untuk mempercepat proses
pembungaan. (Mujiman, 2006)
Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan
zat hara
yang sangat minim.
Akibatnya, tanah pasir
mudah mengalirkan air, sekitar
150 cm per
jam. Sebaliknya, kemampuan
tanah pasir menyimpan
air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan
pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar
dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang
di pantai bisa membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan
pantai siang hari
sangat panas. Ini
menyebabkan proses kehilangan air
tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000).
2.3 Budidaya
Buah Naga
Budidaya menurut Bilhadian (2011), buah naga dibudidaya dengan cara stek
atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak
becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara
38-40° C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17
bulan. Kota Malang berada 400-700 dpl, sangat cocok untuk budidaya buah naga
merah. Walaupun memiliki udara yang cukup sejuk, namun mendapatkan sinar
matahari yang cukup merupakan syarat pertumbuhan buah naga merah.
Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi
apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah
mengandung pupuk yang bagus, maka pertumbuhannya akan baik. Dalam waktu 1
tahun, pohon buah naga dapat mencapai ketinggian 3 meter lebih. Berdasarkan
beberapa sumber, buah naga belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Sementara
ini, daerah Mojokerto, Jember, Malang, Pasuruan, Banyuwangi, Ponorogo, dan
Batam merupakan daerah yang telah membudidayakan tanaman ini. Macam-macam
buah naga yang dapat dimakan dari tumbuhan jenis:
1. Hylocereus
undatus, yang buahnya warna merah dan daging buahnya warna putih
2. Hylocereus
polyrhizus, yang buahnya warna merah muda dan daging buahnya warna merah
3. Selenicereus
megalanthus, yang kulit buahnya warna kuning dan daging buahnya putih
4. Hylocereus
costaricensis, yang daging buahnya super merah. (Mujiman, 2006)
2.4 Organisme Penyakit Tanaman pada
Buah Naga
Penyiraman dan curah
hujan yang tinggi dapat menyebabkan bunga jatuh dan buah membusuk. Bakteri yang sering
menyerang akar yaitu Xanthomonas campestris. Jamur Dothiorella dapat menyebabkan
bercak cokelat pada buah namun bukan penyakit yang umum (Wikipedia, 2011)
2.5 Penanganan Pascapanen
Buah naga (Cactaceae hylocereus) yang siap panen biasanya pertama dilakukan
saat tanaman berumur 9-12 bulan sebanyak dua buah per tanaman atau sekitar 1
kg. buah siap petik umumnya merupakan buah yang sudah tua dengan beberapa
penampakan atau tanda-tanda sebagai berikut: kulit buah sudah berubah warna
menjadi merah tua atau merah mengkilap. Mahkota buah sudah mengecil. Kedua
pangkal buah sudah berkeriput. Bentuk buah bulat besar dengan berat
masing-masing buah sudah mencapai 500 g. Wang (2004) berpendapat bahwa pasca
panen batang bekas buah dipotong untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru
itu tumbuh besar dan menghadap ke langit. Tunas-tunas itu dibiarkan tinggi
lurus hingga mencapai kurang lebih 1,5 meter, kemudian dipotong pucuknya kurang
lebih 3 cm. Pemotongan batang ini berfungsi merangsang pertumbuhan tunas baru.
Upayakan tunas baru yang tumbuh jangan sampai lebih dari 5 tunas karena dapat
mengganggu pertumbuhan buah naga hitam. Tunas-tunas baru tersebut nanti akan
tumbuh membesar dan menjadi percabangan sekaligus sebagai tempat buah.
Agar kualitas buah tetap baik, maka penanganan pasca panen harus
dilakukan dengan baik, mulai pemetikan buah hingga pengangkutan, pengemasan
dari kebun hingga ke konsumen. Pengemasan buah dilakukan dengan menggunakan
karton khusus. Rasa buah yang dikonsumsi segera setelah panen biasanya rasanya
sedikit asam, buah akan lebih manis apabila dikonsumsi setelah diperam beberapa
hari. Dalam perdagangan, berdasarkan ukuran buah dapat
dibedakan dalam 3 kelas buah naga yaitu: kelas super (berat per buah > 700
gr); Klas A (berat per buah 400 - 700 gr): Klas B (berat per buah 300 - 400
gr).
2.6 Pemasaran dan Analisis Usahatani
2.6.1 Pemasaran
Pemasaran buah naga
untuk saat ini dapat dikatakan masih sulit untuk di pasarkan, karena buah naga
belum banyak dikenal masyarakat. Oleh karena itu, buah naga (cactaceae
hylocereus) di pasarkan petani langsung ke swalayan dan toko buah-buahan segar
atau pedagang langsung menemui petani. Para pedagang buah naga untuk saat ini
mempromosikan buah naga sebagai tanaman obat untuk membidik konsumen yang ingin
coba-coba dan penasaran terhadap buah langka tersebut.
Buah naga di pasar
eksport buah-buahan masih sedikit, karena buah ini belum banyak dikenal di
banyak Negara. Saat ini negara-negara penghasil buah naga mempunyai program
untuk perbaikan varietas serta program internasional mengidentifikasi
kemungkinan adanya serangan hama dan penyakit. Hingga kini belum ditemukan hama
penyakit yang berbahaya, dan dari kultivar yang ada apabila dibudidayakan
dengan baik akan menghasilkan buah dengan kualitas yang tinggi dan akan
diterima konsumen.Warna buah naga yang atraktif (menarik), disertai kandungan
gizi buah yang tinggi dengan rasa dan aroma yang menarik, buah naga mempunyai
potensi tinggi di pasar eksport di Negara seperti Cina. Pada saat ini Vietnam
mengekspor buah naga ke negara tetangga seperti Hongkong dan Singapura. Ada
peluang besar untuk eksport ke Eropa karena rasa buah disukai oleh orang Eropa.
Kandungan gula yang tidak terlalu tinggi, cocok untuk penderita diabetes, dan
yang berpotensi tekanan darah tinggi. Buah naga yang berdaging merah mempunyai
rasa yang lebih manis dan kandungan vitami A yang lebih tinggi, dan bersifat
self polinasi ( kawin sendiri) akan segera dilepas.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Cara Membudidayakan Buah Naga (Cactaceae hylocereus) di Lahan Pasir
Pantai
a.
Persiapan Lahan
Persiapkan tiang
penopang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang
primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran
10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapikan ke tanah sedalam 50 cm.
Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentulk lingkaran
untulk penopang dari cabang tanaman (Mujiman, 2006).
b.
Pengadaan Bibit
Kriteria bibit yang
baik antara lain berwarna hijau kebiruan atau hijau gelap, penampilan fisik
kekar dan keras, serta tampak tua. Ukuran yang ideal untuk bibit setek batang
adalah 50-80 cm dengan diameter batang mencapai 8 cm. Ukuran ideal bibit setek
batang adalah panjang 20-30 cm dan diameter 4-5 cm. Untuk bibit asal biji harus
dipilih yang tampak sehat, tua, matang di pohon dan bebas dari hama penyakit.
Bibit demikian tampak dari fisik, keseragaman pertumbuhan dan warna.
C. Keterangan:
(a) Buat lubang tanam berukuran 60 x 60
cm dan kedalaman 50 cm
(b) Buat lubang di tengah lubang tanam
dengan ukuran 10cmx10cmx15cm
(c) Pasang tiang panjat pada lubang
kecil di tengah lubang tanam
(d) Masukan media tanam dalam lubang
tanam, lalu disiram.
D. Penanaman Bibit
Bibit ditanam pada tiap-tiap beton
sebanyak 4 bibit, bila panjang bibit 50-80 cm maka harus dimasukan kedalam
tanah sedalam 10 cm dan sedalam 4-8 cm kalau panjang bibit berukuran kurang
dari 50 cm. pembenaman empat bibit tersebut harus merapat pada tiang panjat
secara melingkar. Jarak setiap bibit dengan pangkal panjatan ± 10 cm dengan
posisi merapat ke tiang panjatan supaya sulur tanaman memeluk tiang panjatan.
Ikat keempat bibit pada tiang panjatan dengan kawat atau rapia agar tidak mudah
jatuh dan pengikat jangan terlalu erat karena akan merusak permukaan dan daging
bibit.
E.
Pemeliharaan Buah Naga (Cactaceae
Hylocereus)
Dalam budi daya buah naga (cactaceae
hylocereus) di lahan pasir pantai diperlukan beberapa tindakan diantaranya
sebagai berikut:
1)
Perawatan tanaman
Perawatan pertama yang biasa dilakukan
adalah penggantian tanaman setelah seminggu penanaman, tanaman yang mati, busuk
pada pangkal batang, tidak tumbuh atau kerusakan fisik lainnya, sering terjadi
busuk pangkal batang setek. Setek demikian harus segera diganti dengan setek
yang baru. Demikian juga dengan setek yang mati atau yang tidak tumbuh harus
segera diganti. Pengaturan letak cabang atau batang dilakukan dengan
pengikatan. Pengikatan harus dilakukan pada saat pertumbuhan cabang atau batang
sudah bertambah dan diubah letaknya. Dengan demikian batang atau cabang dapat
diarahkan pertumbuhannya. Pengikatan yang terlambat akan membuat pertumbuhan
cabang atau batang melengkung tidak teratur atau menyimpang dari arah tiang.
Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan cabang dan bakal cabang produktif kearah
atas. Pemangkasan tanaman harus dilakukan sedini mungkin dan berkala guna
memperoleh keseimbangan pertumbuhan. Bila pemangkasan tidak dilakukan maka
percabangan akan saling bersaing dan akhirnya menjadi tidak produktif.
Gambar. Perkebunan Buah
Naga di daerah pantai Kabupaten
Kulonprogo, Yogyakarta.
2)
Pengairan
Pengairan buah naga
harus diperhatikan dengan baik dan bila lahan pasir terlalu kering harus segera
disiram. Penyiraman tidak perlu terlalu banyak atau jangan sampai terendam.
Bila ini terjadi maka tanaman dapat terserang busuk batang. Dalam penyiraman
buah naga (cactaceae hyloceraeus) di lahan pasir pantai harus diperhatikan
drainasenya.
Pengairan di daerah
pesisir ini dengan membuat sumur tanah dan tempat panampungan air. Para petani
hanya membutuhkan kedalaman sumur 12 meter, disalurkan melalui pipa dan bisa
dimanfaatkan langsung dengan mesin pompa. Tak diragukan lagi, penemuan sistem
pengairan dan pola tanam pesisir ini termasuk salah satu keajaiban dunia
pertanian yang akan sangat menarik jika ditularkan ke daerah lain di tanah air
kita.
3)
Pemupukan
Pemupukan buah naga di
lahan pasir pantai perlu dilakukan sebagai penyimpan air, menjaga kelembaban
tanah, penghemat air penyiraman. Komposisi pupuk yang digunakan dalam budi daya
buah naga (cactaceae hylocereus) adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik berupa pupuk kandang berasal dari hewan, sapi, kambing, ayam dan limbah
kandang lainnya. Sedangkan dosis pemupukan anorganik dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Dosis dan jenis pupuk per patok
per bulan
4)
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman buah naga
umumnya tidak rentan terhadap hama dan penyakit. Hanya beberapa jenis kutu
(Pentalonia nigronervosa), mealy bug (Pseducoccus brevipes) dan semut
(Solenopsis geminata, Iriidomyrmex humilis and Pheidole megacephala) hama
tersebut menyerang tunas muda baik tunas buah maupun tunas cabang, hama ini
relatif lebih mudah dikendalikan dengan penggunaan insektisida. Sedangkan
serangan lalat buah diatasi dengan pembungkusan buah. Collar rot (Phytopthora sp.)
dan busuk akar (Fusarium sp., Alternara sp.) dikendalikan dengan fungisida.
Perkembangan penyakit ini perlu diwaspadai, terutama apabila curah hujan dan
kelembaban dan suhu udara tinggi. Di Amerika Tengah dan Australia bakteri
Xanthomonas campestris menyebabkan busuk batang cactus yang sukulen. Sedangkan
pengendalian gulma biasanya dilakukan secara manual, kemudian biomasnya
digunakan sebagai mulsa atau dibenamkan dalam lubang tanam diantara baris
tanaman sebagai kompos. Musim berbuahTanaman buah naga akan mulai berbuah
setelah berumur satu tahun dan selanjutnya tanaman buah naga dapat dikatakan
hampir berbuah sepanjang tahun, terutama apabila kebutuhan air dan pupuk
tercukupi.Ada beberapa tahapan mulai bunga keluar sampai buah dipetik yaitu:
fase muncul bunga, pembentukan buah, pembesaran buah, pemasakan buah dan pemanenan buah. Untuk mendapatkan buah saat
permintaan konsumen tinggi dapat dikendalikan melalui teknik pemangkasan. Untuk
memacu pembungaan dapat dilakukan dengan cara menghambat perkembangan vegetatif
tanaman dengan jalan mengurangi munculnya tunas baru pada cabang yang telah
dewasa (mature) untuk mandukung buah. Cabang yang mature dicirikan pertumbuhan
memanjang cabang telah terhenti. Dan mata tunas nampak membengkak. Apabila
penyinaran matahari pada saat itu penuh maka akan terjadi induksi
pembungaan.Pengaturan pembuahan dilakukan dengan menggilir blok tanaman yang
berbuah dalam satu hamparan kebun dengan mengatur saat-saat munculnya cabang
pendukung buah baru untuk diprogramkan muncul buah pada musim berikut.
BAB
IV
KESIMPULAN
Kriteria bibit yang
baik harus berwarna hijau kebiruan atau hijau gelap, penampilan fisik kekar dan
keras, serta tampak tua. Ukuran batang 50-80 cm dengan diameter batang 8 cm.
Penanaman tiap-tiap beton sebanyak 4 bibit. Pemeliharaan setelah seminggu
penanaman yaitu tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh atau
kerusakan fisik lainnya harus segera diganti dengan setek yang baru.
Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memperoleh keseimbangan pertumbuhan dan
dilakukan sedini mungkin supaya tanaman menjadi lebih teratur. Pengairan buah
naga di lahan pasir pantai jangan terlalu kering harus segera disiram dan
penyiraman jangan terlalu banyak karena kalau terendam akan terserang busuk
batang. Pemupukan buah naga perlu dilakukan sebagai penyimpan air, menjaga
kelembaban tanah, penghemat air penyiraman. Komposisi pupuk yang digunakan
dalam budidaya buah naga adalah pupuk organik dan anorganik. Buah naga yang
siap panen umunya merupakan buah yang sudah tua, kulit berwarna merah tua
mengkilap. Pasca panen batang bekas buah dipotong untuk merangsang pertumbuhan
tunas baru. Pemasaran buah naga untuk saat ini di pasarkan oleh petani langsung
ke swalayan dan toko buah-buahan segar atau pedagang langsung menemui petani.
Manfaat budidaya buah naga bisa dijadikan sebagai tanaman obat, menambah
pendapatan petani, pemasukan devisa daerah dan sebagai wisata pertanian
(agrowisata).
DAFTAR
PUSTAKA
Ari, Johan. 2011. Macam-macam Buah Naga. [http://kabar-agro.blogspot.com/2011/04/macam-macam-buah-naga.html]
(online). Diakses pada 30 September 2012.
Cayne S.
Bernard. 2000. Ilmu Pengetahuan Populer
Edisi Ke Delapan. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Daniel, K. 2003. Buah
Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm.
5-7, 18 dan 55.
Effendi. 2012. Buah
Naga.
[http://effendi10.blogspot.com/2012/02/buah-naga_07.html?zx=efbe4196855ab5a8]
(online). Diakses pada 20 September 2012] (online). Diakses pada 30 September
2012.
Mujiman, Ahmad.
2006. Budi Daya Buah Naga. Jakarta:
PT. Niaga Swadaya.
Prapto, Y., dkk. 2000. Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan Subur. http/www.suara merdeka.com/harian/0402/06/ked08.htm-5k,1.
Siagian, Leonard. 2012. Teknologi dan Prospek Pengembangan Buah Naga.
[http://cybex.deptan.go.id/lokalita/teknologi-dan-prospek-pengembangan-buah-naga-hylocereus-sp].
Diakses pada 30 September 2012.
Wang, S. 2004. Naga
Yang Gampang di Budidaya. Buletin Agrobis. Minggu I September. (589): 5.
Wikipedia. 2009.
Buah Naga.http://id.wikipedia.org/wiki/Buah
Naga.05 November 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar