SEBAGAI MAHASISWA PENYULUH PERTANIAN YANG NANTINYA AKAN TERJUN DI MASYARAKAT DALAM MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PETANI, HARUSLAH MEMILIKI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG CUKUP BAGAIMANA CARA MENYULUH YANG BAIK DI LAPANGAN, SEHINGGA PENYULUH ITU BENAR-BENAR MENJADI MOTIVATOR YANG BAIK DI MASYARAKAT

Senin, 30 Desember 2013

LAPORAN FILDTRIP SISTEM PERTANIAN TENTANG PEMANFAATAN LAHAN PASIR DI DESA BUGEL KEC, GLAGAT KAB, KULONPROGO PROVINSI DIY



LAPORAN FILDTRIP
SISTEM PERTANIAN
TENTANG
PEMANFAATAN LAHAN PASIR
DI DESA BUGEL KEC, GLAGAT KAB, KULONPROGO PROVINSI DIY









                                                                Disusun oleh :
                                                                  
                                            ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378



KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN  SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN, 2013





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sejalan dengan semakin meningkatnya pertanian di Indonesia dan kesadaran manusia terhadap kelestarian lingkungan hidup semakin banyak pula aspek lingkungan yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan berbagai pengambilan keputusan, termasuk sebelum melakukan tindakan dalam penanaman buah dalam usaha taninya. Dan berbagai pengendalian hama tanaman agar para petani dapat menghasilkan buah-buahan yang dapat menguntungkan. Buah-buahan yang menguntungkan saat ini tentunya buah naga yang tenar di sekitar tahun 2010.
Pembangunan pertanian dapat dilakukan di lahan pasir pantai seiring menyempitnya lahan pertanian. Anggapan selama ini bahwa lahan pasir pantai tidak bisa dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat di sekitar pantai untuk kegiatan pertanian, karena selama ini lahan pasir pantai dinilai tidak layak sebagai media tanam serta memiliki keterbatasan dan pengelolaannya lebih sulit dibandingkan lahan tegalan maupun lahan sawah. Lahan untuk budidaya buah dapat diolah dengan menggunakan teknik bercocok tanam di lahan pasir pantai sehingga menjadi lahan pertanian yang produktif, khususnya yang akan dijelaskan dalam makalah ini tentang budidaya buah naga menggunakan media tanam pasir pantai.

1.2 Tujuan
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan makalah untuk mengetahui cara membudidayakan buah naga di lahan pasir pantai.

Manfaat

   Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, serta bisa memberikan pengetahuan yang bisa dimanfaatkan dalam budidaya buah naga (dragon fruit). Buah naga yang ada saat ini diharapkan bisa berkembang dan menghasilkan kualitas yang semakin baik, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar akan tingginya permintaan buah ini. Sangat diharapkan makalah ini bisa memberi manfaat yang positif untuk pembacanya.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Naga (Hylocereus sp)
Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari. (Bernard, 2000)
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah terlihat mencolok di antara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah naga). Istilah Thang loy kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga). (Wikipedia, 2009)
Di  Indonesia,  buah  naga  (cactaceae hylocereus) mulai dikenal sekitar pertengahan tahun 2000, itupun bukan hasil budi daya negeri sendiri, tetapi hasil impor dari Thailand. Daerah Indonesia hingga kini sudah mengembangkan tanaman buah naga  ialah Pasuruan Jember, Mojokerto, dan Jombang. Daerah yang diketahui pertama kali menanam tanaman buah naga adalah  Pasuruan  kearah Tosari,  daerah  desa  Pohgading,  Kecamatan  Pasrepan. Hingga kini luas areal penanaman tanaman ini relatif masih sedikit. Hal ini dapat dimaklumi karena buah naga masih tergolong langka (Daniel, 2003).

2.2  Agroekosistem Buah Naga dan Lahan Pasir Pantai
Buah Naga ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20 – 500 m diatas permukaan air laut. Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik clan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5 – 7, air cukup tersedia, karena tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air, membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh untuk mempercepat proses pembungaan. (Mujiman, 2006)
Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat  hara  yang  sangat  minim.  Akibatnya,  tanah  pasir  mudah  mengalirkan  air, sekitar  150  cm  per  jam.  Sebaliknya,  kemampuan  tanah  pasir  menyimpan  air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin  dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang  di pantai bisa membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu  di  kawasan  pantai  siang  hari  sangat  panas.  Ini  menyebabkan  proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000).

2.3  Budidaya Buah Naga
Budidaya menurut Bilhadian (2011), buah naga dibudidaya dengan cara stek atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40° C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17 bulan. Kota Malang berada 400-700 dpl, sangat cocok untuk budidaya buah naga merah. Walaupun memiliki udara yang cukup sejuk, namun mendapatkan sinar matahari yang cukup merupakan syarat pertumbuhan buah naga merah.
Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah mengandung pupuk yang bagus, maka pertumbuhannya akan baik. Dalam waktu 1 tahun, pohon buah naga dapat mencapai ketinggian 3 meter lebih. Berdasarkan beberapa sumber, buah naga belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Sementara ini, daerah Mojokerto, Jember, Malang, Pasuruan, Banyuwangi, Ponorogo, dan Batam merupakan daerah yang telah membudidayakan tanaman ini.  Macam-macam buah naga yang dapat dimakan dari tumbuhan jenis:
1.      Hylocereus undatus, yang buahnya warna merah dan daging buahnya warna putih
2.      Hylocereus polyrhizus, yang buahnya warna merah muda dan daging buahnya warna merah
3.      Selenicereus megalanthus, yang kulit buahnya warna kuning dan daging buahnya putih
4.      Hylocereus costaricensis, yang daging buahnya super merah. (Mujiman, 2006)

2.4  Organisme Penyakit Tanaman pada Buah Naga
Penyiraman dan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan bunga jatuh dan buah membusuk. Bakteri yang sering menyerang akar yaitu Xanthomonas campestris. Jamur Dothiorella dapat menyebabkan bercak cokelat pada buah namun bukan penyakit yang umum (Wikipedia, 2011)

2.5  Penanganan Pascapanen
Buah naga (Cactaceae hylocereus) yang siap panen biasanya pertama dilakukan saat tanaman berumur 9-12 bulan sebanyak dua buah per tanaman atau sekitar 1 kg. buah siap petik umumnya merupakan buah yang sudah tua dengan beberapa penampakan atau tanda-tanda sebagai berikut: kulit buah sudah berubah warna menjadi merah tua atau merah mengkilap. Mahkota buah sudah mengecil. Kedua pangkal buah sudah berkeriput. Bentuk buah bulat besar dengan berat masing-masing buah sudah mencapai 500 g. Wang (2004) berpendapat bahwa pasca panen batang bekas buah dipotong untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru itu tumbuh besar dan menghadap ke langit. Tunas-tunas itu dibiarkan tinggi lurus hingga mencapai kurang lebih 1,5 meter, kemudian dipotong pucuknya kurang lebih 3 cm. Pemotongan batang ini berfungsi merangsang pertumbuhan tunas baru. Upayakan tunas baru yang tumbuh jangan sampai lebih dari 5 tunas karena dapat mengganggu pertumbuhan buah naga hitam. Tunas-tunas baru tersebut nanti akan tumbuh membesar dan menjadi percabangan sekaligus sebagai tempat buah.
Agar kualitas buah tetap baik, maka penanganan pasca panen harus dilakukan dengan baik, mulai pemetikan buah hingga pengangkutan, pengemasan dari kebun hingga ke konsumen. Pengemasan buah dilakukan dengan menggunakan karton khusus. Rasa buah yang dikonsumsi segera setelah panen biasanya rasanya sedikit asam, buah akan lebih manis apabila dikonsumsi setelah diperam beberapa hari. Dalam perdagangan, berdasarkan ukuran buah dapat dibedakan dalam 3 kelas buah naga yaitu: kelas super (berat per buah > 700 gr); Klas A (berat per buah 400 - 700 gr): Klas B (berat per buah 300 - 400 gr).

2.6  Pemasaran dan Analisis Usahatani
2.6.1 Pemasaran
Pemasaran buah naga untuk saat ini dapat dikatakan masih sulit untuk di pasarkan, karena buah naga belum banyak dikenal masyarakat. Oleh karena itu, buah naga (cactaceae hylocereus) di pasarkan petani langsung ke swalayan dan toko buah-buahan segar atau pedagang langsung menemui petani. Para pedagang buah naga untuk saat ini mempromosikan buah naga sebagai tanaman obat untuk membidik konsumen yang ingin coba-coba dan penasaran terhadap buah langka tersebut.
Buah naga di pasar eksport buah-buahan masih sedikit, karena buah ini belum banyak dikenal di banyak Negara. Saat ini negara-negara penghasil buah naga mempunyai program untuk perbaikan varietas serta program internasional mengidentifikasi kemungkinan adanya serangan hama dan penyakit. Hingga kini belum ditemukan hama penyakit yang berbahaya, dan dari kultivar yang ada apabila dibudidayakan dengan baik akan menghasilkan buah dengan kualitas yang tinggi dan akan diterima konsumen.Warna buah naga yang atraktif (menarik), disertai kandungan gizi buah yang tinggi dengan rasa dan aroma yang menarik, buah naga mempunyai potensi tinggi di pasar eksport di Negara seperti Cina. Pada saat ini Vietnam mengekspor buah naga ke negara tetangga seperti Hongkong dan Singapura. Ada peluang besar untuk eksport ke Eropa karena rasa buah disukai oleh orang Eropa. Kandungan gula yang tidak terlalu tinggi, cocok untuk penderita diabetes, dan yang berpotensi tekanan darah tinggi. Buah naga yang berdaging merah mempunyai rasa yang lebih manis dan kandungan vitami A yang lebih tinggi, dan bersifat self polinasi ( kawin sendiri) akan segera dilepas.















BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Cara Membudidayakan Buah Naga (Cactaceae hylocereus) di Lahan Pasir Pantai
a.       Persiapan Lahan
Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapikan ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentulk lingkaran untulk penopang dari cabang tanaman (Mujiman, 2006).
b.      Pengadaan Bibit
Kriteria bibit yang baik antara lain berwarna hijau kebiruan atau hijau gelap, penampilan fisik kekar dan keras, serta tampak tua. Ukuran yang ideal untuk bibit setek batang adalah 50-80 cm dengan diameter batang mencapai 8 cm. Ukuran ideal bibit setek batang adalah panjang 20-30 cm dan diameter 4-5 cm. Untuk bibit asal biji harus dipilih yang tampak sehat, tua, matang di pohon dan bebas dari hama penyakit. Bibit demikian tampak dari fisik, keseragaman pertumbuhan dan warna.

C. Keterangan:
(a) Buat lubang tanam berukuran 60 x 60 cm dan kedalaman 50 cm
(b) Buat lubang di tengah lubang tanam dengan ukuran 10cmx10cmx15cm
(c) Pasang tiang panjat pada lubang kecil di tengah lubang tanam
(d) Masukan media tanam dalam lubang tanam, lalu disiram.
D. Penanaman Bibit
Bibit ditanam pada tiap-tiap beton sebanyak 4 bibit, bila panjang bibit 50-80 cm maka harus dimasukan kedalam tanah sedalam 10 cm dan sedalam 4-8 cm kalau panjang bibit berukuran kurang dari 50 cm. pembenaman empat bibit tersebut harus merapat pada tiang panjat secara melingkar. Jarak setiap bibit dengan pangkal panjatan ± 10 cm dengan posisi merapat ke tiang panjatan supaya sulur tanaman memeluk tiang panjatan. Ikat keempat bibit pada tiang panjatan dengan kawat atau rapia agar tidak mudah jatuh dan pengikat jangan terlalu erat karena akan merusak permukaan dan daging bibit.
E.     Pemeliharaan Buah Naga (Cactaceae Hylocereus)
Dalam budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) di lahan pasir pantai diperlukan beberapa tindakan diantaranya sebagai berikut:
1)      Perawatan tanaman
Perawatan pertama yang biasa dilakukan adalah penggantian tanaman setelah seminggu penanaman, tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh atau kerusakan fisik lainnya, sering terjadi busuk pangkal batang setek. Setek demikian harus segera diganti dengan setek yang baru. Demikian juga dengan setek yang mati atau yang tidak tumbuh harus segera diganti. Pengaturan letak cabang atau batang dilakukan dengan pengikatan. Pengikatan harus dilakukan pada saat pertumbuhan cabang atau batang sudah bertambah dan diubah letaknya. Dengan demikian batang atau cabang dapat diarahkan pertumbuhannya. Pengikatan yang terlambat akan membuat pertumbuhan cabang atau batang melengkung tidak teratur atau menyimpang dari arah tiang. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan cabang dan bakal cabang produktif kearah atas. Pemangkasan tanaman harus dilakukan sedini mungkin dan berkala guna memperoleh keseimbangan pertumbuhan. Bila pemangkasan tidak dilakukan maka percabangan akan saling bersaing dan akhirnya menjadi tidak produktif.


kebun.jpg











Gambar. Perkebunan Buah Naga di daerah pantai Kabupaten
 Kulonprogo, Yogyakarta.
2)      Pengairan
Pengairan buah naga harus diperhatikan dengan baik dan bila lahan pasir terlalu kering harus segera disiram. Penyiraman tidak perlu terlalu banyak atau jangan sampai terendam. Bila ini terjadi maka tanaman dapat terserang busuk batang. Dalam penyiraman buah naga (cactaceae hyloceraeus) di lahan pasir pantai harus diperhatikan drainasenya.
Pengairan di daerah pesisir ini dengan membuat sumur tanah dan tempat panampungan air. Para petani hanya membutuhkan kedalaman sumur 12 meter, disalurkan melalui pipa dan bisa dimanfaatkan langsung dengan mesin pompa. Tak diragukan lagi, penemuan sistem pengairan dan pola tanam pesisir ini termasuk salah satu keajaiban dunia pertanian yang akan sangat menarik jika ditularkan ke daerah lain di tanah air kita.
3)      Pemupukan
Pemupukan buah naga di lahan pasir pantai perlu dilakukan sebagai penyimpan air, menjaga kelembaban tanah, penghemat air penyiraman. Komposisi pupuk yang digunakan dalam budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang berasal dari hewan, sapi, kambing, ayam dan limbah kandang lainnya. Sedangkan dosis pemupukan anorganik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Dosis dan jenis pupuk per patok per bulan

4)      Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman buah naga umumnya tidak rentan terhadap hama dan penyakit. Hanya beberapa jenis kutu (Pentalonia nigronervosa), mealy bug (Pseducoccus brevipes) dan semut (Solenopsis geminata, Iriidomyrmex humilis and Pheidole megacephala) hama tersebut menyerang tunas muda baik tunas buah maupun tunas cabang, hama ini relatif lebih mudah dikendalikan dengan penggunaan insektisida. Sedangkan serangan lalat buah diatasi dengan pembungkusan buah. Collar rot (Phytopthora sp.) dan busuk akar (Fusarium sp., Alternara sp.) dikendalikan dengan fungisida. Perkembangan penyakit ini perlu diwaspadai, terutama apabila curah hujan dan kelembaban dan suhu udara tinggi. Di Amerika Tengah dan Australia bakteri Xanthomonas campestris menyebabkan busuk batang cactus yang sukulen. Sedangkan pengendalian gulma biasanya dilakukan secara manual, kemudian biomasnya digunakan sebagai mulsa atau dibenamkan dalam lubang tanam diantara baris tanaman sebagai kompos. Musim berbuahTanaman buah naga akan mulai berbuah setelah berumur satu tahun dan selanjutnya tanaman buah naga dapat dikatakan hampir berbuah sepanjang tahun, terutama apabila kebutuhan air dan pupuk tercukupi.Ada beberapa tahapan mulai bunga keluar sampai buah dipetik yaitu: fase muncul bunga, pembentukan buah, pembesaran buah,  pemasakan buah dan  pemanenan buah. Untuk mendapatkan buah saat permintaan konsumen tinggi dapat dikendalikan melalui teknik pemangkasan. Untuk memacu pembungaan dapat dilakukan dengan cara menghambat perkembangan vegetatif tanaman dengan jalan mengurangi munculnya tunas baru pada cabang yang telah dewasa (mature) untuk mandukung buah. Cabang yang mature dicirikan pertumbuhan memanjang cabang telah terhenti. Dan mata tunas nampak membengkak. Apabila penyinaran matahari pada saat itu penuh maka akan terjadi induksi pembungaan.Pengaturan pembuahan dilakukan dengan menggilir blok tanaman yang berbuah dalam satu hamparan kebun dengan mengatur saat-saat munculnya cabang pendukung buah baru untuk diprogramkan muncul buah pada musim berikut.



BAB IV
KESIMPULAN

Kriteria bibit yang baik harus berwarna hijau kebiruan atau hijau gelap, penampilan fisik kekar dan keras, serta tampak tua. Ukuran batang 50-80 cm dengan diameter batang 8 cm. Penanaman tiap-tiap beton sebanyak 4 bibit. Pemeliharaan setelah seminggu penanaman yaitu tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh atau kerusakan fisik lainnya harus segera diganti dengan setek yang baru. Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memperoleh keseimbangan pertumbuhan dan dilakukan sedini mungkin supaya tanaman menjadi lebih teratur. Pengairan buah naga di lahan pasir pantai jangan terlalu kering harus segera disiram dan penyiraman jangan terlalu banyak karena kalau terendam akan terserang busuk batang. Pemupukan buah naga perlu dilakukan sebagai penyimpan air, menjaga kelembaban tanah, penghemat air penyiraman. Komposisi pupuk yang digunakan dalam budidaya buah naga adalah pupuk organik dan anorganik. Buah naga yang siap panen umunya merupakan buah yang sudah tua, kulit berwarna merah tua mengkilap. Pasca panen batang bekas buah dipotong untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Pemasaran buah naga untuk saat ini di pasarkan oleh petani langsung ke swalayan dan toko buah-buahan segar atau pedagang langsung menemui petani. Manfaat budidaya buah naga bisa dijadikan sebagai tanaman obat, menambah pendapatan petani, pemasukan devisa daerah dan sebagai wisata pertanian (agrowisata).






DAFTAR PUSTAKA
Ari, Johan. 2011. Macam-macam Buah Naga. [http://kabar-agro.blogspot.com/2011/04/macam-macam-buah-naga.html] (online). Diakses pada 30 September 2012.
Cayne S. Bernard. 2000. Ilmu Pengetahuan Populer Edisi Ke Delapan. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Daniel, K. 2003. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm. 5-7, 18 dan 55.
Effendi. 2012. Buah Naga. [http://effendi10.blogspot.com/2012/02/buah-naga_07.html?zx=efbe4196855ab5a8] (online). Diakses pada 20 September 2012] (online). Diakses pada 30 September 2012.
Mujiman, Ahmad. 2006. Budi Daya Buah Naga. Jakarta: PT. Niaga Swadaya.
Prapto,             Y.,       dkk.     2000.   Menyulap        Tanah  Pasir    Menjadi           Lahan  Subur. http/www.suara merdeka.com/harian/0402/06/ked08.htm-5k,1.
Siagian, Leonard. 2012. Teknologi dan Prospek Pengembangan Buah Naga. [http://cybex.deptan.go.id/lokalita/teknologi-dan-prospek-pengembangan-buah-naga-hylocereus-sp]. Diakses pada 30 September 2012.
Wang, S. 2004. Naga Yang Gampang di Budidaya. Buletin Agrobis. Minggu I September. (589): 5.
Wikipedia. 2009. Buah Naga.http://id.wikipedia.org/wiki/Buah Naga.05 November  2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar