SEBAGAI MAHASISWA PENYULUH PERTANIAN YANG NANTINYA AKAN TERJUN DI MASYARAKAT DALAM MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PETANI, HARUSLAH MEMILIKI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG CUKUP BAGAIMANA CARA MENYULUH YANG BAIK DI LAPANGAN, SEHINGGA PENYULUH ITU BENAR-BENAR MENJADI MOTIVATOR YANG BAIK DI MASYARAKAT

Senin, 30 Desember 2013

LAPORAN FILDTRIP SISTEM PERTANIAN TENTANG SISTEM SURJAN DI DESA GIRI BANI KEC, WATES KAB, KULONPROGO PROVINSI DIY



LAPORAN FILDTRIP
SISTEM PERTANIAN
TENTANG
SISTEM SURJAN
DI DESA GIRI BANI KEC, WATES KAB, KULONPROGO PROVINSI DIY








                                                                Disusun oleh :
                                                                  
                                            ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378



KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN  SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN, 2013



I.     PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Surjan adalah pakaian tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya yang umumnya menggunakan kain bercorak garis-garis dengan motif besar. Corak garis-garis ini yang mendasari nama suatu sistem pemanfaatan atau pengelolaan lahan yang dikenal dengan nama sistem surjan. Lahan surjan adalah lahan yang ditata dengan cara menggali sebagian lahan untuk meninggikan bagian lahan lainnya. Sistem surjan adalah sebidang tanah yang diatur permukaan tanahnya sedemikian rupa sehingga ada bagian-bagian yang lebih tinggi dan ada bagian-bagian yang lebih rendah. Bagian tanah yang lebih tinggi dibuat sejajar dengan bagian tanah yang lebih rendah. Biasanya bagian tanah yang lebih tinggi ditanami palawija dan/atau sayuran atau tanaman keras, sedangkan bagian tanah yang lebih rendah ditanami padi sawah dan/atau ikan atau berupa parit saluran genangan air. Dapat disebut pula sistem surjan adalah sejenis sistem bedengan atau guludan yang diterapkan
pada daerah cukup air.
Sistem pertanian surjan merupakan suatu cara pengelolaan tanah dan air yang disesuaikan dengan kondisi alam setempat. Namun, yang perlu diperhatikan dalam sistem tersebut adalah penerapan pola tanam tumpang sari (multi croping) yang berkelanjutan dan produktif dalam waktu lama, sehingga mampu memenuhi kebutuhan generasi masa depan. Dengan penerapan sistem surjan, maka lahan akan menjadi lebih produktif dengan menghasilkan produk yang beragam. Hal tersebut dikarenakan pada lahan surjan akan tersedia dua tatanan lahan, yaitu : (1) lahan tabukan yang tergenang untuk menanam padi, (2) lahan guludan sebagai lahan kering untuk tanaman jagung.
Penerapan sistem surjan di daerah dataran rendah berupa  pengelolaannya perlu dilakukan dengan cermat sesuai dengan prinsip pengelolaan yang tepat. Hal tersebut dikarenakan tiap kondisi lahan yang memiliki berbagai kendala agrofisik. lahan dataran rendah dapat dibedakan yang dipengaruhi oleh curah hujan. Sehingga, karena pengaruhnya berbeda, maka akan sedikit berbeda pula dalam penerapannya.
Surjan merupakan sistem berbentuk lajur-lajur yang terdiri atas tanah tinggi sebagai bedengan atau guludan, yang berselang-seling dengan tanah rendah sebagai tabukan atau parit saluran. Penampang melintang berbentuk trapesium atau empat pesegi panjang yang tergantung macam tanah yang membentuknya dan dinyatakan dalam kemiringan. Ada dua macam cara untuk menentukan jarak antar parit surjan. Cara pertama, surjan dipandang sebagai lahan dengan irigasi parit (furrow irrigation) dan cara kedua guludan surjan sebagai lahan budi daya tanaman, dikelola secara intensif dengan dukungan kecukupan air sepanjang hari.
Dalam penerapan sistem pertanian surjan, surjan bagian bawah atau tabukan mempunyai ukuran lebih lebar dari parit surjan sempit. Ukuran bagian bawah antara lain 5-15 m, 12-14 m atau 10-20 m dan lajur ini dialokasikan untuk ditanami padi sawah. Sedangkan bagian atas dengan ukuran dari 3-6 m dan tinggi guludan yakni 0,6 m. Lajur ini ditanami tanaman jagung atau tanaman lain, khususnya hortikultura guna menerapkan sistem multiple croping  Oleh karena itu, selain memanfaatkan lahan  yang dinilai marjinal, tumpang sari dengan sistem surjan juga mampu memperbaiki ketahanan pangan ke arah keberlanjutan.

B.       Tujuan
Tujuan dari pembuatan Laporan ini yaitu untuk mengetahui cara penerapan multiple cropping tanaman padi sawah dengan jagung di lahan  dengan sistem surjan yang mengarah pada pertanian berkelanjutan.
C.      Manfaat
Keuntungan ekonomis karena lahan bisa dimanfaatkan untuk dua jenis tanaman sekaligus meningkatkan pendapatan juga menghasilkan keanekaragaman pangan,
  

II.         TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, utamanya petani padi baik pada lahan irigasi, lahan tadah hujan, lahan kering, lahan rawa pasang surut, Namun sampai sekarang, 60 % produksi nasional masih dipasok dari lahan-lahan subur di Pulau Jawa yang notabene adalah lahan irigasi. Sedangkan lahan-lahan di luar Jawa, kurang diperhatikan. Hal tersebut berakibat pada produksi maupun kontribusinya yang masih kurang.
Nampaknya produksi beras nasional kedepan tidak akan cukup bila hanya dipasok dari lahan-lahan subur saja, mengingat perkembangan penduduk yang terus naik sebesar 1,5% per tahun. Sementara itu, pertanian pada tahun 2006 baru mencapai 0,89% untuk Pulau Jawa dan 1,91% untuk Luar Jawa. Sehingga upaya peningkatan produksi sebesar dua juta ton dalam program P2BN tentu akan sulit dicapai tanpa mengikut sertakan lahan  yang punya potensi sangat besar, tetapi pemanfatannya belum optimal (Alihamsyah dan Ar-Riza, 2004).
Hal diatas akan semakin nampak jika dikaitkan dengan berbagai kendala atau masalah yang dihadapi dalam tahun-tahun terakhir. Menurut Pasaribu (2007), sedikitya ada sembilan masalah yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan bidang pertanian yakni degradasi lahan dan air, alih fungsi lahan, adanya fragmentasi lahan pertanian, adanya krisis infrastruktur, adanya variabilitas iklim, adanya krisis SDM pertanian, adanya krisis sarana produksi, krisis pembiayaan, serta adanya krisiskualitas produksi dalam bidang pertanian.
Kondisi yang telah terjadi sekarang sangat merisaukan masa depan sistem pertanian Indonesia. Sebenarnya, petani padi lahan rawa telah mempunyai pengalaman yang diperoleh dari berbagai pengamatan dan kegiatan yang telah dikerjakan dalammasa yang lama dari generasi ke generasi, sehingga mereka mempunyai kearifan dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan, yang sering disebut sebagai ”kearifan ekologi” maupun ”kearifan lokal” (Soemarwoto,1982). Sehingga kearifan lokal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan inovasi teknologi baru dalam memajukan pembangunan pertanian,
Sistem pertanian yang baik dilakukan di lahan sistem surjan. Sistem surjan merupakan suatu cara pengelolaan tanah dan air yang disesuaikan dengan kondisi alam setempat wilayah itu berada. Keberhasilan usaha tani  sangat ditentukan oleh kondisi cuaca setempat dan daerah sekitar karena berpengaruh langsung pada kondisi air  yang menyurut secara perlahan akan memudahkan petani untuk menentukan saat tanam yang tepat, tetapi air  yang menyurut berfluktuasi tidak teratur akibat curah hujan yang sangat fluktuatif, sehingga akan menyulitkan petani dalam menentukan saat tanam yang tepat (Ar-Riza 2000).
Sistem pertanian surjan dilakukan dengan menanam tanaman lebih dari satu jenis atau dikenal dengan multiple croping. Sistem pertanaman ini memilki kelebihan yakni mampu menghasilkan beberapa produk dalam sekali pemanenan karena tanamannya beragam. Misalnya  padi sawah dan jagung dengan sistem surjan di lahan Pertanian. dengan sistem surjan tersebut akan dijelaskan pada laporan  ini.


III.   Hasil Dan Pembahasan

A.      Hasil
Pertanian sistem surjan (baju bermotif kain lurik) berpotensi diterapkan di wilayah selatan Kulonprogo. Sistem surjan mengadopsi pola selang-seling pada kain lurik. Dalam sistem pertanian ini lahan atas digunakan untuk menanam sayur dan palawija, sedangkan lahan bawah untuk menanam padi.
Berdasarkan data yang dihimpun  di lapangan ,sebanyak 815 hektare dari  5.000-an hektare areal persawahan di Kulonprogo menerapkan sistem surjan, yang terdiri dari 450 hektare di Kecamatan Panjatan, 338 hektare di Kecamatan Wates, 12 hektare di Kecamatan Pengasih, dan 15 hektare di Kecamatan Temon.
Ketua Kelompok Martani, Desa Giri Bani, Kecamatan Wates, Muhammad Nurobi menyebutkan, luas lahan surjan di wilayahnya sekitar 25 hektare. Menurutnya, pembuatan sistem surjan memberi keuntungan ekonomis karena lahan bisa dimanfaatkan untuk dua jenis tanaman sekaligus.
Kebutuhan beras mencukupi dan masyarakat juga dapat mengambil palawija serta sayuran sehingga mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
sistem surjan menjadi strategi untuk mengatasi musim hujan dan meminimalkan kemungkinan gagal panen. “Sebab menanam dua jeni tanaman sekaligus,” katanya. Keuntungan lainnya, panen bisa dua atau tiga kali dalam satu musim tanam padi.
Ia tidak menampik jika dilihat dari segi produktivitas, panen padi relatif lebih sedikit karena lahan bagian atas sudah digunakan untuk sayuran dan palawija, namun dari sisi pendapatan, petani lebih diuntungkan.
sistem surjan merupakan sistem penanaman yang efktif dan produktif. “Kami menggerakkan masyarakat petani untuk menerapkan sistem ini, selain untuk meningkatkan pendapatan juga menghasilkan keanekaragaman pangan,


Penataan lahan  dilakukan untuk membuat lahan tersebut sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan dikembangkan. Dalam melakukan penataan lahan perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan, tipe luapan, dan pola pemanfaatannya. Penataan lahan erat hubungannya dengan sistem petanian yang akan digunakan. Hal itu dikarekan apabila sistem pertaniannya sesuai dengan keadaan lingkungan, maka akan memberikan dampak yang posistif, terutama pada tingkat produktivitas dan jumlah produksi.
Sistem pertanian yang telah diterapkan masyarakat cukup banyak dan telah disesuaikan dengan keadaan lingkungan masing-masing daerah. Salah satunya ialah sistem pertanian surjan. Sistem surjan adalah salah satu contoh usaha penataan lahan untuk melakukan diversifikasi tanaman di dataran rendah seperti  Berdasarkan sistem pembuatan, surjan dapat dibagi menjadi dua cara pembuatan yaitu :
1.    Yang dibuat sekaligus
2.    Yang dibuat secara bertahap (tukungan).
Dalam pembuatan sitem pertanian surjan diperlukan tenaga kerja yang banyak, sehingga juga memerlukan biaya yang besar. Oleh karena itu, petani tradisional banyak memilih cara bertahap dengan membuat tukungan atau gundukan. Dengan dimensi awal lebar bawah 2-3 m, tinggi 0,5-0,6 m dan setiap musim panen dilebarkan dan ditinggikan. Apabila tanaman yang dibudidayakan cukup besar, maka tukungan ini dihubungkan atau tersambung memanjang satu  sama lain membentuk surjan.
Pembuatan sistem pertanian surjan juga disesuaikan dengan jenis tanah yang ada. Untuk tanah sulfat masam, potensial pengolahan tanah dan pembuatan surjan sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan bertahap. Guludan dibuat secara bertahap dan tanahnya diambil dari lapisan atas yang dimaksudkan untuk menghindari oksidasi pirit. Untuk tanah gambut, tekstur lapisan tanah dibawahnya sangat menentukan dalam pola pemanfaatan lahannya. Arah surjan disarankan memanjang timur-barat agar tanaman (padi) pada bagian tabukan mendapat penyinaran matahari yang cukup. Untuk mempertahankan bentuk dan produktivitasnya, surjan setiap musim atau setiap tahun dilibur atau disiram lumpur yang diambil dari sekitarnya.


B.       Pembahasan
Penerapan sistem surjan umumnya dilakukan di lahan pertanian. Dalam upaya untuk meningkatkan daya guna lahan pertanian, dapat dikembangkan dengan tanaman padi dan non padi (multiple croping). Tanaman padi yang dimaksud ialah padi sawah yang di tumpang sari dengan tanaman jagung. Tanaman padi dapat ditanam di areal sawah, sedangkan tanaman jagung dapat ditanam di lahan keringnya. Prinsip pengelolaan seperti ini disebut dengan pengelolaan multiple cropping pada sistem pertanian.
Tujuan dari penerapan multiple cropping antara tanaman padi dan jagung dengan sistem surjan adalah sebagai berikut :
1.    Untuk diversifikasi tanaman
2.    Menjaga agar tanah tidak menjadi asam
3.    Mengurangi bahaya kekeringan
4.    Mengurangi keracunan akibat genangan
5.    Mengurangi resiko kegagalan dalam budidaya
6.    Meningkatkan pendapatan petani melalui penanaman secara multiple cropping
Dalam sistem pertanian surjan di lahan pertanian, yang terpenting dilakukan ialah pengaturan drainase dan irigasinya. Hal itu dikarenakan lahan pertanian memiliki kelebihan air yang cukup banyak, sehingga pembuangan air harus dilakukan secara kontinyu agar jumlah air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Jumlah air yang paling banyak ialah di daerah bagian bawah atau tabukan yang merupakan tempat penanaman padi sawah. Walaupun padi sawah membutuhkan air yang cukup banyak, namun bila berlebih akan berakibat buruk pada tanaman. Sedangkan di bagian atas atau guludan merupakan tempat penanaman jagung dan bagian tersebut tidak digenangi air. Sehingga, irigasi diutamakan pada bagian atas atau guludan agar tanaman tidak kekurangan air.
Penerapan sistem surjan di lahan pertanian merupakan suatu pemanfaatan lahan marjinal, sehingga lahan tersebut mampu memberikan produk yang beragam karena ditanami beberapa jenis tanaman. Dampak penerapan sistem tumpang sari di lahan surjan ialah mampu mengangkat nilai ekonomi masyarakat dan mampu mengatasi masalah pangan serta memperbaiki ketahanan pangan nasional.

IV.             Kesimpulan Dan Saran

A.      Kesimpulan
Sistem surjan merupakan suatu cara pengelolaan tanah dan air yang disesuaikan dengan kondisi alam setempat. Namun yang perlu diperhatikan dalam menggunakan system ini adalah penerapan pola tanam tumpang sari ( multi croping ) yang berkelanjutan dan produktif dalam waktu lama. Dengan penerapan system surjan, maka lahan akan menjadi lebih produktif karena pada lahan tersebut akan tersedia dua tatanan lahan, yaitu : (1) lahan tabukan yang tergenang (digunakan untuk menanam padi adatu digabungkan dengan budidaya ikan) (2) lahan guludukan sebagai lahan kering(digunakan untuk budidaya palawija, buah-buahan, tanaman tahunan/perkebunan).

B.       Saran
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaianya Laporan ini bahkan hingga terselesainya Laporan ini. Untuk itu, semoga Tuhan memberi balasan yang setimpal dan berlipat gandaakan hal tersebut. Selanjutnya mudah-mudahan Laporan ini bermanfaat bagi para pembacanya.



V.      Daftar Pustaka

Darmawijaya,M.I. 1997. Klasifikasi tanah. dasar teori bagi peneliti tanah dan pelak-sana pertanian di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Anonim, 1984. Sistem Surjan di Kabupaten Daerah Tingkat II Demak, Jawa Tengah Anwarhan dan S.  Sulaiman. 1985. Pengembangan Pola Usaha tani


Produksi Tanaman Pangan. Jurnal  Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. IV   no 4. Jakarta.Ar-Riza, I. 2002. Peningkatan produksi padi lebak.

 Seminar Nasional.Perhimpunan Agronomi Indonesia, PERAGI, tanggal 29 30 Oktober 2002 diBogor.Balittra. 2004. Laporan Tahunan 2003. Balai Penelitian Pertanian Lahan
Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 2007.Laporan Tahunan

tahun 2006.Dinas pertanian Provinsi Jambi. 2006. Laporan Tahunan 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar