LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) I
DI DESA PANAMBUANG KECAMATAN BACAN SELATAN
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI
MALUKU UTARA
DISUSUN OLEH :
ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378
Menyetujui :
Pembimbing I, Tanggal, Agustus 2013
Agus
Wartapa, SP. MP
NIP.
19610627 198703 1 001
Pembimbing II, Tanggal, Agustus 2013
Ir. Amie Sulastiyah, MM
NIP. 19540131 198103 2 001
Mengetahui :
Ketua
Jurusan STPP Yogyakarta,
Ir. Sujono, MP
NIP.
19610206 198803 1 001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat dan karunia-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan Rencana Praktek Kerja
Lapangan (PKL) I sebagai salah satu kegiatan dalam proses belajar mengajar di
Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Yogyakarta ini, Rencana (PKL) I ini merupakan praktek kerja
dilapangan dengan petani sebagai hasil pembelajaran yang kami dapatkan dari
materi di kelas dan merupakan observasi terhadap kenyataan yang kami temui
dilapangan.
Rencana Praktek Kerja Lapangan
(PKL) I ini bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada para
mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan
teoritis yang diperoleh selama kuliah di kampus dan pendalaman materi di lapangan,
guna mencapai jenjang penyuluhan pertanian ahli pertama.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus
Wartapa, SP. MP selaku Pembimbing I dan Ibu Ir. Amie Sulastiyah, MM selaku
Pembimbing II atas bantuannya dalam membimbing saya menyusun Rencana PKL I ini
dan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Rencana PKL I ini.
Penulis berharap semoga Rencana PKL I ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, dan khususnya bagi penulis dalam menyusun Laporan
Magang dan Laporan PKL I.
Saran dan masukan yang bersifat membangun baik
secara langsung maupun tidak langsung sangat saya harapkan guna kesempurnaan
penyusunan Rencana PKL I ini, terima kasih.
Yogyakarta, Agustus 2013
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL
LEMBAR
PENGESAHAN.....................................................................................................i
KATA
PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................................iii
DAFTAR
TABEL................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................................
1
B.
Tujuan....................................................................................................................3
C.
Manfaat.................................................................................................................
3
II. MATERI PKL I
A.
Perencanaan Penyuluhan Pertanian...........................................................................
5
B.
Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian............................................................................ 5
C.
Prinsip-Prinsip Materi Penyuluhan
Pertanian………………………………….............…17
III. PELAKSANAAN PKL I
A.
Peserta…………...................................................................................................
19
B.
Lokasi PKL I…..................................................................................................... 19
C.
Metode Kegiatan...................................................................................................
19
D.
Output
Kegiatan...................................................................................................
24
E.
Jadwal Kegiatan....................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
26
DAFTAR TABEL
Tabel
1. : Alokasi
Waktu Kegiatan PKL I.....................................................................25
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Acuan kegiatan penyuluhan pertanian telah di amanatkan
oleh
Undang-Undang
N0. 16 Tahun 2006 yang
menyatakan penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran
bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan
merupakan proses perubahan perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup melalui peningkatan produksi pertanian dan pendapatan. Kegiatan penyuluhan mesti dirancang
sesuai dengan kebutuhan petani untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, Kebutuhan petani merupakan faktor
penentu sekaligus celah masuk (entry-point)
dalam menetapkan kegiatan dan materi penyuluhan.Pada kondisi demikian maka seorang penyuluh dituntut
dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya secara professional.
Seorang Penyuluh harus mengasah
kemampuannya agar mampu melihat dan menggali potensi agroekosistem wilayah dimana ia bekerja sama dengan masyarakat pelaku utama dan pelaku
usaha untuk mengubah
menjadi pertanian yang lebih
menguntungkan usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, Maka seorang penyuluh perlu menggali potensi wilayah agroekosistem
dalam rangka untuk
penyusunan programa penyuluhan pertanian.
Cara penggalian identifikasi potensi wilayah perlu dipersiapkan instrument yang
dapat digunakan untuk pengumpulan data, jenis instrument yang dipersiapkan
melalui partisipatif masyarakat.
Kegiatan identifikasi potensi wilayah yang dilakukan
melalui pendekatan partisipatif dimana pelaku utama, pelaku usaha, dan pemangku
kepentingan lainnya dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Hasil identifikasi wilayah akan di manfaatkan sebagai
data dalam penyusunan programa penyuluhan pertanian. Manfaat lain dari
Identifikasi Potensi Wilayah tersebut digunakan untuk menyusun rancangan penyuluhan.
Penyusunan programa penyuluhan pertanian
dilakukan secara partisipatif untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan
pelaku utama dan pelaku usaha. Adapun jumlah dan alokasi pembiayaan
kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang tercantum pada programa penyuluhan
di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa menjadi dasar dalam
penyusunan APBD dan APBN.
Kelembagaan penyuluhan di masing-masing
tingkatan memfasilitasi proses penyusunan programa penyuluhan pertanian agar
programa penyuluhan nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan
desa/kelurahan dapat berlangsung seiring sejalan, serta materi kegiatan
penyuluhannya saling menunjang dan saling mendukung.
Agar penyuluhan pertanian dilaksanakan
secara efektif dan efisien, diperlukan metode penyuluhan pertanian yang tepat
sesuai kebutuhan pelaku utama dan pelaku
usaha.
Metode Demonstrasi cara merupakan metode
dan teknik penyuluhan pertanian dengan mempertunjukan bagaimana melakukan
sesuatu (Teknologi) setahap demi setahap, baik sebenarnya muapun tiruan, yang
sering disertai dengan penjelasan lisan. Metode dan teknik ini baik
dipergunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan
dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya
sesuatu, proses mengerjakan sesuatu atau menggunakan sesuatu.
Dasar pelaksanaan
1. SK Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor : Per/02/Menpan/2/2008 tanggal 18 Februari 2008 tentang
Jabatan Fungsional Penyuluhan Pertanian dan Angka Kreditnya.
2. Peraturan Kepala Badan Pengembangan
SDM Pertanian Nomor : 81/Per/SM. 240/J/7/08 tanggal 8 Juli 2008 tentang Pedoman
Praktek Kerja Lapangan, Uji Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi Peserta Didik
Program Diploma IV Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.
3. Surat Edaran Kepala Pusat
Pengembangan Pendidikan Pertanian Nomor : 16/ SM.250 / J.2 / 06 / 2009 tanggal
5 Juni 2009, tentang pelaksanaan PKL dan KIPA di STPP.
4. RKAKL STPP Jurusan Penyuluhan
Pertanian Yogyakarta Tahun 2013
B. Tujuan
Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I adalah untuk memberikan kesempatan
seluas – luasnya kepada para mahasiswa untuk
menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh selama kuliah di kampus dan
pendalaman materi di lapangan, guna mencapai jenjang penyuluhan pertanian ahli
pertama antara lain :
1.
Bagi mahasiswa
Menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh selama
pembelajaran dikampus dan pendalaman materi di lapangan guna mencapai jenjang pertanian
ahli pertama.
2.
Bagi lokasi PKL
Ikut berperan serta membantu mahasiswa dalam menerapkan teori hasil
pembelajaran dikampus guna pendalaman materi dilapangan dengan menyediakan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
3.
Bagi Lembaga
a.
Membantu mahasiswa untuk lebih bisa mengembangkan terori
yang didapatkan dikampus dengan cara
praktek langsung melalui kegiatan yang nyata dilapangan.
b.
Membantu mahasiswa untuk lebih mengembangkan keterampilan
dan kecakapannya melalui kegiatan PKL I ini.
C.
Manfaat
Manfaat
kegiatan Praktek Kerja Lapangan PKL I adalah dapat memberikan pengalaman
belajar praktis dalam kehidupan nyata di lapangan kepada mahasiswa sebagai
penyuluh antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
Memperoleh
pengalaman pembelajaran dari kondisi nyata di lapangan serta menguasai materi
sabagai bahan untuk menempuh uji kompetensi.
2. Bagi lokasi PKL
Membantu
tugas / pekerjaan rutin yang dilakukan oleh instansi, penyuluh dan petani serta
dapat membantu meningkatkan program pemberdayaan petani dan keluarganya yang lebih
optimal.
3. Bagi Lembaga
a. Menciptakan SDM Penyuluh Pertanian
yang memiliki kompetensi Penyuluh Pertanian Pelaksana
b. Memberikan peran serta dalam
peningkatan program pemberdayaan petani dan keluarganya.
A.
Perencanaan Penyuluhan Pertanian.
Perencanaan
penyuluhan pertanian, dirumuskan dengan memperhatikan dinamika dan prinsip yang
mengarah pada demokrasi, partisipasi, tranparansi dan desentrelisasi (Muhammad
Jafar Hafsah, 2009).
Perencanaan
menurut Denyer (1972) adalah sebagai jembatan penghubung antara keadaan
sekarang yang sedang dialami dengan tujuan sasaran – sasaran yang ingin di
capai atau dikehendaki pada masa – masa mendatang.
B.
Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian.
Metode
penyuluhan pertanian adalah cara yang sudah direncanakan sebelumnya untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian (Soesmono 1975 dalam Totok
Mardikanto, 1985).
1.
Pengumpulan Data Tingkat Desa dan
Kecamatan.
Mengutip
data sekunder yang berisi letak wilayah, potensi wilayah dan pola
pengelolaannya di bidang pertanian, kelembagaan dan rencana pengembangan desa /
kecamatan.
Data potensi wilayah dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
disajikan dalam bentuk gambar, diagram dan garfik/tabel.
Analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu teknik pengolahan data
yang dilakukan dengan mengelompokan informasi-informasi dari data kualitatif
yang berupa masukan, tanggapan, kritik saran dan perbaikan yang terdapat pada
angket dan hasil wawancara. Hasil analisis ini kemudian disajikan dalam bentuk
gambar, diagram, dan grafik/tabel (Totok Mardikanto, 1985).
a. Potensi Wilayah.
Identifikasi Potensi Wilayah dengan menggunakan
metode PRA. Adapun data yang dikumpulkan meliputi
-
Data Sumberdaya Manusia
(SDM)
-
Data penduduk
berdasarkan 1). Umur 2). Agama 3). Pendidikan 4). Jenis kelamin 5).mata
pencahrian
-
Data kelembagaan
meliputi 1). Lembaga pemerintah 2). Lembaga agama 3).lembaga adat 4). Lembaga
sosial 5). Lembaga kelompok tani.
-
Data Sumberdaya Alam
(SDA)
Karakteristik
tanah
-
Data curah hujan 5
tahun terakhir
-
Data luas wilaya
berdasarkan penggunaan meliputi 1). Bangunan dan pekarangan 2). Luas tanaman
pangan dan horticultura 3). Luas tanama perkebunan 4) luas kehutanan 5). Luas
padang rumput
-
Data populasi 1).
Tanaman pangan dan horticultura 2). Tanaman perkebunan 3). Populasi ternak
b. Masalah.
Masalah adalah suatu keadaan
dimana terdapat jaraknya antara apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya
terjadi dan adanya hal tersebut menyebabkan ketidaknyamanan atau kerugian. Dari
identifikasi impact point diatas dapat diketahui bahwa masalah-masalah yang
muncul pada usahatani adalah :
-
Pada Impact Point
Ekonomi :
Masih
banyak petani yang tidak menyusun pembukuan usahatani
Belum
ada petani yang menghitung keuntungan usaha
-
Pada Impact Point
Sosial :
Masih rendahnya partisipasi anggota dalam
mengembangkan dan membina kelompok (Totok Mardikanto, 1985).
1.
Teknik Identifikasi.
A.
Tehnik Identifikasi dan analisis data lapangan (kualitatif) Identifikasi
di lakukan dengan cara sebagai berikut.
-
Identifikasi data
sekunder dengan cara mengumpulkan semua data
agroekosistem data monografi Desa Kecamatan/ BPP, dan lain–lain;
-
Identifikasi data
primer tentang agroekosistem, dengan pendekatan partisipatif dan wawancara semi
tersturuktur menggunakan teknik RRA dan PRA;
- Penetapan impact point dengan menggunakan
analisa masalah dan penyebab masalah, penetapan prioritas dan penetapan
faktor penentu.
B. Teknik
Identifikasi dan analisis data sekunder.
-
Mengambil data sekunder
dan penjejakan desa secara umum kepada pemuka masyarakat dan perangkat desa
-
Menetukan strategi
pengambilan data primer dalam pelaksanaan PRA
-
Mengumpulkan data
primer dengan instrumen PRA
-
Menyajikan hasil
identifikasi dalam bentuk gambar, diagram dan grafik
-
Melakukan rekapitulasi
potensi dan masalah usaha tani
-
Melakukan uji
pemeringkatan potensi, dan masalah usaha tani
2.
Memandu Penyusunan Rencana Kegiatan
Desa (RKD) dan Rencana Kegiatan Penyuluha Desa (RKPD)/Programa Penyuluhan Desa.
Melakukan
wawancara semi terstruktur pada petani perorangan (individu) dan keluarga tani
untuk pengambilan data dalam penyusunan RAK, RKK untuk selanjutnya bersama petani
membuat RKD dan RKPD.
Programa
tingkat desa adalah programa yang dibuat oleh petani yang berasal dari rencana
kegiatan individu petani, rencana kelompok dan akhirnya sacara partisipatif
disusun ditingkat desa guna menyelesaikan masalah – masalah yang menghambat
pencapaian visi desa. Langkah dan tehnik penyusunan rencana ini dimulai dari
identifikasi wilayah dan identifikasi individu petani menggunakan tehnik dan
alat PRA. Identifikasi menghasilakan potensi dan masalah, kemudian secara
partisipatif menggunakan diskusi interaktif dirumuskan rencana – rencana
kegiatannya baik di tingkat kelompok, maupun tingkat desa, dengan pendekatan
prioritas dengan arah pencapaian visi, dengan pertimbangan beberapa aspek
dibawah ini, ( A.W. van den Ban & H.S. Hawkins (1999) :
1. Tujuan yang hendak dicapai;
2. Kelompok sasaran yang akan dibantu
dengan pembentukan pendapat dan / atau pengambil keputusan;
3. Isi pesan penyuluhan;
4. Metode penyuluhan atau kombinasinya
yang digunakan, dan cara penggunaannya;
5. Organisasi semua kegiatan.
3.
Menyusun Programa Penyuluhan
Pertanian Sebagai Anggota.
Programa penyuluhan pertanian merupakan rencana tertulis
yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan melalui programa penyuluhan kecamatan,
programa penyuluhan kabupaten / kota, programa penyuluhan nasional sesuai
dengan kebutuhan.
Penyusunan
programa penyuluhan pertanian dipandang perlu sebagai acuan penyelenggaraan
penyuluhan pertanian dipusat dan daerah sebagai dasar untuk persamaan persepsi
dalam persiapan, perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan itu sendiri. Proses
penyuluhan programa penyuluhan pertanian kecamatan berdasarkan kebutuhan petani
terhadap penyuluhan, yang telah dikompilasi dari hasil – hasil analisis
identifikasi potensi wilayah dan data primer.
Unsur –
unsur yang perlu diperhatikan dalam menyusun program penyuluhan (Kementan, 2010) antara lain
:
a. Keadaan.
Menggambarkan
fakta – fakta berupa data dan informasi mengenai potensi, produktivitas dan
lingkungan usaha pertanian, perilaku / tingkat kemampuan petani dan kebutuhan
pelaku utama dalam usahanya diwilayah tertentu (desa, kecamatan, kabupate /
kota, propinsi) pada saat akan disusunnya programa penyuluhan pertanian.
b. Tujuan.
Dalam
hal ini memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan kondisi pelaku utama
dan pelaku usaha yang hendak dicapai dengan cara menggali dan mengembangkan
potensi yang tersedia pada dirinya, keluarga dan lingkungannya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dan merespon peluang yang ada.
c. Permasalahan.
Dalam
hal ini terkait dengan faktor – faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya
tujuan, atau faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara
kondisi saat ini (faktual) dengan
kondisi yang ingin dicapai. Faktor – faktor tersebut antara lain :
1. Faktor yang bersifat perilaku,
yaitu faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi pelaku utama dan pelaku usaha
terhadap penerapan suatu inovasi / teknologi baru (belum mampu, belum bisa, dll);
Faktor
yang bersifat non perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan dan
kondisi sarana dan prasarana pendukung usaha pelaku utama dan pelaku usaha
(pupuk, benih, dll) (Totok Mardikanto, 1985).
d. Recana Kegiatan.
Rencana
kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan, bagaimana
caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana, kapan, berapa
biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dan merespon peluang yang ada.
Maksud dan Tujuan (Kementan, 2010) :
1. Menyediakan acuan dalam
penyelengaraan penyuluhan pertanian bagi para penyelenggara;
2. Memberikan acuan bagi penyuluh
pertanian dalam menyusun rencana kegiatan penyuluhan pertanian;
3. Menyediakan bahan penyusunan
perencanaan penyuluhan untuk disampaikan dalam forum musrembang tahun
berikutnya.
Ruang lingkup :
Penyusunan programa penyuluhan pertanian meliputi
persiapan, penyususnan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi programa
penyuluhan pertanian.
4.
Menyusun Rencana Kerja Tahunan
Penyuluh Pertanian.
Rencana
kerja merupakan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan demi terciptanya tujuan
program penyuluhan pertanian secara efektif dan efisien (Totok Mardikanto,
1985).
Rencana
kerja tahunan penyuluh adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh penyuluh
berdasarkan programa penyuluhan setempat yang dilengkapi dengan hal – hal yang
dianggap perlu untuk beriteraksi dengan pelaku utama dan pelaku usaha (Kementan, 2010).
Dalam
penyusunan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Tingkat kemampuan (pengetahuan,
sikap dan keterampilan) pelaku utama dan pelaku usaha;
2. Ketersediaan teknologi / inovasi,
sarana dan prasarana, serta sumberdaya lain yang mendukung kegiatan penyuluhan
pertanian;
3. Tingkat kemampuan (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) penyuluhn pertanian;
4. Situasi lingkungan fisik, sosial
dan budaya yang ada;
5. Alokasi pembiayaan yang tersedia.
Rencana kegiatan harus memuat unsur
– unsur :
Siadibiba : siapa yang akan melaksanakan,
apa tujuan yang ingin dicapai, dimana dilaksanakan, bilamana / kapan waktu
pelaksanaan, berapa banyak hasil yang ingin dicapai (kuantitas dan kualitas),
berapa korbanan yang diperlukan (biaya, tenaga, dll) serta bagiamana
melaksanakannya (melalui kegiatan apa), Kementan (2010).
5.
Melakukan Kunjungan Tatap
Muka/Anjangsana Pada Petani Perorangan.
Anjangsana
merupakan kunjungan terencana yang dilakukan oleh penyuluh ke rumah / tempat
usaha petani dengan tujuan menumbuhkan kepercayaan diri petani dan keluarganya.
Dalam anjangsana dapat dilakukan secara terencana, menyiapkan kebutuhan
teknologi yang diperlukan petani serta bahan informasi seperti : brosur, folder
dan media lainnya dengan tujuan kunjungan kerja sebagai berikut :
a. Menyampaikan informasi dan
teknologi baru kepada para petani;
b. Memfasilitasi proses belajar - mengajar pada petani;
c. Mendampingi dalam penyusunan
rencana defenitif kelompok dan rencana defenitif kebutuhan kelompok;
d. Membimbing penerapan teknologi usaha
tani;
e. Pemeriksaaan lapangan bersama –
sama petani untuk mengetahui permasalahan yang terdapat di lapangan;
f. Membantu permasalahan teknis maupun
non teknis yang dihadapi petani;
g. Membantu permasalahan yang tidak
dapat dipecahkan pada waktu kunjungan untuk dibawah ke pertemuan di BPP.
Prinsip – Prinsip Kunjungan :
a. Teratur, terarah dan berkelanjutan;
b. Kunjungan melalui pendekatan
kelompok;
c. Pertemuan dapat dilakukan di saung
tani, rumah ketua kelompok, atau di tempat lain
yang telah disepakati oleh anggota kelompok. Pertemuan dipimpin oleh
ketua kelompok, sedangkan penyuluh pertanian berperan sebagai fasilitator;
d. Pertemuan untuk pemecahan
permasalahan usaha tani yang dihadapi para petani;
e. Materi penyuluhan disesuaikan
dengan keadaan usahatani petani.
Prosedur Kerja :
Langkah –
langkah yang dilakukan penyuluh pertanian sewaktu kunjungan :
1. Mengamati lokasi usaha tani bersama
anggota kelompok dan mendiskusikannya;
2. Memberikan penyuluhan sesuai dengan
materi yang telah dipersiapkan terlebih dahulu waktu dan tempat kunjungan
penyuluhan pertanian.
Waktu,
tempat dan berapa lama kegiatan kunjungan akan dilaksanakan perlu ditetapkan,
karena petani mempunyai pola hidup dan pola kerja tertentu. Perencanaan
kunjungan juga perlu memperhitungkan jenis komoditi, iklim dan perubahan cuaca
yang terjadi di wilayah setempat. Kapan petani berada di lapangan, kapan
berkumpul dan kapan berada di rumah, ini biasanya perlu diketahui sebelum
penyuluhan dilaksanakan. Hal ini dapat diatasi dengan mencari informasi melalui
tokoh petani dan tokoh masyarakat setempat.
Beberapa
sasaran dalam kunjungan lapangan yang perlu diperhatikan :
a. Waktu kunjungan lapangan sebaiknya
dilakukan pada saat petani sedang istirahat dilapangan;
b. Jika ingin dilakukan secara
berkelompok dapat disepakati bersama petani, tempat bisa di lahan
usaha/lapangan, didalam ruangan seperti dirumah, tempat pertemuan lainnya
seperti saung tani, balai desa, masjid dan lain – lain. Waktu sore hari cocok
untuk diskusi, kursus tani dan pertemuan lainnya sedangkan malam hari cocok
untuk mendengarkan dan mendiskusikan siaran pedesaan;
c. Penetapan waktu penyuluhan akan
tergantung dari :
1.
Metode penyuluhan yang digunakan;
2.
Media penyuluhan yang digunakan;
3.
Materi penyuluhan yang akan disampaikan;
4.
Keadaan atau kesempatan penyuluh itu sendiri;
5.
Keadaan atau situasi sasaran yang dituju;
6.
Jenis kegiatan usaha tani setempat;
7. Ketersediaan alat dan perlengkapan
lainnya seperti, alat transport, komunikasi, alat peraga, untuk kunjungan
kegiatan penyuluhan;
8. Kegiatan penyuluhan biasanya
dilakukan mengikuti kegiatan masyarakat setempat. Seperti pertemuan bulanan,
pengajian, musyawara desa dan dengan waktu yang telah ditentukan atau
disepakati bersama.
Materi Kunjungan :
a. Materi kunjungan disesuaikan dengan
permasalahan yang ada dilapangan, kemudian dibahas bersama – sama. Apabila ada
permasalahan yang belum dapat diselesaikan, maka penyuluh pertanian membawanya
pada kegiatan pelatihan dan konsultasi di BPP;
b. Materi kunjungan hendaknya bersifat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani;
Materi
kunjungan juga mencakup perencanaan materi yang akan didiskusikan 2 minggu akan
datang. Untuk itu penyuluh pertanian harus mempunyai rencana materi kunjungan (Totok
Mardikanto, 1985).
6.
Merencanakan Demontrasi Cara.
Menurut
A.W. van den Ban dan H.S. Hawkins (1999), demontrasi cara adalah suatu teknik
yang dipertunjukan kepada mereka yang telah yakin menggunakannya.
Demontrasi
cara juga dapat digunakan untuk mengajarkan kepada petani keterampilan tertentu
seperti cara penyemprotan pestisida, pembuatan pupuk organik, bogasi,
mengoperasikan hand tractor, dan lain – lain. Dalam demontrasi penyuluh harus
teliti menganalisis pekerjaan yang akan dilakukan oleh petani, jika tidak, maka
petani tidak akan bisa melakukan tugas tersebut dengan tepat. Petani juga harus
diberi kesempatan untuk mempraktekkannya sendiri, dengan demikian penyuluh
mendapatkan umpan balik mengenai kemampuan mereka dalam melaksanakan kegiatan
tersebut. Hal – hal teknis tidak dapat dipelajari dengan hanya memperhatikan
cara pelatih bermain, tetapi harus di praktekkan sendiri dengan demikian
sasaran akan terampil untuk melakukan pekerjaannya.
Tujuan
dari kegiatan demontrasi cara adalah dapat mendorong petani mencoba sendiri
inovasi teknologi yang mereka dapatkan dengan keterampilan yang telah dimiliki
dan menerapkannya.
7.
Memandu Demontrasi Farm dan Sekolah
Lapang
A. Demontrasi Farm.
Demontrasi
merupakan suatu metode penyuluhan dilapangan untuk memperlihatkan / membutikan
secara nyata tentang cara dan atau hasil penerapan teknologi pertanian yang
telah terbukti menguntungkan bagi petani.
Tujuan Demontrasi Farm :
Tujuan
demontrasi farm yaitu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan anggota
kelompok tani serta memberikan contoh kepada petani disekitarnya untuk
menerapkan teknologi baru melalui kerja sama kelompok.
B. Sekolah Lapang.
Sekolah
lapang merupakan kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh sekelompok
petani pada hamparan tertentu, yang diawali dengan membahas masalah yang sedang
dihadapi, kemudian di ikuti dengan curah pendapat, berbagi pengalaman tentang
alternatif dan pemilihan cara pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien
sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
Tujuan Sekolah Lapang :
a.
Petani memiliki kesempatan mengidentifikasi kebutuhan ilmu
dan keterampilan dalam melaksanakan usahataninya;
b.
Petani belajar untuk menambah ilmu dan keterampilan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya ditempat yang sesuai dengan keadaan dan
masalah yang dihadapi sehari – hari;
c.
Petani mampu menganalisis dan mengambil keputusan yang
rasional tentang tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah dan
memperbaiki usahataninya berdasarkan hasil lapangan;
d.
Para petani mampu bekerjasama dalam proses belajar untuk
meningkatkan produktivitas usahataninya secara berkelanjutan (A.W. van den Ban
dan H.S. Hawkins (1999),
8.
Menjadi Pramuwicara Dalam
Perencanaan dan Pelaksanaan Pameran.
Pameran
merupakan usaha untuk memperhatikan atau mempertunjukan model, contoh, barang,
grafik, benda hidup dan sebaginya secara sistematis pada suatu tempat tertentu.
Suatu pemeran meliputi tahap usaha komunikasi yaitu : menarik perhatian,
menggugah hati dan membangkitkan keinginan serta bila mungkin tahap meyakinkan
diharapkan dapat juga tercapai (Totok Mardikanto, 1985).
Tujuan :
a. Mempengaruhi orang untuk menerima
cara – cara baru dan memperlihatkan teknologi baru sekaligus ditunjukkan hasil
– hasil yang telah dicapai;
b. Menarik perhatian banyak orang dan
meningkatkan pengertian dan minat;
c. Menumbuhkan pengertian dan
apresiasi terhadap pembangunan pertanian.
9.
Mengajar Kursus Tani.
Kursus
tani merupakan proses belajar mengajar yang khusus diperuntukan bagi petani dan
keluarganya yang diselenggarakan secara sistematis, teratur dan dalam jangka
waktu tertentu.
Tujuan dari Kursus Tani :
a. Meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kecakapan petani dalam memecahkan masalah yang dijumpai dalam
usahataninya;
b. Meningkatkan pengetahuan, kecakapan
dalam menerapkan teknologi yang lebih menguntungkan;
c. Menumbuhkan calon kontak tani yang
bersedia dan mampu menyebarkan teknologi pertanian yang lebih menguntungkan;
Menggugah
dan mengembangkan kesadaran dan swadaya serta kepemimpinan keluarga tani (Totok
Mardikanto, 1985).
10.
Menumbuhkan Kelompok.
Tumbuh
dan berkembangnya kelompok – kelompok dalam masyarakat, umumnya didasarkan atas
adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan kekompakan kelompok tersebut tergantung
kepada faktor pengikat yang dapat menciptakan keakraban individu – individu
yang menjadi anggota kelompok.
Dalam
penumbuhan kelompok tani tersebut perlu diperhatikan kondisi – kondisi kesamaan
kepentingan, sumber daya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling mempercayai,
dan keserasian hubungan antar petani, sehingga dapat merupakan faktor pengikat
untuk kelestarian kehidupan kelompok, dimana setiap anggota kelompok dapat
merasa memiliki dan menikmati manfaat sebesar – besarnya dari apa yang ada
dalam kelompok tani.
Penumbuhan
kelompoktani didasarkan kepada prinsip – prinsip sebagai berikut (Deptan, 2007) :
1. Kebebasan, artinya menghargai
kepada para individu para petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan
kepentingannya. Setiap individu memilki kebebasan untuk menentukan serta
memilih kelompoktani yang mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya. Setiap
individu bisa tanpa atau menjadi anggota satu atau lebih kelompok tani;
2. Keterbukaan, artinya
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku
utama serta pelaku usaha;
3. Partisipatif, artinya semua anggota
terlibat dalam memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan serta
mengelolah (merencanakan, melaksanakan serta melakukan penilaian kinerja)
kelompoktani;
4. Keswadyaan, artinya mengembangkan
kemampuan penggalian potensi diri sendiri para anggota dalam penyediaan dana
dan sarana serta pendayagunaan sumber daya guna terwujudnya kemandirian
kelompoktani;
5. Kesetaraan, artinya hubungan antara
penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha yang harus merupakan mitra sejajar;
6. Kemitraan, artinya penyelenggaraan
penyuluhan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sing menghargai, saling
menguntungkan, saling memperkuat, dan saling membutuhkan antara pelaku utama
dan pelaku usaha yang difasilitasi oleh penyuluh.
11.
Mengembangkan Kelompok Dari Pemula
Ke Lanjut.
Pengembangan
kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya,
peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan
kelompoktani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan
antara lain (Deptan, 2007) :
1. Adanya pertemuan / rapat anggota /
rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan;
2. Disusunannya rencana kerja kelompok
secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan
bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi;
3. Memiliki aturan / norma yang
disepakati dan ditaati bersama;
4. Memilki pencatatan /
pengadministrasian organisasi yang rapih;
5. Memfasilitasi kegiatan – kegiatan
usaha bersama di sektor hulu dan hilir;
6. Memfasilitasi usaha tani sacara
komersial dan berorientasi pasar;
7. Sebagai sumber serta pelyanan
informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok
tani khususnya;
8. Adanya jalinan kerja sama antara
kelompok tani dengan pihak lain;
9. Adanya pemupukan modal usaha baik
iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha / kegiatan kelompok.
12.
Merencanakan Mimbar Sarasehan
Tingkat Kecamatan.
Mimbar
sarasehan merupakan forum konsultasi antar kelompok andalan (KTNA) dengan pihak
pemerintah yang diselenggarakan secara periodik dan berkesinambungan untuk
membicarakan, memusyawarakan dan mencapai kesepakatan mengenai hal – hal yang
menyangkut masalah – masalah pelaksanaan program pemerintah dan kegiatan petani
dalam rangka pembangunan pertanian.
Tujuan :
a. Memahami keadaan dan masalah yang
dihadapi pembangunan pertanian di lapangan;
b. Mencapai kesepakatan bersama
tentang pemecahan masalah beserta penyusunan rencana kegiatan yang mencakup
usaha tani dan kehidupan petani dan keluarganya;
c. Melaksanakan penerapan kegiatan di
lapangan sesuai dengan kesepakatan bersama;
d. Meningkatkan peranan dan peran
serta petani sebagai subjek pembangunan;
Mewujudkan
hubungan timbal balik yang serasi antar kelompok tani dan pemerintah dalam
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pertanian untuk memperbaiki perencanaan
yang akan datang (Totok Mardikanto, 1985)
13.
Memberikan Pemecahan Masalah Kepada
Petani Yang Berkonsultasi.
Masalah
adalah faktor penyebab keadaan tidak memuaskan atau faktor yang menghambat
tidak maksimalnya suatu kegiatan, oleh karena itu pengenalan dan penetapan
masalah sangat penting sebab jika penentuan masalah ini salah, berarti akan
berakibat kaburnya arah kegiatan.
Dalam
penyuluhan, dibedakan antara masalah yang menyangkut perilaku dan non perilaku.
Untuk kepentingan penyuluhan pertanian segala permasalahan harus dapat
diajadikan atau diubah menjadi masalah yang sifatnya perilaku. Dengan demikian
masalah yang ditetapkan kemudian keseluruhannya merupakan masalah perilaku
petani
Urutan
kegiatan penetapan masalah : (Totok Mardikanto, 1985).
1. Menetapkan keadaan yang tidak atau
kurang memuaskan, yaitu faktor – faktor yang sifatnya menghambat atau tidak
memenuhi keadaan yang diinginkan;
2. Menentukan faktor penyebab tidak
atau kurang memuaskan;
3. Pengelompokan masalah yang bersifat
perilaku dan masalah non perilaku;
4. Mengubah masalah non perilaku
menjadi masalah yang bersifat perilaku;
5. Menyusun prioritas masalah atau
penetapan masalah atau penetapan urutan masalah dari segi usaha pemecahannya;
6. Penetapan masalah umum dan masalah
khusus.
Dengan
ditemukannya masalah – masalah ini akan memberi arah apa, bagaimana, kapan dan dimana kegiatan penyuluhan partanian
harus dilaksanakan. Dengan demikian nantinya akan dapat ditentukan metoda mana
yang paling tepat, media apa yang ingin digunakan, materi yang akan
disampaikan, kapan harus dilaksanakan dan dimana sebaiknya kegiatan penyuluhan
pertanian dilaksanakan.
C. Prinsip-Prinsip Materi
Penyuluhan Pertanian
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif
Melalui penyuluhan,
bukanlah dimaksud agar masyarakat penerima manfaat selalu
menguntungkan diri kepada petunjuk, nasehat, atau bimbingan penyuluhannya.
2. Tempat yang paling baik
Adalah di tempat
kegiatan penerima manfaat dapat dipastikan bahwa, setiap individu sangat mencintai
profesinya, karena itu tidak suka diganggu (untuk meninggalkan pekerjaan
rutinnya), serta selalu berperilaku sesuai dengan pengalamannya sendiri dan
kenyataan-kenyataan yang dihadapinya sehari-hari.
Sebagai makhluk sosial,
setiap individu akan selalu berperilaku sesuai dengan kondisi lingkungan
sosialnya, atau setidak-tidaknya akan selalu berusaha menyesuaikan diri diri
dengan perilaku orang-orang disekitarnya.
4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat
Kegiatan penyuluhan
adalah upaya mengubah perilaku orang lain secara persuasif dengan menerapkan
sietem pendidikan.
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Kegiatan penyuluhan adalah upaya
untuk mengubah perilaku penetima manfaat, baik pengetahuannya, sikapnya atau
keterampilannya.( Mardikanto Dan Sri
Sutarni, 1985).
III.
PELAKSANAAN KEGIATAN PKL. I
A. Peserta
Peserta PKL I adalah mahasiswa semester II Tahun Akademik 2012/2013.
Pada
semester II para mahasiswa STPP harus melaksanakan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) I, yang merupakan aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan
diluar kampus (out campus). Kegiatan
ini dilaksanakan sesuai Kompetensi Penyuluh Pertanian. Pelaksana
Penyelenggaraan PKL I Tahun 2013 di STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian secara
teknis dituangkan dalam Petunjuk Teknis PKL I Tahun 2013.
B. Lokasi PKL I
Lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL) I akan dilaksanakan di BPP
Bacan Selatan Desa Panambuang Kecamatan Bacan Selatan Kabupaten Halmahera
Selatan Provinsi Maluku Utara.
Kegiatan
magang akan di laksanakan mulai tanggal 01 s/d 14 Mei 2013, sedangkan praktek
lapangan (PKL) I akan dilaksanakan dari
tanggal 13 Mei s/d 31 juli 2013.
Tempat pelaksanaan Kegiatan Magang di BPP Banguntapan, BPP
Piyungan, BPP Berbah dan BPP Kalasan dalam wilayah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
C.
Metode Kegiatan.
1.
Metoda Penyuluhan
Metoda penyuluhan
adalah upaya mempertemukan masyarakat dengan materi penyuluhan baik secara
massal, kelompok atau perorangan (Anonim, 2011.)
1.
Kunjungan/Anjangsana.
Kunjungan/anjangsana
adalah suatu kunjungan terencana yang dilakukan oleh penyuluh ke rumah atau
tempat usaha petani dengan suatu tujuan tertentu (Anonim, 2011). Tujuan
kunjungan atau anjangsana adalah menumbuhkan kepercayaan diri petani dan
keluarganya. Teknik pelaksanaan anjangsana adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan
kunjungan sebaiknya dilakukan secara terencana. Untuk itu seorang penyuluh
harus membuat jadwal kunjungan yang berisi tentang siapa yang akan dikunjungi,
waktu kunjungan, topik yang akan dibicarakan;
b. Usahakanlah
agar waktu kunjungan tidak mengganggu kesibukan petani;
c. Bersikaplah
ramah, bersahabat dan penuh rasa kekeluargaan, jangan bersikap terlalu resmi
atau menggurui.
2.
Demonstrasi.
Merupakan suatu
penyuluhan di lapangan untuk memperlihatkan secara nyata tentang cara dan atau
hasil penerapan teknologi yang telah terbukti menguntungkan bagi petani atau
masyarakat (Anonim, 2011). Berdasarkan sasaran yang akan dicapai,
demonstrasi dibedakan menjadi :
a.
Demplot yaitu
demonstrasi yang dilakukan secara perorangan dengan mengusahakan komoditi
tertentu, dengan areal 0.1 – 0.5 Ha untuk komoditi yang memerlukannya.
Tujuannya adalah untuk memberikan contoh bagi petani di sekitarnya untuk
menerapkan teknologi;
b.
Demfarm yaitu
demonstrasi yang dilakukan secara kerjasama dalam kelompok dalam suatu kelompok
dengan areal 1 - 5 Ha untuk komoditi yang memerlukannya. Tujuan pelaksanaan
demfarm adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok
petani serta memberikan contoh di sekitarnya menerapkan teknologi baru;
c.
Dem area adalah
demonstrasi yang dilakukan secara kerjasama antar kelompok dalam satu wilayah
yang tergabung dalam satu gabungan kelompok dengan areal 5 - 25 Ha untuk
komoditi yang memerlukannya. Tujuan Dem area adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok petani melalui kerjasama antar
kelompok petani untuk menerapkan inovasi baru serta memberikan contoh bagi
petani di sekitarnya.
Berdasarkan metode yang
digunakan, demonstrasi dikelompokan menjadi :
1). Demonstrasi cara, lebih
menonjolkan pada upaya menunjukkan (melatih) kepada sasaran penyuluhan tentang
cara kerja yang benar, seperti cara memupuk, cara bertanam ,dll;
2). Demonstrasi
hasil, yang lebih menonjolkan (Membuktikan) kepada sasaran n penyuluhan
tentang keunggulan inovasi yang ditawarkan , demonstrasi benih unggul, demonstrasi
pemupukkan, dll;
3). Demonstrasi
cara dan hasil, dimaksudkan untuk menunjukkan ,melatih cara kerja yg
benar sekaligus menunjukkan /membuktikan
keunggulan inovasi yg ditawarkan.
3.
Temu
Lapang.
Temu Lapang adalah pertemuan antara para
petani-nelayan dengan peneliti untuk saling tukar menukar informasi tentang
teknologi yang dihasilkan oleh peneliti dan umpan balik dari
petani-nelayan (Anonim, 2011).
Tujuan Temu Lapang
yaitu :
1.
Membuka kesempatan bagi petani untuk
mendapatkan informasi teknologi hasil pertanian;
2.
Membuka kesempatan bagi para peneliti
untuk mendapatkan umpan balik dari hasil-hasil penelitiannya;
3.
Menyalurkan teknologi dikalangan petani
secara lebih cepat;
4.
Menjalin hubungan akrab antara peneliti,
penyuluh dan petani (Anonim,
2011).
4.
Temu
Wicara.
Temu Wicara adalah
pertemuan antara petani dengan pemerintah untuk bertukar mengnai kebijaksanaan
pemerintah dalam pembangunan, khususnya pembangunan pertania serta mengenai
keinginan, gagasan dan pelaksanaan pembangunan oleh petani di lapangan (Anonim, 2011).
Tujuan :
a.
Meningkatkan pengetahuan dan pengertian petani tentang pembangunan
pertanian pada khususnya serta pembangunan nasional;
b.
Meningkatkan motivasi petani untuk melaksanakan kegiatan pembangunan
pertanian;
c.
Membuka saluran umpan balik dari masyarakat tani kepada pemerintah.
Teknik Pelaksanaannya yaitu :
1). Persiapan :
a. Konsultasi
dengan pemerintah setempat dan berbagai pihak yang terkait untuk mempersiapkan
segala sesuatunya;
b. Undangan
dibuat oleh penyelenggara dan disampaikan langsung kepada peserta dan pejabat
pemerintah lainnya yang terkait;
c. Tempat
penyelenggaraan temu wicara hendaknya cukup luas dan nyaman;
d. Peralatan
yang diperlukan hendaknya disediakan sesuai dengan keperluan.
2). Pelaksanaan :
A. Susunan acara
dibuat sesuai dengan keperluan;
B. Materi temu wicara berupa uraian
tentang kebijaksanaan pemerintah, pelaksanaannya di daerah serta gagasan dan
masalah-masalah petani;
C. Penyelenggara menyediakan
panduan bagi peserta (Anonim, 2011).
5.
Mimbar
Saresehan.
Merupakan forum konsultasi antara kontak tani nelayan
andalan (KTNA) dengan pihak pemerintah yang diselenggarakan secara periodik dan
berkesinambungan untuk membicarakan, memusyawarahkan dan mencapai kesepakatan
mengenai hal-hal yang menyangkut masalah-masalah pelaksanaan program pemerintah
dan kegiatan petani nelayan dalam rangka pembangunan pertanian (Anonim, 2011).
6.
Kursus
Tani.
Kursus Tani adalah
kursus atau proses belajar mengajar yang khusus diperuntukan bagi petani dan
keluarganya yang diselenggarakan secara sistematis, teratur dan dalam jangka
waktu tertentu (Anonim, 2011). Hal-hal
yang harus diperhatikan sebelum menyelenggarakan kursus tani adalah sebagai
berikut :
a.
Menetapkan kebutuhan
belajar yang dapat ditempuh dengan cara wawancara dengan petani sebagai calon
peserta kursus, pengamatan lapangan, pengumpulan informasi dari pejabat daerah
dan tokoh masyarakat setempat, pertemuan/ musyawarah khusus dengan petani calon
peserta kursus;
b.
Merumuskan tujuan
pengajaran yang meliputi sasaran yang akan dididik, perubahan yang diinginkan,
materi yang akan diajarkan dan tempat pelaksanaan;
c.
Menyusun rencana kerja
yang meliputi penetapan materi pelajaran, pemilihan metode, penetapan pengajar,
penetapan peserta, pemilihan tempat kursus, penetapan jadwal atau waktu,
perumusan kelengkapan yang diperlukan dan perumusan rencana evaluasi.
7.
Sekolah
Lapang.
Sekolah lapang merupakan kegiatan pertemuan berkala yang
dilakukan oleh sekelompok petani pada hamparan tertentu, yang diawali dengan
membahas masalah yang sedang dihadapi, kemudian diikuti dengan curah pendapat,
berbagi pengalaman tentang alternatif dan pemilihan cara pemecahan masalah yang
paling efektif dan efisien sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
Tujuan dari
Sekolah Lapang ini yaitu :
a.
Petani memiliki kesempatan mengidentifikasi kebutuhan
ilmu dan keterampilan dalam melaksanakan
uasha taninya;
b.
Petani belajar untuk menambah ilmu dan keterampilan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya ditempat yang sesuai dengan keadaan dan
masalah yang dihadapi sehari-hari;
c.
Petani mampu menganalisisdan mengambil keputusan yang
rasional tentang tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah dan
memperbaiki uasha taninya berdasarkan hasil lapangan;
d.
Para petani mampu bekerjasama dalam proses belajar untuk
meningkatkan produktivitas usaha taninya secara berkelanjutan (Anonim, 2011).
8.
Pameran.
Pameran adalah usaha untuk memperlihatkan atau
mempertunjukan model, contoh, barang, gambar dan sebagainya secara sistematis
pada suatu tempat tertentu (Anonim, 2011).
Suatu pameran melingkupi tiga
tahap usaha komunikasi yaitu menarik perhatian, menggugah hati dan membangkitkan
keinginan serta bila mungkin tahap meyakinkan diharapkan dapat tercapai.
Tujuan dari Pameran ini yaitu
:
a.
Mempengaruhi orang untuk
menerima cara-cara baru dan mempehatikan teknologi baru sekaligus ditunjukan
hasil-hasil yang telah dicapai;
b.
Menarik perhatian banyak orang
dan meningkatkan pengertian dan minat;
c.
Menumbuhkan pengerian dan
spresiasi terhadap pembangunan pertanian.
Teknik Pelaksanaan Pameran adalah sebagai berikut :
1.
Sebaiknya diselenggarakan bersamaan dengan
peristiwa-peristiwa khusus misalnya 17 Agustus, dll;
2.
Mempunyai tema dan pusat perhatian (fokus);
3.
Dalam skala kecil, harus menyajikan secara lengkap
hal-hal yang tercakup dalam suatu kegiatan;
4.
Materi/ barang yang harus disajikan harus jelas,
sederhana dan mudah dipahami;
5.
Harus dalam susunan yang sistematis dan berkelanjutan;
6.
Pergunakanlah jumlah objek secukupnya dan tidak
berlebihan;
7.
Tata ruang diatur sedemikian rupa sehingga menarik
perhatian pengunjung;
8.
Gunakan dekorasi dari bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan yang di pamerkan;
9.
Para penjaga pameran harus dibekali dengan informasi yang
cukup mengenai obyek yang dipamerkan dan harus bersungguh-sungguh dan tepat
dalam memberikan jawaban
(Anonim, 2011).
D.
Output Kegiatan.
Mahasiswa
pelaksana Magang / PKL I diharapkan mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian
mulai dari persiapan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan sampai dengan tahapan
evaluasi. Kemudian pelaksana magang / PKL I diharapkan dapat menguasi lokasi
kegiatan mulai dari data potensi dan kegiatan - kegiatan yang di lapangan.
Mahasiswa
pelaksana kegiatan dapat memahami dan mengerti jalannya pelaksanaan PRA dalam
rangka penyusunan RAK, mengikuti pelaksanaan diskusi dalam penyusunan RKPD dan
Programa Penyuluhan Pertanian.
Mahasiswa
Magang / PKL I diharapkan dapat melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan
sesuai dengan petunjuk teknis yang ada dan memahami proses penumbuhan kelompok
tani serta mengembangkan kelas kelompok tani dengan melaksanakan penilaian -
penilaian kelompok (Anonim, 2011).
E.
Alokasi Waktu PKL I.
Alokasi
Waktu PKL I adalah sebagai berikut :
Jadwal
Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) I dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1. Alokasi Waktu Kegiatan PKL I
No.
|
Kegiatan
|
Alokasi Waktu 2013
|
1.
|
Penyusunan Juknis PKL I
|
-
|
2.
|
Sosialisasi kepada Dosen
Pembimbing
|
Mulai 19 Februari 2013
|
3.
|
Pembekalan kepada Mahasiswa
|
08 Maret 2013
|
4.
|
Penyusunan Rencana Kerja PKL I
|
09 – 16 Maret 2013
|
5.
|
Pelepasan PKL I
|
30 April 2013
|
6.
|
Magang PKL I
|
01 – 14 Mei 2013
|
7.
|
Pelaksanaan PKL I
|
13 Mei – 31 Juli 2013
|
8.
|
Monitoring PKL I
|
29 April – 05 Juli 2013
|
9.
|
Membimbing Laporan PKL I
|
13 Mei – 23 Agustus 2013
|
10.
|
Ujian PKL I
|
Mulai 26 Agustus 2013
|
Kegiatan PKL I diawali dengan melaporkan diri pada BPP Banguntapan,
BPP Piyungan, BPP Berbah dan BPP Kalasan, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti
magang selama 2 (dua) minggu, hasil magang tersebut dinarasikan dalam bentuk
laporan. Pelaksanaan kegiatan tersebut diatas tidak bersifat permanen, jadwal
dan hari kegiatan dapat saja berubah disesuaikan dengan kondisi dilapangan,
serta mengikuti kegiatan yang sudah direncanakan, baik itu dilokasi magang
maupun di lokasi Praktek Kerja Lapang ( PKL ) I Mahasiswa. Stpp 2013. Juknis praktek kerja lapangan ( pkl ) I. Sekolah tinggi
penyuluhan pertanian magelang. Jurusan penyuluhan pertanian yogyakarta.
BAB VI
DAFTAR
PUSTAKA
A.w. van den ban dan h. S. Hawkins,
1999. Penyuluhan pertanian.
Kanisius. Yogyakarta.
Anonim, 2011. Bahan
Ajar Media Penyuluhan
Pertanian.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Yogyakarta.
Deptan. 2007. Permentan tentang : pedoman pembinaan kelembagaan petani. Departemen
pertanian. Jakarta.
Hafsah, j. Mohammad, 2009. Penyuluhan pertanian di era otonomi daerah.
Sinar harapan. Jakarta.
Kementan. 2010. Permentan tentang :
pedoman penyusunan programa penyuluhan pertanian.
Kementerian pertanian. Jakarta.
L. Samsudin. U. 1977. Dasar – dasar penyuluhan dan modernisasi
pertanian. Bina cipta. Bandung.
Mardikanto totok dan sri sutarni,
1985. Petunjuk penyuluhan pertanian.
Usaha nasional. Surabaya.
- Stpp 2013. Materi praktek kerja lapangan ( pkl ) i. Sekolah tinggi penyuluhan pertanian magelang. Jurusan penyuluhan
pertanian Yogyakarta.
- Stpp 2013. Juknis praktek kerja lapangan ( pkl ) i. Sekolah tinggi penyuluhan pertanian magelang.
Jurusan penyuluhan pertanian yogyakarta.
UU No 16 Tahun 2006. Tentang Sistim
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K).
Perihal :
Pengajuan Lokasi PKL
I
Yang Terhormat,
Ketua Jurusan Penyuluhan Pertanian
Yogyakarta
Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini
:
Nama : IctiraJulvikarJurochman
NIMR : 05.1.4.12.0378
Mengajukan Rencana PKL I Dengan Lokasi :
Desa Panambuang,
Kecamatan,Bacan selatan,
Kabupaten Halmahera - Selatan, Propinsi Maluku Utara.
Demikian PengajuanIni Kami
Sampaikan. Atas Perhatiannya Diucapkan Terimakasih.
Yogyakarta, 13 Maret,
2013
Dosen Pembimbing I Mahasiswa
AGUS, WARTAPA. SP. MP ICTIRA
JULVIKAR JUROCHMAN
Nip. 1961 0627 1987 031 001 NIRM.
05.1.4.12.0378
Dosen Pembimbing II
Ir. AMIE, SULASTIYAH. MM
Nip. 1954 0131 1981
032 001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar