SEBAGAI MAHASISWA PENYULUH PERTANIAN YANG NANTINYA AKAN TERJUN DI MASYARAKAT DALAM MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PETANI, HARUSLAH MEMILIKI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG CUKUP BAGAIMANA CARA MENYULUH YANG BAIK DI LAPANGAN, SEHINGGA PENYULUH ITU BENAR-BENAR MENJADI MOTIVATOR YANG BAIK DI MASYARAKAT

Rabu, 08 Januari 2014

TUGAS RESUME MATA KULIAH MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN II TENTANG PENGERTIAN SINOPSIS DAN TREATMEN DALAM SUATU CERITA





TUGAS RESUME
MATA KULIAH MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN II
TENTANG
PENGERTIAN SINOPSIS DAN TREATMEN DALAM SUATU CERITA





Disusun oleh :
ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378



KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN  SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2013




PENULISAN SINOPSIS DAN TREATMEN DALAM SUATU CERITA


1.    Pengertian Sinopsis
Pengertian sinopsis menurut Dr. Gorys Keraf adalah ringkasan atau summary  atau précis yang paling efektif dalam menyajikan suatu karangan yang panjang menjadi bentuk pendek. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinopsis adalah ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya dimunculkan bersamaan dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis tersebut. Sinopsis secara garis besar adalah abstraksi, ringkasan atau ikhtisar karangan. Sinopsis  adalah  Alur cerita  yaitu penjelasan bagaimana alur cerita suatu drama film, suatu film yang dijelaskan dalam bentuk tulisan yang jelas sehingga pemain maupun penonton memahami jalannya cerita serta produsen memahami isi dari cerita tersebut. Dapat juga dijelakan bahwa sinopsis adalah ringkasan  cerita dari alur cerita yang panjang yang dapat dijelaskan dengan jelas dari alur cerita tersebut. Adanya sinopsis adalah untuk meningkatkan kemampuan seorang penulis agar lebih baik dan lebih terarah dari alur ceritanya.
Suatu sinopsis yang berkualitas adalah suatu jaringan ringkasan yang singkat namun mampu menjelaskan cerita secara keseluruhan, sehingga meski hanya singkat, orang akan lebih mudah memahami alur cerita yang sesungguhnya. Jangan membuat sinopsis yang memutar balikkan cerita karena ini tentu saja akan membuat si pembaca akan merasa bingung dengan jalannya cerita. Suatu cerita dalam film atau drama bila dikemas secara terarah maka drama tersebut akan mudah dinikmati oleh penontonnya.Buat start dan proses yang baik sampai ending cerita yang jelas sehingga penonton tidak dibuat terkatung-katung.
Sinopsis juga merupakan cerita dasar, penilaian terhadap cerita dasar sesuai dengan tujuan produksi, terkait dengan prediksi potensi dana produksi dan potensi pemirsa sebagai khalayak sasaran. Prediksi dana produksi selain menyangkut jaminan arus dana, yang tidak kalah pentingnya adalah adanya fisibilitas dalam pengembalian modal. Mungkin ada produser yang tidak menuntut pengembalian modal, misalnya pemerintah atau pribadi dan badan yang memiliki program sosiokultural. Jika didapat penyandang dana semacam ini tentunya akan menjadi berkah bagi produser.Namun demikian tetap perlu dilakukan prediksi potensi penonton. Ini bertolak dari kesesuaian cerita dengan kecenderungan sosiografis dan psikografis khalayak yang akan dituju (target audience). 
Penilaian ini dilakukan oleh produser yang mengenali khalayak sasarannya atau memiliki misi ideal yang ingin diwujudkannya. Dengan kata lain, suatu cerita dapat dilihat dari sisi kesesuaian dengan motif penonton yang akan dijadikan khalayak sasaran, atau berangkat dengan kesesuaian idealisme budaya dari produser. Sisi manapun yang menjadi dasar bertolak, pilihan cerita tetap menggunakan kriteria enak ditonton. Sering orang menganggap sinopsis merupakan ringkasan cerita. Ini memang tidak salah, tetapi belum memberikan gambaran yang relevan tentang fungsi suatu sinopsis cerita. 
Sinopsis suatu cerita bukan sekedar ringkasan cerita. Lantas apa? Sinopsis adalah usulan untuk pengembangan tema. Jadi ada tema tertentu yang dianggap menarik, dan si penulis merasa perlu mengembangkan sebagai cerita. Untuk itu dia harus memberi gambaran mengapa tema itu dianggap menarik untuk dikembangkan sebagai cerita. Sebagaimana diketahui, tema adalah pokok pikiran yang akan menjadi sari cerita, dan mengandung pesan moral (sesuai dengan misi penulis). Dalam menulis sinopsis, penulis perlu memberikan gambaran unsur-unsur dalam ceritanya kelak yang dianggap mengandung nilai dramatis. Karenanya, dalam menulis sinopsis, perlu dirumuskan lebih dulu tema yang mendasari cerita. Selanjutnya tuliskan unsur-unsur yang dianggap dapat melahirkan kejadian-kejadian yang bakal membangun suasana dramatis.

·      Unsur-unsur yang perlu digambarkan itu adalah:
Karakter tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita. Tokoh-tokoh seperti apakah yang akan bertemu dalam cerita yang ditulis? Jika sosok tokoh ini sudah jelas, dapat dituliskan pula:
-            Bagaimanakah motivasi tokoh-tokoh itu?
-            Hambatan-hambatan apakah yang dialami oleh tokoh-tokoh itu dalam memenuhi motivasinya? Apakah sebabnya motivasi itu terhambat?
Kejadian-kejadian yang dianggap dramatis dalam interaksi para tokoh dalam cerita. Tentu saja tidak perlu menuliskan kejadian-kejadian secara detail, sebab itu disediakan untuk treatment.Sedang di dalam sinopsis cukup menuliskan kejadian-kejadian pokok saja, untuk meyakinkan bahwa tema itu memang menarik andaikata sudah menjadi cerita kelak. Tempat dan waktu (masa / zaman) cerita berlangsung juga harus dituliskan dalam sinopsis, agar diperoleh gambaran bagaimana hubungan manusia-manusia yang diceritakan itu dengan tempat dan waktu kejadian berlangsung. Untuk enak ditonton, setiap cerita dituntut memiliki kekuatan dramatis. Suasana dramatis tidak mungkin tertangkap melalui sinopsis atau cerpen. 
Sinopsis hanya merupakan deskripsi tema yang ingin dijadikan cerita. Begitu pula tangga dramatis suatu cerpen misalnya, biasanya hanya satu kali, menjelang akhir. Tangga dramatis yang bertingkat hanya dapat ditangkap melalui novel.Namun ada perbedaan novel dengan media audio-visual. Perbedaannya pada medium yang digunakan, film menggunakan medium gambar dan suara. Sedangkan cerpen dan novel menggunakan medium teks.
Karenanya setiap produser hanya dapat membahas prediksi bagi bakal produksinya jika sudah ada kejelasan cerita melalui treatment dan skenario. Melalui treatment dapat diketahui suasana dan tangga dramatis cerita, sementara dari skenario dapat diprediksi biaya dan waktu yang diperlukan untuk berproduksi. Kalau film yang akan digarap berdasarkan dari gagasan yang dimulai dengan penentuan tema, maka Sinopsis merupakan pengembangan dari Dasar Cerita. Sinopsis kurang lebih adalah ringkasan cerita yang berisi:

1.        Garis besar jalan cerita.
Meski cerita diuraikan secara singkat, namun harus memperlihatkan alur cerita yang jelas.
2.        Tokoh protagonis
Tokoh protagonis harus dijelaskan siapakah dia? Apa keinginannya? Apa kejelekannya?Kelebihannya? Bagaimana membuat simpati padanya?
3.        Tokoh antagonis.
Tokoh Antagonis harus dijelaskan siapa dia? Kenapa dia harus menghambat tokoh protagonis?Apa alasannya? Apa kemampuannya untuk membuat penonton antipati?
4.        Tokoh penting yang menunjang plot utama / jalan cerita utama.
Tokoh-tokoh yang penting untuk menunjang plot utama atau alur utama. Teman Protagonis atau Antagonis. Penggambaran tokoh ini sudah harus jelas ketika tokoh ini membuat bagian penting dalam bergulirnya sebuah cerita.
5.        Problem Utama
Harus terlihat problem utama yang melahirkan alur utama cerita. Problem utama itulah yang membuat target perjuangan protagonis sampai akhir.
6.        Motif utama.
Penilaian atas motif utama sejalan dengan problem utama, yakni apakah motif utama mendorong protagonis melahirkan cerita memang sesuai dengan problem utama yang melahirkannya.
7.        Klimaks dan Solusi
Pencapaian klimaks merupakan hal yang amat penting untuk dievaluasi karena klimaks adalah puncak dari tangga dramatis. Jika diasumsikan klimaks harus berada tepi tebing yang curam dan sangat berbahaya. Alur cerita harus membawa protagonis ke arah tebing yang berbahaya!
8.        Kesimpulan
Apa yang ingin disampaikan dalam cerita harus bisa disimpulkan dalam sinopsis. Jika dalam sinopsis belum bisa disimpulkan maka perlu ada tambahan informasi yang jelas.

·      Persyaratan Penyusunan Sinopsis
Dalam mempersiapkan sinopsis, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. 
Pertama , penulis sinopsis harus sudah selesai membaca atau menyimak karya yang akan dibuat sinopsisnya. Pastikan sudah memahami betul inti cerita dan alurmya. 
Kedua , dalam menulis sinopsis jangan lupakan unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalam karya.
Masih ingat dengan kelima unsur instrinsik cerita?
1.        Tema.
Inti yang menjadi dasar cerita. Dalam sinopsis, unsur ini bisa dihadirkan di awal atau di akhir dengan mengutip tulisan dalam karya tersebut.
2.        Alur.
Nama lainnya adalah plot,  merupakan urutan jalannya cerita yang terlihat menyatu dan ada hubungan sebab-akibat di dalamnya. Alur memiliki tingkatan, yaitu tingkat perkenalan masalah, penanjakkan laku, klimaks, anti klimaks, dan penyelesaian masalah. Dalam sebuah sinopsis, alur menjadi bagian paling penting yang tidak dapat dihilangkan karena mampu memperjelas jalannya cerita secara keseluruhan. 
3.        Penokohan.
Pencitraan tokoh atau karakter dalam cerita. 
4.        Sinopsis memunculkan sang tokoh sentral dan beberapa karakter pendukung lebih fokus agar pembaca tertarik untuk melanjutkan menyelami karya tersebut.
5.        Latar.
Dalam bahasa film dikenal dengan setting , merupakan penanda waktu, suasana, tempat dan korelasi semuanya dengan cerita. Sinopsis sedikit banyak turut menyelipkan unsur ini.  Point of view  atau sudut pandang tokoh adalah cara penulis menyebutkan tokoh. Ada beberapa sudut pandang yang biasa dipakai, yaitu orang pertama tunggal 'aku', orang ketiga tunggal 'dia' sebagai Yang Maha Tahu dan campuran 'ku' dan 'dia'. Dalam sinopsis, yang dipakai biasanya adalah sudut pandang 'dia'.
Ketiga, sinopsis harus dibuat sejujur-jujurnya, sesuai isi ceritanya atau berdasarkan fakta karyanya. Kalau pun ingin menambahkan pendapat sendiri, usahakan tidak menggunakan bahasa yang menyinggung, mengkritik dengan pedas, dan keluar dari cerita.
Keempat, perlu diingat, sinopsis tentu sangat berbeda dengan resensi. Sinopsis dibuat sesuai karya aslinya dengan cara membuat précis yaitu kesimpulan atau ringkasan. Sedangkan resensi dibuat mirip sinopsis dengan menambahkan pendapat penulis resensi tentang kekurangan dan kelebihan isi buku atau film. Prinsip resensi adalah untuk berkomentar lebih dalam suatu karya.
Kelima, sinopsis langsung dibuat tanpa harus diawali dengan: "Menurut penulis ..." atau        "Berdasarkan pengamatan penulis ...".
Keenam, berlatihlah menulis sinopsis dengan mulai membaca buku lalu membuat ringkasannya. Pelajari pula contoh-contoh sinopsis yang sering ada di cover belakang buku. Atau menonton film kemudian menceritakannya kembali dan menuangkannya ke dalam sebuah tulisan singkat.  

·      Metode Membaca
Dalam proses pembuatan sinopsis diperlukan tingkat membaca dengan saksama agar tulisan yang kita buat sesuai dengan fakta cerita pendek atau novel. Membaca memiliki tujuan.Tujuan utama di sini adalah untuk mendapatkan intisari cerita berbentuk sinopsis.  
Tujuan membaca secara garis besar adalah untuk memperoleh informasi dari suatu bacaan, memperoleh kesenangan atau hiburan, mengetahui apa yang sedang terjadi atau sedang tren melalui membaca koran dan buku fiksi atau non fiksi, membandingkan satu karya dengan karya lain, memperoleh kenikmatan emosi, mendapatkan pemahaman, dan mengisi waktu luang.

·      Teknik membaca cepat memiliki beberapa pendekatan, yaitu sebagai berikut.
a.         Survey , melihat sekilas isi buku seperti cover buku, judul buku, lalu membuka cepat halaman demi halaman untuk melihat sub bab dan bagian-bagian penting isi buku.   
b.        Question , sambil melakukan survey , Anda bisa sekaligus melakukan analisa terhadap isi buku seperti melontarkan pertanyaan, "mengapa begini" dan "apa saja yang mendasari hal tersebut". 
c.         Read , mulailah membaca secara keseluruhan dengan jeda di setiap bab yang selesai dibaca.Jeda ini dilakukan untuk memperoleh intisari bacaan.
d.        Refleksi , tahap ini dilakukan dengan menceritakan kembali ide-ide utama dalam satu bab tersebut, tentu saja dengan gaya bahaya sendiri. Tingkat refleksi bertujuan untuk memahami isi bacaan bukan sekedar tahu dan ingat sesaat.
e.         Review , ini adalah tahap dimana Anda me- recall  apa yang sudah Anda baca dengan melakukan survei kembali, yaitu melihat sekilas bagian-bagian terpenting dalam satu bab dan bab-bab berikutnya. Review dilakukan untuk memahami isi buku secara keseluruhan, bukan hanya per bab.  

·      Langkah-langkah Penyusunan Sinopsis
Sinopsis yang hanya terdiri dari seperlima bagian dari keseluruhan isi buku atau film dapat disusun berdasarkan tahapan berikut.
v  Bacalah buku sambil menggarisbawahi ide pokok. Setelah didapat ide pokoknya, lalu pindahkan ke dalam catatan dan mulailah kembangkan sendiri ide pokok dengan gaya bahasa sendiri.
v  Bacalah buku per bab secara berulang-ulang.
v  Buatlah sinopsis sederhana dengan menggunakan kalimat tunggal atau sederhana. Bila memungkinkan, gunakan kalimat majemuk yang lebih kompleks agar bisa didapat intisari dalam satu pemahaman.
v  Bila ada kalimat yang terlalu kompleks, sederhanakanlah agar sinopsis bisa membuatnya lebih mudah untuk dipahami. Bila kalimat tersebut dirasa tidak bisa disederhanakan lagi, maka ambillah agar sesuai dengan keaslian isi buku.
v  Tokoh sentral dalam karya tersebut disebut sebanyak beberapa kali dengan mempertimbangkan fungsinya bersama dengan tokoh pendukung hingga menjadi satu kesatuan ide cerita yang menarik. Ingat sinopsis adalah karya tersebut dalam bentuk ringkasan.
v  Sinopsis film dapat dibuat dengan mengandalkan audio visual kita. Perhatikan alur cerita, tokoh-tokohnya dan detil-detil film. Bisa jadi hal-hal simpel dalam adegan suatu film menjadi hal terpenting atau kunci cerita. Foreshadowing adalah istilah yang digunakan untuk menyebut detail dalam film dari hal kecil tersebut. 

2.    Tujuan Sinopsis
Sinopsis memiliki arti penting dalam pembuatan skenario, yaitu sebagai pijakan. Kita akan kesulitan membuat skenario ketika kita tidak tahu sinopsis ceritanya. Akan sama sulitnya kita akan membuat sinopsis ketika tidak memiliki ide cerita. Ketika kita membuat film bukan film lepas (FTV / layar lebar), melainkan sinetron, maka selain menyiapkan sinopsis global, kita juga harus menyiapkan sinopsis per episode yang tentu saja lebih detail dibanding dengan sinopsis global. 
Tujuan utama sinopsis adalah memudahkan pemesan (produsen) menangkap konsep, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai dan menentukan persetujuannya. Setelah sinopsis ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita, karakter pemain, tempat, waktu, serta keterangan lain yang memperjelas sinopsis. Tujuan lain dibuatnya sinopsis adalah untuk memberikan informasi terpenting dari sebuah karya kepada pembaca atau penikmatnya dalam format yang lebih singkat sehingga mereka dapat dengan mudah mengetahui intisari cerita. Sinopsis hanya dibuat sebanyak satu sampai tiga halaman.  

3.    Pengertian treatmen
Treatment adalah pengembangan jalan cerita dari sebuah sinopsis yang di dalamnya berisi plot secara detail namun cukup padat. Treatment bisa diartikan sebagai kerangka skenario yang tugasnya adalah membuat sketsa dari penataan konstruksi dramatis. Dalam bentuk sketsa ini kita akan mudah memindah-mindahkan letak urutan peristiwa agar benar-benar tepat. Treatment merupakan deskripsi setiap adegan untuk menampilkan alur cerita atau uraian ringkas secara deskriptif, bukan tematis yang dikembangkan dari sinopsis, melainkan dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian suatu peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang digunakan adalah bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran tentang apa yang akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk program yang akan dibuat sudah dapat dibayangkan.
Treatmen harus dibuat, meskipun cerita berasal dari novel yang sudah terbentuk plot dan alur ceritanya.  Dengan adanya treatment, analisis dapat dilakukan lebih tajam dan efisien.Pertimbangannya dilakukan melalui urutan adegan yang ada dalam naskah treatment, dapat berfungsi untuk:
a.         Mengevaluasi hubungan logis jaringan adegan dalam alur cerita
b.        Menilai potensi tangga dramatis dari urutan adegan dalam alur cerita.
c.         Bahan utama menyusun skenario (Adegan adalah satuan peristiwa yang mengambil motif dan tindakan manusia baik sendiri maupun dalam berinteraksi dengan manusia lain).
Dengan kata lain, treatment akan mendeskripsikan kejadian dalam urutan logis sesuai dengan urutan cerita. Melalui treatment dapat diikuti kejadian kejadian yang berlangsung, sehingga dapat diketahui plot cerita. Dari sinopsis yang sudah memberikan gambaran tentang unsur-unsur yang terkandung dalam cerita kelak, penulis mengembangkan kejadian-kejadian untuk menciptakan cerita yang sudah memiliki struktur.

Dalam suatu treatment tidak perlu dituliskan percakapan tokoh. Kecuali jika penulis menganggap ada pembicaraan kunci yang sedemikian pentingnya, kalau tidak dicantumkan orang tidak bisa menangkap plot cerita misalnya, barulah perlu menuliskan dialog atau monolog tokoh-tokoh. Tapi kalau masih bisa dihindari, lebih baik tidak menuliskan dialog, agar bisa berkonsentrasi memikirkan kejadian-kejadian melalui tindakan tokoh-tokoh cerita.
Dengan menguraikan secara berurutan tindakan-tindakan penting, untuk memperoleh gambaran tentang kejadian yang dramatis. Jika penulis dapat mengimajinasikan tindakan-tindakan yang dapat ditangkap secara visual, maka realisasi dalam media televisi dan film kelak akan lebih gampang.
Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a.         Urutan dalam video sudah makin jelas
b.        Sudah terlihat formatnya apakah dialog (bagaimana pokok dialognya) atau narasi (bagaimana pokok narasinya),
c.         Sudah dimulai adanya petunjuk-petunjuk teknis yang diperlukan.
Treatmen juga merupakan pembabakan. Sebuah film umumnya ada tiga babak. Sinopsis itu harus dipecah ke dalam tiga babak ini.
-            Babak pertama sebagai pengenalan setting, tokoh, dan awal masalahnya.
-            Babak kedua sebagai bagian berkecamuknya masalah.
-            Babak ketiga sebagai solusinya.
Yang tiga babak ini disebut dengan struktur tiga babak (tree acts structure). Ada juga yang disebut struktur sembilan babak (nine acts structure), sebagai pengembangan dari yang tiga babak.Yang sembilan babak ini terdiri dari:
-            Babak 1: kejadian buruk menimpa orang lain.
-            Babak 2: pengenalan tokoh utama (protagonis).
-            Babak 3: kejadian buruk menimpa protagonis, atau terlibat / dilibatkan untuk masalah orang lain pada babak 1.
-            Babak 4: protagonis dan antagonis
-            Babab 5: protagonis berusaha keluar dari masalah
-            Babak 6: protagonis salah mengambil jalan
-            Babak 7: protagonis mendapat pertolongan
-            Babak 8: protagonis berusaha keluar dari masalah lagi
-            Babak 9: protagonis dan antagonis berperang, menyelesaikan masalahnya.
Naskah yang disebut treatment ini lebih berkembang dari step-outline. Sudah lengkap dengan action pohon pelaku. Dapat dikatakan treatmen adalah kerangka lengkap skenario. Hanya tinggal menambahkan pemanis disana-sini dan dialog, maka sudah menjadi skenario.
Pada penulisan treatment harus pakai nomor. Yakni nomor kelompok adegan atau adegan-adegan disuatu tempat. Maka itu tiap nomor disertakan keterangan tempat maupun waktu. Uraian treatment berisi:
1.        Menggambarkan "kerangka skenario" lengkap tapi padat.
2.        Penuturan sudah mengacu pada urutan tiga babak dan penataan dramatis.
3.        Uraiannya harus singkat, komunikatif dan efektif, agar tidak terlalu tebal.
4.        Nama orang dan tempat sudah fix, sebagaimana yang akan tampil dalam skenario.
Dengan pembuatan treatment, kita sudah bisa melakukan pemendekan atau pengembangan uraian sesuai dengan tuntutan cerita dan tuntutan penataan dramatis. Karena dengan dialog yang panjang lebar dan sudah susah payah kita ciptakan, sulit melakukan perubahan dan juga kita merasa enggan.
Pada saat menulis treatment kita dengan leluasa merencanakan aksi pelaku yang membuat adegan menjadi benar-benar hidup, realistis dan menunjang kebutuhan cerita / dramatis.
Treatment pada dasarnya merupakan urutan isi / materi program yang akan disajikan episode demi episode singkat. Bahasa yang dipakai dalam treatment sudah merupakan bahasa visual sehingga orang yang membacanya akan dapat merasakan alur sajian seperti kita lihat pada monitor / layar.

4.    Tujuan treatmen
Dari sebuah treatmen orang bisa membayangkan apa saja yang akan terlihat di layar.Dengan kata lain treatmen adalah sebuah uraian tentang segala urutan kejadian yang akan tampak di layar televisi / video. Uraian tersebut bersifat naratif tanpa menggunakan istilah teknis, seperti ketika seseorang menceritakan kembali pertunjukan yang baru saja dinikmati. Bila sudah berhasil menyusun treatmen maka dapat dikatakan bahwa pekerjaaan dalam menyususun skenario sudah setengah jalan.

REFERENSI


Aninim. 1982 Alat Peraga Dalam Penyuluhan Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta
  ---------, 2001. Buku 1 Media Visual Dalam Pelatihan Dan Penyuluhan Pusat Manajemen Pengembangan SDM Pertanian Ciawi
---------, 2001. Buku 2 Media Visual Dalam Pelatihan Penyuluhan Pusat Manajemen Pengembangan SDM Pertanian Ciawi
Daryanto, 1993 Media Visual Untuk Pengajaran Teknik Trasito Bandung
Garnadi, A 1997. Pengguanaan Visual Aid Dalam Penyuluhan Pertanian Direktorat Penyuluhan Pertanian Jakarta
Mardikanto, T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. LPP UUS Dan UPT UNS Press, Surakarta
Mulyana, D, 2001 Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Remaja Rosdakarya Jakarta
Padmowihardjo, S, 1997 Media Penyuluhan Pertanian Universitas
Terbuka Jakarta
Sudjana, N, Dan A, Rivai 1990 Media Pengajaran Sinar Baru Bandung
Widodo, S Dan Nuraeini. I 2006 Media Penyuluhan Pertanian Universitas
Terbuka Jakarta



MAKALAH MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN II TENTANG DOKUMENTER



MAKALAH
MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN II
TENTANG
DOKUMENTER




  
                                                                  Disusun oleh :
Kelompok : 6

1.    Anthonius A. Abineno
2.    Nirhajati Lay Wadu
3.    Junianto
4.    Ictira julvikar jurochman
5.    Kuswoyo




KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN  SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2013





A.  Latar Belakang
Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman ‘aktualitas’—potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan dan tanpa media perantara. Walaupun kadang menjadi materi dalam pembuatan dokumenter, faktor ini jarang menjadi bagian dari keseluruhan film dokumenter itu sendiri, karena materi-materi tersebut harus diatur, diolah kembali, dan diatur strukturnya. Terkadang bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan harus diambil oleh para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang, ukuran shot (type of shot), pencahayaan dan lain-lain agar dapat mencapai hasil akhir yang diinginkan.John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam sebuah pembahasan film karya Robert Flaherty, Moana(1925), yang mengacu pada kemampuan sebuah media untuk menghasilkan dokumen visual suatu kejadian tertentu.
Grierson sangat percaya bahwa “Sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu dokumenter pun termasuk didalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik, yang dalam istilahnya disebut “creative treatment of actuality”(perlakuan kreatif atas keaktualitasan).
Karena ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis representasi lain dari realitas itu sendiri. Kebanyakan penonton dokumenter di layar kaca sudah begitu terbiasa dengan kode dan bentuk yang dominan sehingga mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter tersebut. Misalnya penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh voiceover, wawancara dari para ahli, saksi dan pendapat anggota masyarakat, set lokasi yang terlihat nyata, potongan-potongan kejadian langsung dan materi yang berasal dari arsip yang ditemukan. Semua elemen khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai sebuah bentuk sinematik.Ini penting ditekankan, karena dalam berbagai hal, bentuk dokumenter sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni karena seakan-akan dokumenter cenderung menjadi bersifat jurnalistik dalam dunia pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya perkembangan dokumenter dalam bentuk pemberitaan, terdapat perubahan. kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik oleh para pembuat film dokumenter akhir-akhir ini.
Dan kini perdebatannya berpindah pada segi estetik dokumenter karena ide kebenaran dan keaslian suatu dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan dan diubah sehubungan dengan pendekatan segi estetik dokumenter dan film-film non-fiksi lainnya. Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard Barsam yang ia sebut sebagai “film non-fiksi” Daftar ini secara efektif menunjukkan jenis-jenis film yang dipandang sebagai dokumenter dan dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama.

B.  Tujuan Pembuatan  Dokumenter
Tujuan awalnya adalah sebagai propaganda, tetapi dalam perkembangannya tujuan film dokumenter adalah untuk memberikan gambaran mengenai realita kehidupan, dan untuk menegelabui atau memanipulasi suatu realita.
C, Manfaat Dokumenter
1.      Secara teoritis,  dokumenter sebagai media akan menstimulus
2.      (merangsang) audiens sebagai proses regenerasi kebudayaan
3.      Secara praksis,  dokumenter ini akan didistribusikan ke beberapa instansi
4.      (stakeholder) kesenian dan kebudayaan terkait, antara lain: Pemerintahan,
5.      sekolah, pemerhati kesenian, masyarakat luas, maupun jaringan distributor
6.      film dokumenter independen.


BAB II DASAR TEORI


Dokumenter adalah sebutan untuk film pertama kali karya lumiere bersaudara yang mengisahkan tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890an. Tiga puluh tahun kemudian kata “Dokumenter” kembali digunakan oleh pembuat film krikikus film asal Inggris yaitu Jhon Gierson untuk film Moana (1926)  karya Robert  Flaherty. Gierson berpendapat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas ( Susan Hayward:Key Concentsin cinema Studiesn yang, 1996:72). Film dokumenter menyajikan realita berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan penyebaran informasi dan  pendidikan  (Heru Effendy, 2002:12). Bentuk dokumenter sendiri terpecah menjadi dua kategori, yang pertama dokumenter festival, dan yang kedua adalah dokumenter televisi. Film dokumenter berdurasi panjang umumnya diputar di bioskop atau festival dan lebih bebas menggunakan semua type shot. Sedangkan untuk jenis dokumenter televisi berdurasi pendek, dan terbatas dalaam menggunakan tipe shot. Film dokumenter  di Indonesia saat ini masih dianggap anak tiri, hal ini disebabkan oleh para pembuat film lebih tertarik membuat film yang  lebih komersil, belum lagi perhatian masyarakat lebih tertuju pada film cerita (Peransi,2004:45) seperti kita ketahui, dalam dokumenter televisi maupun film, gaya penuturan yang terdapat dalam dokumenter ada beberapa macam antara lain, potret (biography), sejarah, perbandingan, kontradiksi,laporan perjaalanan ( travel doc), ilmu pengetahuan (edukasi dan instruksional), nostalgia, rekonstraksi, investigasi, association picture story, doku drama, buku harian (diary) dan reportase (Gerzon R.Ayawaila,2007:7-12).
        Sebelumnya dalam televisi dokumenter dikenal sebagai program non fiksi, dan dalam format siaran televisi merupakan gaya bertutur jurnaalistik. Dan program non fiksi ini dibagi dalam 5 kategori antara lain, reportase atau esei verita actual, feature, magazine, dokumenter televisi dan dokumenter seri (Gerzon.R.Ayawaila, 2000:13).  
Ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film non fiksi menurut Fajar Nugroho: 
1.      Setiap adegan dalam dokumenter merupakan kejadian yang sebenarnya, tanpa interprentasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila  pada film fiksi latar belakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan  kondisi asli ( apa adanya).
2.      Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film fiksi  isi cerita berdasarkan karangan  (imajinatif), maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interprentasi imajinatif.
3.      Sebagai sebuah film non fiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa  adanya, ini merupakan bagian dari riset.
4.      Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan. 

Ø  Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam dokumenter :
o   Pertama, 
kita harus memiliki gambar (footage) yang baik. Yakni, sebuah bukti visual yang mengajukan pernyataan tentang film dokumenter tersebut dalam bahasa visual. Gambar tentang Tsunami yang melanda kota Banda Aceh itu memang bagus, namun belum cukup. Sebuah dokumenter mungkin saja memprofilkan warga Aceh, yang memilih bertahan hidup di pinggir pantai, meski tahu bahwa sewaktu-waktu Tsunami bisa saja melanda daerahnya lagi.
o   Kedua, 
kita harus memiliki ide atau konsep, yang mengekspresikan sudut pandang karya dokumenter tersebut.Wawancara mungkin bisa membantu merumuskan suatu sudut pandang. Namun, wawancara itu biasanya merupakan cara yang terlalu berat dan merepotkan dalam sebuah dokumenter, untuk menyampaikan suatu gagasan. Wawancara semata-mata tidak lantas menjadikannya sebuah dokumenter. Hal ini karena wawancara tidak menunjukkan topik, tetapi wawancara hanya menunjukkan orang yang sedang bicaratentang suatu topik.
o   Ketiga, 
kita harus memiliki sebuah struktur. Yaitu, progresi gambar dan suara secara teratur, yang akan menarik minat audiens, dan menghadirkan sudut pandang dari karya dokumenter tersebut, sebagai sebuah argumen visual. Misalnya, film dokumenter The War Room, karya Chris Hegedus dan D.A. Pennebaker, tentang kampanye Bill Clinton tahun 1992, sebelum menjadi Presiden AS. Film ini dibuka dengan serangkaian gambar di daerah pemilihan New Hampshire, yang menunjukkan problem-problem yang dihadapi Clinton selaku kandidat presiden. Tidak ada wawancara dalam film itu. Yang terlihat adalah interaksi-interaksi, yang menunjukkan apa yang terjadi pada kampanye Clinton saat itu. Ketika menonton film itu, secara bertahap audiens melihat kampanye Clinton akhirnya berhasil mengatasi berbagai hambatan, dalam proses menuju kemenangan. Membuat film dokumenter, atau feature, diawali dengan ide atau gagasan, dan berakhir dengan paket yang siap ditayangkan untuk audiens. Kita sepatutnya memandang, pembuatan sebuah dokumenter pada dasarnya lebih merupakan problem komunikasi, yakni bagaimana menyampaikan suatu pesan kepada audiens. Bukan sebuah problem teknis (peralatan).



Ø  Definisi Film Dokumenter
 Istilah "dokumenter" atau documentary (bahasa Inggris), adalah turunan dari kata Perancis, documentaire. Yang artinya, sebuah film atau pembicaraan yang menggambarkan perjalanan di suatu negeri tertentu. Artinya film dokumenter merupakan film yang menampilkan fakta yang ada dalam kehidupan atau film yang menampilkan tentang kenyataan. 
 Seperti halnya pembuatan film fiksi, pada pembuatan film dokumenter akan melewati tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pembuatnya. Tahapan tersebut terdiri atas : pre production, production, post production. Dalam pre production pembuatan dokumenter termasuk di dalamnya, pemilihan subyek atau tema, melakukan riset, menentukan kru, memilih peralatan yang akan digunakan, menentukan metode yang akan dipakai, serta membuat skedul shooting. Dalam tahap production, ini gak kalah seru juga dalam tahap akhir aliaspre-production. 
Ø  Ciri -ciri
1.Ada Data-data berupa tanggal

2.Berbentuk Peristiwa
3.Adanya Tokoh-tokoh dan semua unsur yang terkandung di dalamnya
4.Bersifat faktual dan benar-benar ada
5.Dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
6.Berbentuk Non Fiksi


III PEMBAHASAN


Ø  Perbedaan Dokumenter dan Fiksi
Dokumenter
  • Berdasarkan kejadian yang sebenarnya, nyata, realitas
  • Tidak imajinatif, latar belakang otentik
  • Melakukan observasi berdasarkan fakta
  • Melakukan perekaman apa adanya
  • Konsentrasi pada isi dan pemaparan
Ø  Fiksi
·         Berdasarkan karangan. Imajinatif; direkayasa, dengan latar belakang dirancang
·         Interpretasi imajinatif
·         Melakukan observasi untuk menyesuaikan karangan imajinatif
·         Mengacu pada alur cerita

Ø  Perbedaan Dokumenter Televisi dan Reportase
Dokumenter Televisi
  • Menampilkan suatu peristiwa yang mendalam dan luas
  • Nuansa dan orientasi yang luas
  • Menceritakan dari sebab hungga akibat sebuah proses kejadian atau pristiwa yang diketengahkan sebagai isi materi
  • Dikemas secara artistic
Ø  Reportase
  • Menampilkan suatu pristiwa hanya secara garis besar
  • Penyampaian isi materi singkat, dan seperlunya
  • Tidak memerlukan kemasan artistik
Ø  Documenter Sebagai Bentuk
Terdiri dari 5 kategori:
  • Esai Berita Aktual
  • Features
  • Magazine
  • Dokumenter Televisi
  • Dokumenter seri Televisi
Ø  Esai Berita Aktual
Laporan Berita dengan durasi yang mengetengahkan berbagai peristiwa aktual atau melakukan reportase dari sebuah event atau peristiwa besar.
Ø  Magazine
  • Penayangan berita yang terdiri dari berbagai topic yang berbeda
  • Merupakan gabungan dari uraian fakta dan opini yang dirangkai dalam suatu mata acara
  • Materi lebih mendalam yang berkaitan human intersest
  1. Magazine khusus = magazine homogeny
  2. Magazine umum =magazine heterogen
Ø  Semi Dokumenter
Gabungan fakta dan fiksi. Beberapa adegan direkayasa, disesuaikan dengan tema, umumnnya interpretasi imajinatif, bertujuan menambahkan cerita menarik.
Ø  Dokudrama
Peristiwa yang pernah terjadi di rekontruksi kembali dalam bentuk drama baru. Menggunakan artis, bertujuan komersial.
Ø  Dokumenter Televisi
Penayangan topic atau tema tertentu, disampaikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (voice over), menggunakan wawancara dan illustrasi musik sebagai penunjang visual.
Ø  Tujuan Penayangan Dokumenter Seri Televisi
·       Memperjelas suatu program
·       Penyampaian program yang sama dengan sub tema yang berbeda
·       Menjurus pada ilmu pengetahuan
Ø  Cirri-ciri Dokumenter
  • Sudut pandang jelas dan objektif
  • Fakta factual
  • Visual tidak harus menarik
  • Tidak direkayasa
Ø  Tipe-tipe Dokumenter
  • Dokumenter Dokumen
  • Dokumenter Sosial
  • Dokumenter Usaha Kreatif
  • Dokumenter Berseri
  • Dokumenter Alam
  • Dokumenter Bagian kehidupan Keseharian
Ø  Dokumenter Dokumen
  • Documenter tanpa persiapan naskah
  • Hail shooting di lokasi di preview, visaual-visual diseleksi dan ditentukan. Narasi diisi berdasarkan visual pilihan
  • Melengkapi program dapat dimunculkan presenter dan diidi dengan visual lainyang relevan dengan program
Ø  Dokumenter Usaha Kreatif
Menggambarkan tahapan-tahapan kreasi seseorang yang mengerjakan karya kreatif
Contoh: seni ukir, seni pahat
Ø  Dokumenter masalah sosial
Topic program ini mengutamakan perhatian pada masalah-masalah sosial.
Contoh: kemiskinan, perang, bencana wabah penyakit, gaya hidup, dan sejenisnya.
Ø  Dokumenter Berseri
Bentuk documenter dalam menceritakan suatu obyek secara bersambung. Atau program bertema sama, tetapi setiap seri penyampaian berlainan obyek.
Contoh: Travel and Living, Animal Wilds.
Ø  Dokumenter Alam
Bentuk documenter bernuansa fenomena alam. Penelitian alam yang bersangkutan dengan obyek menjadi penting sebagai informasi penonton. Narasi dibacakan sebagai pendukung program dokumenter ini
Contoh: Caribean Wild, Planet Animal, Hokaido.
Ø  Dokumenter Bagian Kehidupan
Documenter yang menyampaikan potongan-potongan visual dari sebagian kegiatan kehidupan manusia sehari-hari.
Contoh: kegiatan suatu hari; ibu memasak didapur,bapak bekerja dikantor


IV KESIMPULAN

Melalui penyampaian pandangan yang sederhana ini, penulis hanya dapat berbagi untuk mengembangkan suatu kegiatan pembelajaran  melalui sebuah rancangan materi otentik dan kontemporer dengan sentuhan media pembelajaran berbasis audio visual, berupa film dokumenter.


V DAFTAR PUSTAKA



Bundhowi, M..1999.“Buletin Pengajaran BIPA. Vol 1/1“ Bali: IALF
Bundhowi, M..2000.“Buletin Pengajaran BIPA. Vol 1/2“ Bali: IALF
http://www.ialf.edu/bipa/buletinpengajaranbipa.html
http://www.in-docs.com/
Imaji MM. Workshop Film Dokumenter. 2006. “Teknologi Dasar Film, Ide dan Teknologi, Gaya dalam Film Dokumenter, dan Elemen Artistik dalam Film Dokumenter”. Serang.
Liliweri, Alo. 2003. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Levine, Deena R. and Mara B. Adelman. 1982. Beyond Language. Intercultural Communication for English as a Second Language. American Language Institute. San Diego State University. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Prakosa, Gatot. 1997. Film Pinggiran, Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan Film Dokumenter.Jakarta:FFTV-IKJ dan YLP. Rabiger,Michael. 1997. Directing Documentary. Second Edition. Boston: Focal Pres