KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah, SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Budidaya tanaman sistem pethuk untuk peningkatan IP tanaman, ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Sistem Pertanian, dengan .Bapak, Agus Wartapa, SP, MP. Bapak, Nugrohotomo, M.Sc. Bapak, Ir, Heriyanto, MS. beserta Asisten Dosen selaku pengampuh mata kuliah ini.. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Budidaya tanaman sistem pethuk untuk peningkatan IP tanaman serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan. Budidaya tanaman sistem pethuk untuk peningkatan IP tanaman
Penulis ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyelesaian makalah ini. Penulis harap, dengan
membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat
menambah wawasan kita mengenai Budidaya tanaman sistem pethuk untuk peningkatan
IP tanaman. khususnya bagi Penulis. Pada akhirnya Penulis menyadari bahwasanya
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, dan membantu Penulis membuat Makalah yang lebih baik lagi
dimasa yang akan,datang.
Yogyakarta, Oktober 2013
Penulis
BABA.I PENDAHULUAN
Saat
ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah
beras disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90%
digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang
cukup penting (Anonimous, 2004c). Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman
palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting sebagai sumber
protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi
seperti busung lapar Perkembangan manfaat kedelai di samping sebagai sumber
protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai juga sebagai penurun
cholesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Selain itu, kedelai
dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit kanker. Oleh
karena itu, ke depan proyeksi kebutuhan kedelai akan meningkat seiring dengan
kesadaran masyarakat tentang makanan sehat.
Produk
kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam
menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor.
Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi
dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31
juta ton (Anonimous 2005c) Hanya sekitar 35% dari total kebutuhan dapat
dipenuhi dari produksi dalam negeri sendiri. Upaya untuk menekan lajuimpor
tersebut dapat ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas, perluasan
areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani,
peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar,
perbaikan sistem permodalan, pengembangan infra struktur, serta pengaturan
tataniaga dan insentif usaha (Anonimous, 2004c; 2005c). Mengingat Indonesia
dengan jumlah penduduk yang cukup besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai
berkembang pesat maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk
dikembangkan di dalam negeri untuk menekan laju impor (Anoniomus, 2005b).
Tujuan penulisan makalah ini adalah
:
memberikan
gambaran tentang arah pengembangan produksi kedelai ke depan dan kebijakan
penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan arah kebijakan
pengembangan komoditas kedelai.
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
a. Teknik Budidaya
1. Pembibitan
1) Penyiapan Benih
Pada
tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur
dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan
di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya (Rhizobium
japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau
kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini
akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari
udara. Cara pemberian legin: a) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air
sekitar 10 cc;
b)
legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh kulit
biji terbungkus dengan inokulum;
c)
setelah diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam. Dapat
juga benih diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih
dari 6 jam. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang
baik adalah: kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah
menurun daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji ≥ 13%
dan disimpan di ruangan bersuhu ≥ 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang ≥
80%.
2) Teknik Penyemaian Benih
Penanaman
dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat diatasi dengan cara
menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam. Jarak
tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe pertumbuhan tegak dapat
diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang
banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang satu dengan
lainnya tidak terganggu.
3) Pemindahan Bibit Ketika
memindah
yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikan cara-cara yang baik
dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman,
sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan bahkan mati.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1)
Persiapan Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan
tanpa pengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan
persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah
tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama
dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan,
memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara
waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.
2) Pembentukan
Bedengan
Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun denga bajak
lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara
drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.
3) Pengapuran
Tanah
dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus
dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat
diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur sedalam
lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim
tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah
bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang
diinginkan. Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar.
Sebagai sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian
kapur tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali.
Dengan pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan
pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan
Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan
ketela pohon.
4) Waktu Tanam
Pemilihan
waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena
banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan
berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir
musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup
air. Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai
pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan
musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah
menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat
ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari.
Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik,
sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik,
benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang
baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila
jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang
terbaik adalah sore hari.
2) Penyiangan
Penyiangan
ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2
dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam.
Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan).
Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan
atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan menggunakan herbisida.
Sebaiknya digunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan
dosis 4 liter/ha.
3) Pembubunan
Pembubunan
dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran
tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
4) Pemupukan
Dosis
pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondis tanah. Pada
tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan
tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil.
Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
a)
Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk
Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk
Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur:
pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;
e)
Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
5) Pengairan dan Penyiraman
Kedelai
menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini
dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen,
tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan
menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila
kekeringan telah melalui batas toleransinya. kekeringan pada masa pembungaan
dan pengisian polong dapat menyebabkan
kegagalan panen. Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan. Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat musim hujan.
kegagalan panen. Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan. Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat musim hujan.
6) Waktu Penyemprotan
Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung jenis
hama dan pola penyerangannya.
a.
Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih,dilakukan
sebelum benih ditanam. b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan
insektisida Azodrin 15 WSC, Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC
sebanyak 2 kali seminggu setelah ditemukan telur. a. Wereng kedelai atau
kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide
c)
25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atau
Tamaron pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari.
a.
Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban
d)
20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.
a. Ulat penggerek polong, disemprot dengan
insektisida Agrothion 50 EC, Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada
waktu pembentukan polong.
7) Pemeliharaan Lain
Kedelai
termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari maka membutuhkan
tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindung akan selalu muda sehingga
proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit, bahkan tidak
berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa cabang -cabang
kering tanaman pelindung yang jatuh.
7. Hama Dan Penyakit
7.1. Hama
a)
Aphis SPP (Aphis Glycine) Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada
yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean
Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan
polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian:
(1)
menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi
syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan
atau kacangkacangan;
(2)
membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya;
(3)
menggunakan musuh alami (predator maupun parasit);
(4)
penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.
b)
Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)
Lalat
bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang memakan isi batang,
kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam
di ladang. Pengendalian:
(1)
waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada bulan-bulan
kering);
(2)
penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC
c)
Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa) Bertubuh kecil, hitam bergaris
kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun,
bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian:
penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50
EC.
d)
Cantalan (Epilachana Soyae) Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu
duri, pemakan daun dan merusak bunga. Pengendalian: sama dengan terhadap
kumbang daun tembukur.
e)
Ulat polong (Etiela Zinchenella)
Ulat
yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah menetas,
ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda. Gejala: pada buah
terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah
warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.
Pengendalian:
(1) kedelai ditanam tepat pada waktunya
(setelah panen padi), sebelum ulat berkembang biak;
(2)
penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
f) Kepala polong (Riptortis Lincearis) Gejala:
polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa. Pengendalian: penyemprotan
Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli) Menyerang
tanaman muda yang baru tumbuh.
Pengendalian: Saat benih ditanam, tanah diberi
Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu
minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida
Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha.
Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
h)
Kepik hijau (Nezara Viridula)
Panjang
16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas
menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada
di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan
bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan.
Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit
polong berbintik coklat. Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC,
Fomodol 50 EC.
i)
Ulat grayak (Prodenia Litura)
Seranggan:
mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan,
panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok
telur terdiri dari 350 butir. Gejala: kerusakan pada daun, ulat hidup
bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian: (1)
dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat
menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC,
Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC.
7.2. Penyakit
a)
Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum) Penyakit ini menyerang pangkal
batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui
tanah dan irigasi.
Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian:
(1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.
Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian:
(1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.
b)
Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii) P enyakit ini menyerang
tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam
pendek. Gejala: daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan
melalui tanah dan irigasi. Pengendalian:
(1)
varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu;
(2)
menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
c)
Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)
Penyakit
ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungan tanam
karena jarak tanam terlalu dekat. Gejala: bunga, buah dan daun mengecil.
Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC. d) Penyakit
anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori) Penyakit ini menyerang daun
dan polong yang telah tua. Penularan dengan perantaraan biji-biji yang telah
kena penyakit, lebih parah jika cuaca cukup lembab. Gejala: daun dan polong
bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda
yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian:
(1)
perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat;
(2)
penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.
e)
Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi)
Penyakit
ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yang menerbangkan dan
menyebarkan spora. Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat.
Pengendalian:
(1)
cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;
(2)
menyemprotkan Dithane M 45.
f)
Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)
Penyakit
ini menyerang daun. Gejala: permukaan daun bercak-bercak menembus ke
bawah. Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.
g)
Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp) Penyakit ini menyerang batang.
Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: batang menguning
kecokllat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian:
(1)
memperbaiki drainase lahan;
(2)
menyemprotkan Dithane M 45.
h)
Virus mosaik (virus) Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas.
Penularan vektor penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).
Gejala: perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian:
(1)
penanaman varietas yang tahan terhadap virus;
(2)
menyemprotkan Tokuthion 500 EC.
8. Panen
8.1. Ciri Dan Umur Panen
Panen
kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan
karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari
hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan
tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan
merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong
retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan
gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya. Perlu
diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari,
tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai
yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari,
sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan
biji betulbetul sempurna dan merata.
8.2. Cara Panen
Pemungutan
hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat
dijemur.
a)
Pemungutan dengan cara mencabut Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu
diperhatikan terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan
akan lebih mudah. Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko,
tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan
harus dilakukan dengan hati hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali
rontok bila tersentuh tangan.
b) Pemungutan dengan cara memotong Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintilbintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.
b) Pemungutan dengan cara memotong Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintilbintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.
8.3. Periode Panen
Mengingat
kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak
benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap,
beberapa kali.
8.4.
Prakiraan Produksi
Produksi
kedelai yang didasilkan para petani Indonesia rata-rata 600-700 kg/ha.
9. Pascapanen
9.1. Pengumpulan Dan Pengeringan
Setelah
pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai
dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen
selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah
pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada
saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga
menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji
lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah
bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering. Biji kedelai
yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji tersebut
sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen
tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15
%. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga
12.00 siang.
9.2.
Penyortiran dan Penggolongan
Terdapat
beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan
cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau
brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau
dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan
disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari
kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang
bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang
sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.
Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji
kedelai sekitar 18,2 %.
9.3. Penyimpanan dan pengemasan
Sebagai
tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya
kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini
ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah
atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan
sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.
B. Usahatani
Tanaman
kedelai yang merupakan tanaman cash crop dibudidayakan di lahan sawah dan di
lahan kering. Sekitar 60% areal pertanaman kedelai terdapat di lahan sawah dan
40% lainnya di lahan kering. Areal pertanaman kedelai tersebar di seluruh
Indonesia dengan luas masing-masing seperti disajikan pada menunjukkan bahwa
luas areal tanam mencapai puncaknya tahun 1992, yaitu 1,67 juta ha. Namun sejak
tahun 2000 areal tanam terus menurun menjadi 0,53 juta ha pada tahun 2003.
Penurunan areal tanam ada kaitannya dengan banjirnya kedelai impor sehingga
nilai kompetitif dan komparatif tanaman kedelai merosot. Secara finansial
usahatani kedelai di tingkat petani menguntungkan, di mana pendapatan bersih
yang diperoleh sekitar Rp 2.048.500/ha dengan R/C 2,14 (Anonimous, 2005a).
b.
Sistem pendukung Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor yang
menentukan produktivitas pertanaman kedelai. Dalam mendukung penyediaan benih
bermutu industri benih di komoditas kedelai belum berkembang dengan baik.
Produsen benih nasional maupun penangkar lokal masih kurang berperan (Nugraha,
1996, Siregar, 1999) Berbeda dengan komoditas padi dan jagung, Usaha perbenihan
untuk tanaman kedelai masih tertinggal, petani lebih banyak memakai benih
asalan atau turunan dari pertanaman sebelumnya. Pemakaian benih unggul
bersertifikat pada tanaman kedelai kurang dari 10% (Anonimous 2004b). Industri
pangan berupa tahu, tempe dan kecap banyak menyerap biji kedelai. Konsumsi
tertinggi adalah untuk bahan industri tahu dan tempe. Berdasarkan perhitungan,
konsumsi kedelai untuk tahu dan tempe pada tahun 2002 mencapai 1,776 juta ton,
atau 88% dari total kebutuhan dalam negeri digunakan sebagai bahan baku olahan
tahu dan tempe (BPS, 2002) Industri pakan ternak (unggas) merupakan kegiatan
agribisnis hilir yang cukup penting dalam agribisnis kedelai. Dalam pembuatan
pakan ternak, bungkil kedelai merupakan bahan terpenting kedua setelah jagung,
yaitu sekitar 15–20% dari komposisi pakan. Kedelai juga sebagai bahan baku
penting industri lain, di antaranya tepung, olahan pangan, dan pati. Namun
kebutuhan industri lain ini hanya menyerap biji kedelai sekitar 12% dari total kebutuhan
konsumsi kedelai.
BAB. III PEMBAHASAN
1.
Potensi Lahan Potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan kedelai dapat
diarahkan ke provinsi-provinsi yang pernah berhasil menanam kedelai Peta
wilayah potensial sumber pertumbuhan baru produksi kedelai dan Location
Quotient (LQ) digunakan sebagai indikator kesesuaian agroekosistem bagi usaha
tani kedelai (Fagi, 2005) Potensi lahan yang sesuai untuk tanaman kedelai, baik
untuk program peningkatan produktivitas maupun perluasan areal. Namun untuk
pengembangan tanaman kedelai masih banyak kendalanya antara lain nilai
komparatif dan kompetitif kedelai paling rendah di antara komoditas lainnya.
Pengembangan areal tanam kedelai dapat dilakukan pada lahan sawah, lahan kering
(tegalan), lahan bukaan baru dan lahan pasang surut yang telah direklamasi.
2.
Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Data statistik dari FAO
menunjukkan bahwa selama periode 1990–1995, areal panen kedelai masih meningkat
dari 1,33 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1.48 juta ha pada tahun 1995, atau
meningkat rata-rata 2,06 persen per tahun. Sejak tahun 1995, terjadi penurunan
areal panen secara tajam dari sekitar 1,48 juta ha menjadi sekitar 0,83 juta ha
pada tahun 2000, atau menurun rata-rata 11,00 persen per tahun. Selama periode
2000–2004, areal panen kedelai masih terus menurun rata-rata 9,66 persen per
tahun. Secara keseluruhan, selama periode 15 tahun terakhir (1990–2004) luas
areal kedelai di Indonesia menurun tajam dari sekitar 1,33 juta ha pada tahun
1990 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004, atau turun rata-rata 6,14 persen per
tahun, seperti terlihat pada Tabel 4 diatas. Perkembangan teknologi, baik
penggunaan varietas maupun teknologi budidaya sedikit berhasil meningkatkan
produktivitas kedelai dari rata-rata 1,11 ton/ha pada tahun 1990 menjadi
rata-rata 1,29 ton/ha pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 1,03 persen per
tahun. Peningkatan produktivitas mencapai puncaknya pada periode 1995–2000,
yaitu mencapai rata-rata 1,65 persen per tahun. Meskipun produktivitas meningkat,
namun peningkatan tersebut jauh lebih rendah daripada penurunan luas areal,
sehingga total produksi pada periode tersebut turun rata-rata 9,53 persen per
tahun.
4. Pasar, Harga dan Daya Saing Diduga penurunan harga riil menjadi disinsentif yang menyebabkan terjadinya penurunan areal panen kedelai. Selain itu, persaingan penggunaan lahan dengan palawija lainnya juga diduga merupakan salah satu penyebab turunnya areal panen kedelai. Indikatornya ialah kenaikan harga riil jagung. Secara teoritis, kenaikan harga jagung akan mendorong petani untuk menanam komoditas tersebut. Konsekuensinya ialah bahwa kenaikan areal tanam jagung (sebagai komoditas pesaing) dengan sendirinya akan mengurangi areal untuk kedelai, karena lahan yang digunakan adalah lahan yang sama. Perkembangan harga riil kedelai dan jagung sebagai pesaing. Harga yangdigunakan dalam bahasan ini adalah harga riil, yaitu harga nominal dideflasi dengan indeks harga umum dengan tahun dasar 1983. Berdasarkan data statistik dari FAO, harga riil kedelai selama periode 1991–2002 berfluktuasi dari tahun ketahun. Namun demikian, secara umum mengalami penurunan dari Rp 493/kg pada tahun 1991 menjadi Rp 344/kg pada tahun 2002, atau turun rata-rata 3,21 persen per tahun. Di lain pihak, harga riil jagung ternyata meningkat rata-rata 0,98 persen per tahun selama periode yang sama. Perkembangan harga kedua komoditas ini merupakan salah satu indikator adanya persaingan penggunaan lahan. Kenaikan harga jagung akan mendorong petani untuk menanam jagung, sehingga akan menurunkan areal tanam kedelai.
4. Pasar, Harga dan Daya Saing Diduga penurunan harga riil menjadi disinsentif yang menyebabkan terjadinya penurunan areal panen kedelai. Selain itu, persaingan penggunaan lahan dengan palawija lainnya juga diduga merupakan salah satu penyebab turunnya areal panen kedelai. Indikatornya ialah kenaikan harga riil jagung. Secara teoritis, kenaikan harga jagung akan mendorong petani untuk menanam komoditas tersebut. Konsekuensinya ialah bahwa kenaikan areal tanam jagung (sebagai komoditas pesaing) dengan sendirinya akan mengurangi areal untuk kedelai, karena lahan yang digunakan adalah lahan yang sama. Perkembangan harga riil kedelai dan jagung sebagai pesaing. Harga yangdigunakan dalam bahasan ini adalah harga riil, yaitu harga nominal dideflasi dengan indeks harga umum dengan tahun dasar 1983. Berdasarkan data statistik dari FAO, harga riil kedelai selama periode 1991–2002 berfluktuasi dari tahun ketahun. Namun demikian, secara umum mengalami penurunan dari Rp 493/kg pada tahun 1991 menjadi Rp 344/kg pada tahun 2002, atau turun rata-rata 3,21 persen per tahun. Di lain pihak, harga riil jagung ternyata meningkat rata-rata 0,98 persen per tahun selama periode yang sama. Perkembangan harga kedua komoditas ini merupakan salah satu indikator adanya persaingan penggunaan lahan. Kenaikan harga jagung akan mendorong petani untuk menanam jagung, sehingga akan menurunkan areal tanam kedelai.
a.
Pemasaran Seperti telah diungkapkan di atas, bahwa kedelai pada umumnya
dikonsumsi dalam bentuk produk olahan. Oleh karena itu, pemasarannya mulai dari
daerah sentra produksi ke industri pengolahan melalui pedagang, dan bermuara ke
konsumen akhir. Selain dari petani, kedelai di pasar domestik juga sebagian
berasal dari impor. Kedelai impor umumnya dibeli oleh koperasi pengerajin tahu
dan tempe (KOPTI), untuk selanjutnya dipasarkan ke pengerajin tahu dan tempe.
Dalam pemasaran kedelai, petani umumnya berada dalam posisi tawar yang lemah,
sehingga harga kedelai di tingkat petani lebih banyak ditentukan oleh pedagang.
Oleh karena itu, harga riil di tingkat produsen (petani) selama 15 tahun
terakhir cenderung terus menurun. Dalam pengembangan diperlukan perbaikan
tataniaga kedelai dari produsen hingga konsumen.
b.
Daya Saing Usahatani Seperti telah diungkapkan di atas, bahwa secara finansial
usahatani kedelai di Indonesia menguntungkan (Anonimous, 2004b). Namun
demikian, keuntungan finansial belum dapat menggambarkan tingkat efisiensi
ekonomi usahatani, karena masih banyak terdapat komponen subsidi atau proteksi.
Oleh karena itu, untuk mengevaluasi daya saing suatu komoditas diperlukan
evaluasi secara ekonomi. Studi daya saing yang pernah dilakukan oleh Gonzales
(1993) menunjukkan bahwa secara ekonomi usahatani kedelai di Indonesia belum
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, baik yang dilakukan secara
tradisional maupun secara komersial, untuk ketiga rezim pemasaran, yaitu
perdagangan antar wilayah (IRT), substitusi impor (IS), dan promosi ekspor
(EP). Padi dan jagung mempunyai keunggulan komparatif jika diproduksi untuk
perdagangan antar wilayah dan substitusi impor. Sedangkan untuk promosi ekspor
tidak mempunyai keunggulan komparatif. Untuk kedelai, tidak mempunyai
keunggulan komparatif untuk ketiga regim pemasaran. Hal ini diperlihatkan oleh
nilai RCR yang lebih besar dari 1,00. Artinya ialah bahwa untuk memperoleh
penerimaan US$ 1.00 memerlukan korbanan (biaya) melebihi US$ 1.00. Padahal pada
tahun 1992–1993 Indonesia mencapai puncak luas areal tanam kedelai, yang
mencerminkan adanya insentif harga untuk menanam kedelai.
B. Sasaran Sasaran yang hendak
dicapai adalah:
a)
Berfungsinya sistem pengelolaan plasma nutfah tanaman kedelai untuk melayani
kebutuhanprodusen, dengan prioritas dapat dilestarikannya.
b)
Tersedia dan berfungsinya sistem dan teknik produksi kedelai lahan sawah
irigasi dan tadah hujan serta lahan kering masam. c) Dihasilkannya, tersedianya
dan dimanfatkannya benih penjenis VUB kedelai.
IV. KESIMPULAN
Dari
uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a)
Pengembangan kedelai di dalam negeri diarahkan melalui strategi
b)
peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Peningkatan
c)
produktivitas dicapai dengan penerapan teknologi yang sesuai (spesifik) bagi
d)
agroekologi/wilayah setempat. Perluasan areal tanam diarahkan melalui
e)
peningkatan indeks pertanaman (IP) di lahan sawah irigasi sederhana, sawah
tadah hujan dan lahan kering yang telah diusahakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar