LAPORAN FIELDTRIP
TENTANG
PENGAMAT HAMA PENYAKIT
MATA KULIAH
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Disusun Oleh :
ICTIRA
JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN ( SDM )
SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP
)
MAGELANG
JURUSAN
PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tumbuhan
tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan
oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat
disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang,
kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang
yang sering menjadi hama tanaman.
Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok
serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang
ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen
pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan
mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi,
biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi,
atau biasa kita sebut dengan hama langsung. Serangan hama pada suatu tanaman
akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta
perilaku yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri khas
tersendiri. Semakin banyak populasi hama di suatu pertanaman, semakin besar pula
gejala kerusakan yang ditimbulkan, hal ini juga akan mengakibatkan semakin
tingginya tingkat kerugian ekonomi. Untuk menghindari kerugian ekonomi akibat
serangan yang ditimbulkan oleh hama, maka perlu diadakan suatu pengendalian.
Pada pengendalian tersebut hendaknya kita harus mengetahui ekologi dari
masing-masing hama, sehingga hal ini bisa memudahkan kita dalam mengambil
keputusan untuk pengendalian hama secara tepat.
Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama
umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan,
mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman
menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil
langkah/tindakan pengendalian. Serangan hama pada suatu tanaman akan
menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilaku
yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri khas
tersendiri.
Untuk itulah dalam fieltrip kali ini, kami para mahasiswa diberi bekal berupa pembacaan data
analisis mengenai cara atau analisis dan tipe serangan dari suatu hama, serta
pengklasifikasian mengenai dampak dari serangan hama tersebut. Pembacaan
tersebut berdasarkan data yang telah ada yaitu berupa data selama fieldtrip
berlangsung.
B.
Tujuan
Fieldtrip
a.
Mahasiswa mengetahui berbagai teknik pengendaliann OPT
b.
Mahasiswa mampu melaksanakan keputusan teknik yang tepat dalam pelaksanaan pengendalian
C.
Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui lebih dalam
dan mendetail organisme pengganggu tanaman yang berupa hama.
2. Mahasiswa memahami gejala-gejala
serangan yang disebabkan oleh hama.
D.
Waktu
dan Tempat
Fieldtrip
Pengamat
Hama Penyakitr
dengan acara Analisis dan Tipe Serangan Suatu Hama” yang dilaksanakan
pada hari senin, 10
November 2014, pukul 09.00 Wib dan bertempat di Laboratorium
Pengamat Hama Penyakitr,
kecamatan
pandak kabupaten bantul provinsi DI Yogyakarta.
II.
DASAR TEORI
Hama merupakan tiap hewan yang mengganggu atau merusak
tanaman dan menyebabkan kerugian secara ekonomis. Kebanyakan hama yang
menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga. Keberadaan
hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh
serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu
pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan
kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan
hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita
sebut dengan hama langsung (Endah, 2005).
Pertumbuhan
tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi
lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk
berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa
reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai
tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua
rangsangan. Yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari
(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Peramalan OPT adalah kegiatan yang diarahkan untuk
mendeteksi danmemprediksi populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran
dan akibat yangditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. Peramalan OPT
merupakan bagian penting dalam program dan kegiatan penerapan PHT dalam
kegiatan perencanaan ekosistem yang tahan terhadap gangguan.
Peramalah hama sasarannya adalah untuk menduga kemungkinan
timbulnya OPT, mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan dan kerusakan yang
ditimbulkan OPT berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen-komponen
yang berpengaruh di lapang, dan menduga kerugian atau kehilangan
hasil akibat gangguan OPT.Menurut Marwoto (1992), peramalan hama bertujuan
untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas
serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi
tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran
tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip,
strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil
resiko berusaha tani, populasi/serangan OPT dapat ditekan,
tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman
terhadap lingkungan.
Analisis daerah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilakukan
berdasarkan data sekunder atau historis luas tambah serangan (LTS) selama kurun
waktu tiga tahun, untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan
periode kritis serangan OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan
serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara
berturut – turut (Bappenas, 1991).
Luas tambah serangan (LTS) merupakan hasil pengamatan dari wilayah pengamatan
(biasanya di tingkat Kecamatan) dari Petugas Pengamat Hama dan Penyakit (PHP)
yang dilaporkan setiap periode setengah bulan ke Dinas Pertanian Kebupaten/Kota
Madya dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), secara berjenjang
dilaporkan juga ke Dinas Pertanian Propinsi, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Holtikultura (BPTPH) dan Direktorat Perlindungan Holtikultura, Direktorat
Jenderal Bina Produksi Holtikultura (Dirjen Bina Produksi Tanaman, 2002).
Penentuan daerah sebaran suatu OPT dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya
berdasarkan data hasil pengamatan di tingkat kecamatan berupa data luas terkena
serangan (LTS) yang menyatakan seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga
puso dan luasan tanaman puso dengan intensitas puso saja, dan frekuensi
serangan pada setiap masa panen (MP) setiap tahun biasanya digunakan data lima
sampai enam tahun secara berurutan. Pemetaan hanya dilakukan pada tiap
kecamatan, karena data diperoleh dari petugas pengamat hama (PHP) di setiap
kecamatan (Dirjen Bina Produksi Tanaman, 2002).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a.
Pengendalian
Hayati Untuk pengelolaan Hama
Taktik Pengendalian Hama Berbasis Biologi
a. Pengendalian hayati adalah
penggunaan musuh alami (pemangsa, parasitoid, dan patogen) untuk mengendalikan
populasi hama.
b. Pengendalian hama dengan taktik atau
teknologi berbasis biologi mencakup lima tipe, yaitu:
·
pengendalian hayati,
·
pestisida mikroba,
·
senyawa-senyawa kimia yang memodifikasi perilaku hama,
·
manipulasi genetika populasi hama, dan
·
imunisasi tanaman.
c. Pendekatan yang digunakan di dalam
pengendalian hayati adalah:
- pengendalian hayati klasik,
- pengendalian hayati
augmentasi, dan
- konservasi musuh alami.
d.
Pengendalian alami adalah pengendalian populasi makhluk
hidup di alam karena tekanan faktor lingkungan biotik dan abiotik. Di dalam
pengendalian alami tidak ada peran aktif manusia.
e.
Musuh alami di dalam pengendalian hayati terdiri atas
pemangsa, parasitoid, dan patogen. Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan
serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Parasitoid adalah
serangga yang meletakkan telurnya pada permukaan atau di dalam tubuh serangga
lain yang menjadi inang atau mangsanya. Ketika telur parasitoid menetas, larva
parasitoid akan memakan inang dan membunuhnya. Patogen adalah makhluk hidup
yang menjangkitkan penyakit pada inang atau menjadi pesaing untuk mikroba
patogen yang menyerang tanaman.
f. Prosedur
umum pengembangan agens hayati
1. Eksplorasi
2. Isolasi
3. Identifikasi
4. Uji keefektifan
5. Uji keamanan
6. Uji kestabilan genetik dari agens antagonis (tidak menurun virulensinya)
7. Uji potensi produksi massal
8. Formulasi agens antagonis yang efisien tetapi tetap efektif
9. Uji kestabilan dalam bentuk formulasi dan masa simpangan
10. Potensi pasar
11. Evaluasi biaya produksi
12. Analisis perolehan dari investasi
13. Pengujian lapang
14. Membuat hak paten agens pengendali hayati
15. Komersialisasi dan pemasyarakatan produk biopestisida.
1. Eksplorasi
2. Isolasi
3. Identifikasi
4. Uji keefektifan
5. Uji keamanan
6. Uji kestabilan genetik dari agens antagonis (tidak menurun virulensinya)
7. Uji potensi produksi massal
8. Formulasi agens antagonis yang efisien tetapi tetap efektif
9. Uji kestabilan dalam bentuk formulasi dan masa simpangan
10. Potensi pasar
11. Evaluasi biaya produksi
12. Analisis perolehan dari investasi
13. Pengujian lapang
14. Membuat hak paten agens pengendali hayati
15. Komersialisasi dan pemasyarakatan produk biopestisida.
b.
Pemanfaatan Burung Serak
Jawa Sebagai Pengendali Tikus
Pengendalian hama tikus telah banyak
dilakukan melalaui berbagai cara baik secara biosonik dengan suara, biologi
dengan jantan mandul dan mekanik dan peralatan dengan penjaringan, gropyokan
dan emposan maupun dengan racun yaitu dengan rodentisida sampai pada penggunaan
listrik yang kadang membayakan jiwa. Hasil yang didapat selama ini belum cukup
ampuh untuk membasmi hama tikus, mungkin sesaat akan terlihat hasilnya akan
tetapi bila dilakukan kurang serempak boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
Burung hantu jenis tyto alba
merupakan jenis burung hantu yang mampu mengendalikan hama tikus karena
makannya 99% tikus dan sisanya belalang. Kemampuan mencari mangsanya tidak
mengenal cuaca baik dalam cuaca ektrim maupun normal tetap rajin mencari
mangsa. Setiap malam seekor burung hantu mampu mengkonsumsi 3 - 4 ekor tikus
dan nafsu mebunuhnya sangat besar sampai 8- 12 ekor tikus per malam. Bila
dihitung per bulan dan per tahun sungguh sangat luar biasa, oleh karena itu
saat ini menjadi idola pengendali hama tikus. Sepasang burung hantu akan dapat
mengamankan lahan sawah sekitar 2 - 5 ha bila ada rubuha (rumah burung hantu)
di pertengahan sawah.
Populasi burung hantu bila sudah
banyak mampu menekan tingkat serangan hama tikus sampai di bawah 2%. Burung
hantu merupakan burung nocturnal yang aktif di malam hari yang dilengkapi
dengan indera penglihatan yang sangat tajam karena memiliki sinar infra merah
dan indra pendengaran di lengkapi alat reflector yang luar biasa menangkap
getaran dan suara halus sehingga dengan cekatan dan tangkas menangkap
mangsanya. Supaya efektif dalam pengendalian tikus, burung hantu harus
dibuatkan rubuha (rumah burung hantu) di areal persawahan. Hal tersebut
dikandung maksud memudahkan untuk bertengger dan mengawasi mangsanya. Fungsi
lain dari rubuha adalah seperti kandang pada hewan lainnya yaitu sebagai : -
Tempat beristirahat - Tempat berlindung dari cuaca hujan, dingin dan panas -
Tempat bereproduksi - Tempat makan Bahan rubuha dapat semi permanen dari kayu
dan bambu dan permanen terbuat dari cor semen.
Ketinggian rubuhan sekitar 3,5 sampai
5 meter dari permukaan tanah. Jarak rubuha satu dengan lainnya diusahan sekitar
100 meter karena saat anakan burung hantu masih muda dijadikan tempat berlatih
terbang dan memudahkan mengamati mangsanya. Burung hantu memiliki beberpa
kelebihan sebagai predator tikus, antara lain : - Mudah beradaptasi - Tidak
perlu memberi makan karena akan mencari pakan sendiri - Perkembangbiakannya
sangat cepat karena mampu bertelur banyak dalam 2 periode peneluran. - Pakannya
tersedia di alam secara gratis - Setia pada sarangnya walaupun yang jantan
bersifat polygamy Burung hantu jenis tyto alba sering dikenal juga dengan
panggilan serak jawa, burung hantu putih, burung hantu emas dan sebagainya
tergantung kebiasaan daerah tersebut memanggil.
Burung hantu ini memilki berkepala
besar, kekar berpiringan terlihat seperti hati berwarna putih dikelilingi warna
coklat di wajahnya merupakan tanda yang mudah dikenali. Iris matanya hitam,
bagian punggung berbalut bulu kelabu sampai coklat muda ada bercak halus, bulu
dada dominan warna putih dengan bercak hitam menyebar Paruhnya tajam dan kuat
menghadap ke bawah berwarna keputihan mampu menyayat mangsanya terpotong-potong
hingga mudah untuk ditelan. Kakinya kuat dan Kukunya tajam berfungsi menerkam
dan mencengkeram mangsanya untuk dimakan atau sekedar di bunuh.
B. Pembahasan
Hama adalah seluruh makhluk hidup
yang dapat mengganggu perkembangan tumbuhan. Dari sekian banyak hama, kelas
insekta merupakan hama yang paling banyak di bumi ini. Akibat dari serangan
hama ini sangatlah penting diman salah satunya dapat menurunkan hasil dari
komoditi yang kita usahakan. Hasil disini tidak hanya sebatas kualitas saja
akan tetapi keberadaan gangguan hama ini juga akan berpengaruh terhadap
kuantitas produk. Banyak sekali cara atau metode yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir gangguan hama ini mulai dari teknik yang paling umu dilaksanakan
ditingkat petani yakni aplikasi pestisida, dengan cara kultur teknik, biologi,
dan fisik. Batasan serangan hama terhadap produk ini telah ditentukan berdasarkan
kesepakatan sebelumnya yang dinamakan ambang batas serangan atau ambang
ekonomi.
Ambang Ekonomi adalah kepadatan
populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan
populasi hama berikutnya yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic
Injury Level). Sedangkan ALE didefinisikan sebagai padatan populasi terendah
yang mengakibatkan kerusakan ekonomi. Kerusakan ekonomi terjadi bila nilai
kerusakan akibat hama sama atau lebih besarnya dari biaya pengendalian yang dilakukan,
sehingga tidak terjadi kerugian
Oleh karena itu perlu adanya suatu
metode yang dapat menggambarkan tingkat serangan hama pada suatu daerah
tertentu. Hal tersebut berhubungan dengan model peramalan hama yang akan
digunkan untuk meramalkan kejadian yang sama pada waktu yang akan datang. Salah
satu bentuk peramalan yang sering digunakan ialah Analisi
dan Tipe Serangan Suatu Hama, metode ini dilakukan denga cara
menganalisis data historis berupa data luas tambah serangan ( LTS ). LTS
merupakan hasil pengamatan dari wilayah pengamatan dari Petugas Pengamat Hama Dan Penyakit ( PHP ) yang
dilaporkan setiap periode setengah bulanan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
Madya dan Laboratorium Pengamat Hama dan Penyakit ( LPHP ).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari beberapa data dan penjelasan
yang telah diuraikan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Analisis dan tipe serangan
suatu hama didasarkan pada data historis berupa LTS ( Luas Tambah Serangan ) kemudian data tersebut dibagi
kedalam 4 kategori data yakni Ringan,
Sedang, Berat dan Puso dan
hasil dari analisis data tersebut dapat digambarkan atau dipetakan dengan
kategori Endemis, Sporadis,
Potensial dan Aman.
2. Data historis dapat diperoleh dari
Dina Pertanian atau Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan ( LPHP ).
3. Pengendalian hama merupakan upaya
manusia untuk mengusir, menghindari dan membunuh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap spesies hama. Pengendalian hama tidak bermaksud memusnahkan
spesies hama, melainkan hanya menekan sampai pada tingkat tertentu saja
sehingga secara ekonomi dan ekologi dapat dipertanggungjawabkan. Penyebab penyakit atau patogen dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Biotik (parasit) dan Abiotik (fisiopat).
Kelompok biotik terdiri dari Tumbuhan tinggi parasitik, yang dapat bersifat
parasit sejati dan setengah parasit.
B.
Saran
Untuk lebih efektifnya fieltrip diharapkan para mahasiswa agar mematuhi semua peraturan yang
ada pada saat di dalam laboratorium dan membawa objek fieltrip yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 1991. Petunjuk lapang
latihan PHT palawija. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian
Hama Terpadu. Proyek Prasarana
fisik bappenas. Jakarta.
Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002.
Peta Daerah Endemis OPT Hortikultura Buku 1. Pangan Balai Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002.
Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada tanaman Pangan. Pangan
Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Jakarta.
Endah, Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan
Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta
: Agromedia Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar