SEBAGAI MAHASISWA PENYULUH PERTANIAN YANG NANTINYA AKAN TERJUN DI MASYARAKAT DALAM MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PETANI, HARUSLAH MEMILIKI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG CUKUP BAGAIMANA CARA MENYULUH YANG BAIK DI LAPANGAN, SEHINGGA PENYULUH ITU BENAR-BENAR MENJADI MOTIVATOR YANG BAIK DI MASYARAKAT

Selasa, 18 November 2014

LAPORAN FIELDTRIP PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN



     

                                                         LAPORAN FIELDTRIP
TENTANG
PENGAMAT HAMA PENYAKIT

MATA KULIAH
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Description: F:\Foto\LOGO STPP.jpg







Disusun Oleh :


ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378


KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN ( SDM )
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
2014


I.       PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
            Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung. Serangan hama pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilaku yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri khas tersendiri. Semakin banyak populasi hama di suatu pertanaman, semakin besar pula gejala kerusakan yang ditimbulkan, hal ini juga akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat kerugian ekonomi. Untuk menghindari kerugian ekonomi akibat serangan yang ditimbulkan oleh hama, maka perlu diadakan suatu pengendalian. Pada pengendalian tersebut hendaknya kita harus mengetahui ekologi dari masing-masing hama, sehingga hal ini bisa memudahkan kita dalam mengambil keputusan untuk pengendalian hama secara tepat.
            Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian. Serangan hama pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilaku yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri khas tersendiri.
            Untuk itulah dalam fieltrip kali ini, kami para mahasiswa diberi bekal berupa pembacaan data analisis mengenai cara atau analisis dan tipe serangan dari suatu hama, serta pengklasifikasian mengenai dampak dari serangan hama  tersebut. Pembacaan tersebut berdasarkan data yang telah ada yaitu berupa data selama fieldtrip berlangsung.


B.     Tujuan Fieldtrip

a.       Mahasiswa mengetahui berbagai teknik pengendaliann OPT
b.      Mahasiswa mampu melaksanakan keputusan teknik yang tepat dalam pelaksanaan pengendalian

C.    Manfaat
1.      Mahasiswa mengetahui lebih dalam dan mendetail organisme pengganggu tanaman yang berupa hama.
2.      Mahasiswa memahami gejala-gejala serangan yang disebabkan oleh hama.

D.    Waktu dan Tempat

Fieldtrip Pengamat Hama Penyakitr dengan acara Analisis dan Tipe Serangan Suatu Hama” yang dilaksanakan pada hari senin, 10 November 2014, pukul 09.00 Wib dan bertempat di Laboratorium Pengamat Hama Penyakitr, kecamatan pandak kabupaten bantul provinsi DI Yogyakarta.




















II.    DASAR TEORI

Hama merupakan tiap hewan yang mengganggu atau merusak tanaman dan menyebabkan kerugian secara ekonomis. Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005).
            Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan. Yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Peramalan OPT adalah kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi danmemprediksi populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yangditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. Peramalan OPT merupakan bagian penting dalam program dan kegiatan penerapan PHT dalam kegiatan perencanaan ekosistem yang tahan terhadap gangguan.
Peramalah hama sasarannya adalah untuk menduga kemungkinan timbulnya OPT, mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan dan kerusakan yang ditimbulkan OPT berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen-komponen yang berpengaruh di lapang, dan  menduga kerugian atau kehilangan hasil akibat gangguan OPT.Menurut Marwoto (1992), peramalan hama bertujuan untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi/serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan.



            Analisis daerah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data sekunder atau historis luas tambah serangan (LTS) selama kurun waktu tiga tahun, untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis serangan OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara berturut – turut (Bappenas, 1991).
            Luas tambah serangan (LTS) merupakan hasil pengamatan dari wilayah pengamatan (biasanya di tingkat Kecamatan) dari Petugas Pengamat Hama dan Penyakit (PHP) yang dilaporkan setiap periode setengah bulan ke Dinas Pertanian Kebupaten/Kota Madya dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), secara berjenjang dilaporkan juga ke Dinas Pertanian Propinsi, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPTPH) dan Direktorat Perlindungan Holtikultura, Direktorat Jenderal Bina Produksi Holtikultura (Dirjen Bina Produksi Tanaman,  2002).
            Penentuan daerah sebaran suatu OPT dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya berdasarkan data hasil pengamatan di tingkat kecamatan berupa data luas terkena serangan (LTS) yang menyatakan seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga puso dan luasan tanaman puso dengan intensitas puso saja, dan frekuensi serangan pada setiap masa panen (MP) setiap tahun biasanya digunakan data lima sampai enam tahun secara berurutan. Pemetaan hanya dilakukan pada tiap kecamatan, karena data diperoleh dari petugas pengamat hama (PHP) di setiap kecamatan (Dirjen Bina Produksi Tanaman,  2002).

















III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
a.      Pengendalian Hayati Untuk pengelolaan Hama
Taktik Pengendalian Hama Berbasis Biologi
a.       Pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alami (pemangsa, parasitoid, dan patogen) untuk mengendalikan populasi hama.
b.      Pengendalian hama dengan taktik atau teknologi berbasis biologi mencakup lima tipe, yaitu:
·         pengendalian hayati,
·         pestisida mikroba,
·         senyawa-senyawa kimia yang memodifikasi perilaku hama,
·         manipulasi genetika populasi hama, dan
·         imunisasi tanaman.
c.       Pendekatan yang digunakan di dalam pengendalian hayati adalah:
    • pengendalian hayati klasik,
    • pengendalian hayati augmentasi, dan
    • konservasi musuh alami.
d.      Pengendalian alami adalah pengendalian populasi makhluk hidup di alam karena tekanan faktor lingkungan biotik dan abiotik. Di dalam pengendalian alami tidak ada peran aktif manusia.
e.       Musuh alami di dalam pengendalian hayati terdiri atas pemangsa, parasitoid, dan patogen. Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Parasitoid adalah serangga yang meletakkan telurnya pada permukaan atau di dalam tubuh serangga lain yang menjadi inang atau mangsanya. Ketika telur parasitoid menetas, larva parasitoid akan memakan inang dan membunuhnya. Patogen adalah makhluk hidup yang menjangkitkan penyakit pada inang atau menjadi pesaing untuk mikroba patogen yang menyerang tanaman.

f.       Prosedur umum pengembangan agens hayati
1. Eksplorasi
2. Isolasi
3. Identifikasi
4. Uji keefektifan
5. Uji keamanan
6. Uji kestabilan genetik dari agens antagonis (tidak menurun virulensinya)
7. Uji potensi produksi massal
8. Formulasi agens antagonis yang efisien tetapi tetap efektif
9. Uji kestabilan dalam bentuk formulasi dan masa simpangan
10. Potensi pasar
11. Evaluasi biaya produksi
12. Analisis perolehan dari investasi
13. Pengujian lapang
14. Membuat hak paten agens pengendali hayati
15. Komersialisasi dan pemasyarakatan produk biopestisida.
b.      Pemanfaatan Burung Serak Jawa Sebagai Pengendali Tikus
Pengendalian hama tikus telah banyak dilakukan melalaui berbagai cara baik secara biosonik dengan suara, biologi dengan jantan mandul dan mekanik dan peralatan dengan penjaringan, gropyokan dan emposan maupun dengan racun yaitu dengan rodentisida sampai pada penggunaan listrik yang kadang membayakan jiwa. Hasil yang didapat selama ini belum cukup ampuh untuk membasmi hama tikus, mungkin sesaat akan terlihat hasilnya akan tetapi bila dilakukan kurang serempak boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
Burung hantu jenis tyto alba merupakan jenis burung hantu yang mampu mengendalikan hama tikus karena makannya 99% tikus dan sisanya belalang. Kemampuan mencari mangsanya tidak mengenal cuaca baik dalam cuaca ektrim maupun normal tetap rajin mencari mangsa. Setiap malam seekor burung hantu mampu mengkonsumsi 3 - 4 ekor tikus dan nafsu mebunuhnya sangat besar sampai 8- 12 ekor tikus per malam. Bila dihitung per bulan dan per tahun sungguh sangat luar biasa, oleh karena itu saat ini menjadi idola pengendali hama tikus. Sepasang burung hantu akan dapat mengamankan lahan sawah sekitar 2 - 5 ha bila ada rubuha (rumah burung hantu) di pertengahan sawah.

Populasi burung hantu bila sudah banyak mampu menekan tingkat serangan hama tikus sampai di bawah 2%. Burung hantu merupakan burung nocturnal yang aktif di malam hari yang dilengkapi dengan indera penglihatan yang sangat tajam karena memiliki sinar infra merah dan indra pendengaran di lengkapi alat reflector yang luar biasa menangkap getaran dan suara halus sehingga dengan cekatan dan tangkas menangkap mangsanya. Supaya efektif dalam pengendalian tikus, burung hantu harus dibuatkan rubuha (rumah burung hantu) di areal persawahan. Hal tersebut dikandung maksud memudahkan untuk bertengger dan mengawasi mangsanya. Fungsi lain dari rubuha adalah seperti kandang pada hewan lainnya yaitu sebagai : - Tempat beristirahat - Tempat berlindung dari cuaca hujan, dingin dan panas - Tempat bereproduksi - Tempat makan Bahan rubuha dapat semi permanen dari kayu dan bambu dan permanen terbuat dari cor semen.
Ketinggian rubuhan sekitar 3,5 sampai 5 meter dari permukaan tanah. Jarak rubuha satu dengan lainnya diusahan sekitar 100 meter karena saat anakan burung hantu masih muda dijadikan tempat berlatih terbang dan memudahkan mengamati mangsanya. Burung hantu memiliki beberpa kelebihan sebagai predator tikus, antara lain : - Mudah beradaptasi - Tidak perlu memberi makan karena akan mencari pakan sendiri - Perkembangbiakannya sangat cepat karena mampu bertelur banyak dalam 2 periode peneluran. - Pakannya tersedia di alam secara gratis - Setia pada sarangnya walaupun yang jantan bersifat polygamy Burung hantu jenis tyto alba sering dikenal juga dengan panggilan serak jawa, burung hantu putih, burung hantu emas dan sebagainya tergantung kebiasaan daerah tersebut memanggil.
Burung hantu ini memilki berkepala besar, kekar berpiringan terlihat seperti hati berwarna putih dikelilingi warna coklat di wajahnya merupakan tanda yang mudah dikenali. Iris matanya hitam, bagian punggung berbalut bulu kelabu sampai coklat muda ada bercak halus, bulu dada dominan warna putih dengan bercak hitam menyebar Paruhnya tajam dan kuat menghadap ke bawah berwarna keputihan mampu menyayat mangsanya terpotong-potong hingga mudah untuk ditelan. Kakinya kuat dan Kukunya tajam berfungsi menerkam dan mencengkeram mangsanya untuk dimakan atau sekedar di bunuh.






B.     Pembahasan
Hama adalah seluruh makhluk hidup yang dapat mengganggu perkembangan tumbuhan. Dari sekian banyak hama, kelas insekta merupakan hama yang paling banyak di bumi ini. Akibat dari serangan hama ini sangatlah penting diman salah satunya dapat menurunkan hasil dari komoditi yang kita usahakan. Hasil disini tidak hanya sebatas kualitas saja akan tetapi keberadaan gangguan hama ini juga akan berpengaruh terhadap kuantitas produk. Banyak sekali cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meminimalisir gangguan hama ini mulai dari teknik yang paling umu dilaksanakan ditingkat petani yakni aplikasi pestisida, dengan cara kultur teknik, biologi, dan fisik. Batasan serangan hama terhadap produk ini telah ditentukan berdasarkan kesepakatan sebelumnya yang dinamakan ambang batas serangan atau ambang ekonomi.
Ambang Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level). Sedangkan ALE didefinisikan sebagai padatan populasi terendah yang mengakibatkan kerusakan ekonomi. Kerusakan ekonomi terjadi bila nilai kerusakan akibat hama sama atau lebih besarnya dari biaya pengendalian yang dilakukan, sehingga tidak terjadi kerugian 
Oleh karena itu perlu adanya suatu metode yang dapat menggambarkan tingkat serangan hama pada suatu daerah tertentu. Hal tersebut berhubungan dengan model peramalan hama yang akan digunkan untuk meramalkan kejadian yang sama pada waktu yang akan datang. Salah satu bentuk peramalan yang sering digunakan ialah Analisi dan Tipe Serangan Suatu Hama, metode ini dilakukan denga cara menganalisis data historis berupa data luas tambah serangan ( LTS ). LTS merupakan hasil pengamatan dari wilayah pengamatan dari Petugas Pengamat Hama Dan Penyakit ( PHP ) yang dilaporkan setiap periode setengah bulanan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Madya dan Laboratorium Pengamat Hama dan Penyakit ( LPHP ).










IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari beberapa data dan penjelasan yang telah diuraikan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Analisis  dan tipe serangan suatu hama didasarkan pada data historis berupa LTS ( Luas Tambah Serangan ) kemudian data tersebut dibagi kedalam 4 kategori data yakni Ringan, Sedang, Berat dan Puso dan hasil dari analisis data tersebut dapat digambarkan atau dipetakan dengan kategori  Endemis, Sporadis, Potensial dan Aman.  
2.      Data historis dapat diperoleh dari Dina Pertanian atau Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan ( LPHP ).
3.      Pengendalian hama merupakan upaya manusia untuk mengusir, menghindari dan membunuh secara langsung maupun tidak langsung terhadap spesies hama. Pengendalian hama tidak bermaksud memusnahkan spesies hama, melainkan hanya menekan sampai pada tingkat tertentu saja sehingga secara ekonomi dan ekologi dapat dipertanggungjawabkan. Penyebab penyakit atau patogen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Biotik (parasit) dan Abiotik (fisiopat). Kelompok biotik terdiri dari Tumbuhan tinggi parasitik, yang dapat bersifat parasit sejati dan setengah parasit.

B.     Saran
Untuk lebih efektifnya fieltrip diharapkan para mahasiswa agar mematuhi semua peraturan yang ada pada saat di dalam laboratorium dan membawa objek fieltrip yang lengkap.











DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 1991. Petunjuk lapang latihan PHT palawija. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Proyek Prasarana  fisik bappenas. Jakarta.

Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Peta Daerah Endemis OPT Hortikultura Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan.   Jakarta.

Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting  pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan.   Jakarta.

Endah, Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Agromedia Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar