U T S
TENTANG
GOTONG
ROYONG DI KOTA TERNATE
MATA KULIAH
ILMU SOSIAL
BUDAYA DASAR
SEMESTER V. B

Disusun Oleh :
ICTIRA JULVIKAR JUROCHMAN
NIREM : 05.1.4.12.0378
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN SEKOLAH TINGGI
PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI
YOGYAKARTA
TAHUN,
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat
hidup sendiri. Antara seorang dengan yang lain
tentu saling membutuhkan dan dari situ timbul kesadaran untuk saling
bantu-membantu dan tolong-menolong. Tidak mungkin seseorang dapat bertahan
hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain
Tolong menolong merupakan kewajiban bagi setiap manusia,
dengan tolong menolong kita akan dapat membantu orang lain dan jika kita perlu
bantuan tentunya orangpun akan menolong kita. Dengan tolong menolong kita akan
dapat membina hubungan baik dengan semua orang. Dengan tolong menolong kita
dapat memupuk rasa kasih sayang antar tetangga, antar teman, antar
rekan kerja. Singkat kata tolong menolong adalah sifat hidup bagi setiap orang.
Dengan menolong orang lain kita akan mendapatkan kepuasan
yang amat sangat, kebahagiaan yang tak terkira, juga ada rasa bahwa
kita ini ada dan diperlukan oleh orang lain. Rasa bahwa kita ini
berguna bagi orang lain. Juga dengan mau menolong orang lain, pasti ada orang
yang mau menolong kita, berlaku hukum sebab akibat, jika kita menolong A belum
tentu A yang akan menolong kita, bisa saja B yang menolong kita.
Kita sering heran pada orang yang mampu untuk menolong
seseorang tetapi tidak mau melakukannya, banyak orang kaya yang tidak
mau memberi sebagian hartanya untuk orang miskin, banyak orang pintar yang
tidak mau mengajarkan saudaranya yang bodoh, bahkan sebaliknya banyak orang
kaya yang menipu orang miskin, banyak orang pintar membohongi orang bodoh demi
keuntungan pribadinya.
Dengan menolong orang lain sebenarnya kita menolong diri
sendiri, itu yang kita yakini dalam agama kita, jadi janganlah sungkan menolong
orang lain. Dengan menolong orang lain hidup kita akan terasa bermakna, jauh
dari kehampaan hidup. Banyak orang yang sekarang ini merasa hampa, karena sudah
dikuasai cara hidup individualistis.
Menolong tidak harus dengan harta, bisa dengan tenaga,
pikiran atau ide, bahkan dengandoa sekalipun. Mari kita tolong
menolong.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan
masalah, antara lain :
1.
Hubungan
gotong royong dan tolong menolong.
2.
Pengertian
tolong menolong.
3.
Contoh
yang menunjukan sikap tolong menolong
C.
Tujuan dan Manfaat
1. Manfaat
Gotong Royong
a. Tujuannya yaitu untuk mengajak kita
semua untuk selalu bekerja bersama-sama , untuk lebih meningkatkan kebersamaan
. karena kita sebagai makhlukn sosial tidak bsa hidup tanpa bantuan
orang lain.
b. Bergotong royong juga bisa membuat
kita menjadi lebih kompak dan juga bisa lebih mengenal satu sama yang lainnya.
Dengan bergotong royong kita bisa saling tolong menolong misalkan,
saat kita ingin mendirikan rumah, mengerjakan sawah, membantu tetangga yang
sedang berduka, hingga saling bahu mambahu untuk mempejuangkan negaranya.
Dengan bergotong royong semua tugas yang kita lakukan akan menjadi ringan.
2. Manfaat
Gotong Royong
a.
Meringankan
beban pekerjaan yang harus ditanggung
b.
Menumbuhkan
sikap sukarela, tolong-menolong, kebersamaan, dan kekeluargaan antar sesame
anggota masyarakat
c.
Menjalin
dan membina hubungan sosial yang baik dan harmonis antarwarga masyarakat
d.
Meningkatkan
rasa persatuan dan kesatuan nasional
D.
Kerangka Pemikiran
Pembangunan masyarakat pedesaan tidak bisa dilepaskan
dari keseluruhan proses pembangunan nasional, sebab pada kenyataannya
masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan. Oleh karena
potensi desa perlu digali dan dimobilisasikan untuk pembangunan nasional,
sesuai dengan yang tercantum dalam GBHN ( 1999:75 ) sebagai berikut:
Mempercepat pembangunan
pedesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat terutama petani dan nelayan
melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem agrobisnis, industri kecil dan
kerajinan, pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan
sumber daya alam.
Dalam
kehidupan masyarakat desa yang relatif sederhana dapat dilihat suatu hubungan
antar sesama anggota masyarakat begitu intim, dengan ciri kekerabatan,
persaudaraan dan gotong-royong yang masih kuat. Menurut Koentjaraningrat faktor
yang mendasari kehidupan masyarakat desa adalah :
1.
Hubungan kekerabatan.
2.
Hubungan tinggal dekat.
3.
Prinsip tujuan khusus.
4.
Prinsip ikatan dari atas.
Hubungan kekerabatan diantara masyarakat desa terjalin bagaikan
jaringan yang menguasai sendi-sendi kehidupan, sehingga didalam kehidupannya
sehari-hari tidak terlepas dari prinsip hidup bergotong-royong. Prakarsa dan
peran serta masyarakat desa dalam menerobos kehidupan sosial masyarakat, sangat
diperlukan untuk meningkatkan pembangunan desa, dimana seluruh lapisan
masyarakat ikut terlibat dalam proses pembangunan desanya.
Masyarakat desa selalu dikonotasikan dengan ciri
tradisional, kuatnya ikatan dengan alam, eratnya ikatan kelompok, guyub rukun,
gotong-royong, alon-alon waton kelakon, gremet-gremet asal selamet,
paternalistis dan sebagainya.
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk
Gotong Royong
SELAWAT Badar menggema dari salah satu
rumah di RT 13, RW 04, Kelurahan Maliaro, Kota Ternate, Maluku Utara, Sabtu (18/10).
Jarum jam sudah menunjuk pukul 22.00 WIT. Namun, semangat belasan ibu PKK untuk
memanjatkan syukur tidak surut. Syukur atas selesainya pembangunan rumah bercat
hijau yang menjadi tempat acara.
Rumah kinyis-kinyis itu adalah milik
Hawa Sri. Semula, rumah janda berusia 70 tahun tersebut hampir ambruk karena
sudah tua. Pemiliknya tidak mampu memperbaiki lagi. Untungnya, kondisi itu
diketahui anggota Ikatan Keluarga Tidore (IKT) yang kemudian mengulurkan
bantuan dengan membangun kembali rumah tersebut.
Melalui gerakan barifola, nenek Sri tidak
perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Seluruh pembiayaan pembangunan kembali
rumah itu ditanggung IKT.
’’Ibu Sri, semoga dengan hunian yang
baru dan lebih layak ini, Ibu bisa makin khusyuk beribadah dan dekat dengan
Allah. Semua yang ada di dunia ini hanya titipan dari Allah,’’ kata Burhan
Abdurahman, ketua IKT Malut, berpesan saat menyerahkan rumah ’’baru’’ tersebut
kepada pemiliknya, Hawa Sri.
Menurut Haji Bur, panggilan Burhan
Abdurrahman, sebenarnya barifola adalah tradisi tolong-menolong yang
berjalan sejak masa Kesultanan Nuku yang berkuasa di Tidore pada 1738–1805.
Sesuai dengan makna harfiahnya yang berarti gotong royong membangun rumah, barifola sampai kini merupakan aktivitas untuk
membantu memperbaiki tempat tinggal warga yang tidak mampu.
Barifola dimulai
dengan rapat antar pemuka desa. Dalam rapat itu, mereka memutuskan rumah siapa
yang akan diperbaiki sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Keputusan itu
kemudian diumumkan setelah salat Magrib di masjid.
’’Masyarakat Tidore memang kental dengan
budaya Islam sehingga semua aktivitas sosial bermula
dari masjid,’’ ucap Haji Bur yang juga wali kota Ternate.
Jika sudah ditentukan kapan barifola dilakukan, pada waktu yang disepakati,
warga sedesa akan keluar rumah dan membawa bantuan untuk pembangunan rumah itu.
Para pria bekerja membangun rumah, sedangkankaum perempuan memasak untuk kebutuhan makan warga
yang bekerja.
Khusus di Ternate, barifola semakin aktif sejak 2008, seiring
penunjukan Haji Bur sebagai ketua IKT. Meski berasal dari Tidore, gerakan
tersebut tidak dikhususkan untuk masyarakat di wilayah itu. Dalam
perkembangannya,barifola juga
menyasar rumah-rumah warga tidak mampu di daerah-daerah lain di seluruh penjuru Maluku Utara. Di
antaranya, Ternate, Halmahera, Obi, dan Bacan.
Pada era kepemimpinan Haji Bur di IKT, barifola total sudah me-make over141
rumah reyot menjadi layak huni. Rumah yang semula berdinding papan atau anyaman bambu (gedek) ’’disulap’’ menjadi lebih
permanen dengan dinding batako serta atap seng.
Upacara penyerahan rumah milik Hawa Sri
diliputi rasa haru tuan rumah. Begitu secara resmi diserahkan, nenek Sri
bagaikan tidak kuat menahan haru. Dia langsung memeluk Haji Bur dan menangis
sesenggukan. Sugiarto, putra bungsu di antara delapan anak Sri, juga tampak
terharu melihat rumah ibunya jadi bersih.
Sugiarto yang sehari-hari menjadi tukang
ojek itu menyatakan tidak punya cukup dana untuk merehab rumah ibunya.
Penghasilan sebagai tukang ojek hanya cukup untuk makan sehari-hari keluarganya.
Tujuh saudara Sugiarto tinggal di luar Ternate dengan kondisi yang tidak jauh
berbeda.
’’Selama pengerjaan barifola ini, ibu saya betul-betul tidak
mengeluarkan tenaga atau uang sedikit pun. Tiba-tiba saja datang pasir, semen,
dan batako di depan rumah. Saya dan ibu awalnya tidak percaya. Tapi,
subhanallah, semua selesai dengan cepat,’’ tuturnya.
Sugiarto menghitung, pengerjaan rumahnya
dari yang semula berdinding papan serta beratap rumbia hanya berlangsung enam
hari. Ke-40 mujahidbarifola, sebutan relawan barifola, bekerja dengan
cepat. Seperti sudah hafal di luar kepala, semua bekerja dengan cekatan
menyelesaikan bangunan berukuran 9 x 6 meter itu.
Tidak hanya kembali membangun rumah, barifola melengkapi dengan perabot rumah yang
lebih layak dan belum ada. Misalnya, sofa, kasur, sampai jaringan listrik.
Sekretaris IKT Malut Sutopo Abdullah
membeberkan, ketika Haji Bur menjadi ketua IKT Malut periode 2007–2011, dirinya
dan Haji Bur berdiskusi soal program kerja. Ketika itu, tercetus ide membuat
koperasi. Namun, koperasi tersebut tidak berumur panjang. Koperasi simpan
pinjam IKT yang dimaksud untuk membantu masyarakat kurang mampu tidak berjalan
lancar. Boro-boro mau menyimpan dananya, banyak warga yang meminjam uang, tapi
lupa mengembalikan.
Kemudian, pada 2008, tercetuslah ide barifola setelah koperasi IKT tutup. Gerakan
itu diawali dengan calamoi, gerakan mengumpulkan uang seribuan
warga Tidore. Bila anggota IKT Malut berjumlah 4.000 orang, dalam sebulan bisa
terkumpul Rp 4 juta.
’’Tapi, respons anggota IKT luar biasa.
Kebanyakan menyumbang lebih dari yang kami perkirakan. Karena itu, saat Haji
Bur memulai barifola pada 2008, dana yang terkumpul Rp 40
juta–Rp 60 juta untuk satu rumah,’’ jelas Topo, sapaan Sutopo Abdullah.
Barifola edisi
pertama sampai keenam difokuskan untuk saudara-saudara mereka asal Pulau Tidore
saja. Namun, pada barifola selanjutnya, yakni ketujuh sampai
ke-141 yang dilakukan Sabtu (18/10), IKT Malut tidak lagi memandang suku atau
agama. Mulai orang Bugis, Jawa, Kalimantan, Morotai, sampai Halmahera yang
beragama Islam, Kristen, Hindu, maupun Buddha, semua mendapat perlakuan sama.
IKT Malut punya tim untuk menyurvei
rumah yang akan digarap. Namun, syarat utama untuk mendapat bantuan rehab IKT
adalah status tanah rumah tersebut tidak dalam sengketa.
’’Ibaratnya, rumah reyot saja menjadi
rebutan. Bagaimana kalau sudah dibangun permanen dan bagus? Makanya, barifola sangat selektif dalam memilih rumah,’’
tutur Topo.
Tim penilai kelayakan di internal IKT
dipimpin Haji Bur. Melalui musyawarah di level elite IKT, ditentukanlah siapa
sasaran barifola selanjutnya.
Dalam setahun, gerakan barifola bisa membangun 30 rumah. Aktivitas
mereka hanya berhenti saat Ramadan. Memasuki bulan Syawal, IKT langsung
menentukan rumah siapa lagi yang menjadi sasaran barifola.
Menurut Haji Bur, sampai tahun keenam
ini, program barifola tidak pernah menggunakan anggaran
pemerintah. Sebab, anggota IKT Malut sepakat untukurunan tanpa melibatkan campur tangan pihak
luar.
’’Semangatnya adalah beramal untuk
akhirat. Kalau nanti dibantu pemerintah pusat atau daerah, kami malah nggak jadi dapat akhirat. Kalau masih bisa
ditangani internal IKT sendiri, saya kira tidak perlu memakai dana dari luar,’’
tutur Haji Bur.
Tidak semua anggota IKT
Malut menyumbangkan dana untuk barifola.
Ada yang menyumbang barang atau material bangunan seperti 50 sak semen, 10
gulung seng, atau 1.000 buah batako. ’’Setelah rumah selesai, kami langsung
merencanakan barifola selanjutnya,
B.
Fungsi
Gotong Royong
Fungsi gotong royong dalam masyarakat
sangatlah penting, untuk memupuk rasa kekeluargaan dan rasa kebersamaan. Gotong
royong telah dikenal sejak jaman nenek moyang. Hal semacam ini patut
dilestarikan dalam kehidupan sebagai pribadi,bermasyarakat berbangsa,bernegara
di saat ini,karena merupakan salah satu wujud sifat kekeluargaan dan
kebersamaan. Dengan melakukan gotong royong semua pekerjaan yang banyak akan
cepat selesai dengan dibantu oleh warga-warga yang hasilnya akan dinikmati
bersama, contoh : membuat jembatan, jalan, membangun rumah, membersihkan
sungai, got, kerja bakti dan lain-lain. Manusia membutuhkan bantuan dikarenakan
manusia merupakan mahluk social,mahluk yang tak dapat hidup sendiri.
Manfaat dari gotong royong adalah
meningkatkan rasa solidaritas, meringankan suatu pekerjaan,menumbuhkan rasa
kebersamaan,dan rasa kekeluargaan.Rasa kekeluargaan ialah ke akraban antar
manusia yang seakan-akan seperti keluarga atau saudara kandung. Sikap
kekeluargaan memiliki makna sebagai perilaku yang menunjukkan sebuah
manifestasi yang cenderung didasarasi rasa familiar yang tinggi yang
mempertimbangkan hubungan keakraban sebagai kedekatan keluarga kepada orang
lain.
C.
Makna
Gotong Royong
Makna gotong royong adalah
pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu
bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan
semua”.
Demikian sepenggal ungkapan pidato
Presiden Soekarno untuk menjadikan gotong royong sebagai landasan semangat
membangun bangsa. Hal itu disampaikannya kepada seluruh peserta sidang BPUPKI,
1 Juni 1945.
Gotong royong bukanlah pameo asing di negeri ini, sudah sejak dulu
para leluhur kita menjadikannya sebagai budaya bangsa. Wujudnya bisa dalam
bentuk kerja bakti membangun sarana umum, membersihkan lingkungan, tolong
menolong saat pesta pernikahan atau upacara adat, dan bahkan tolong menolong
saat terjadi bencana alam. Biasanya bentuk pertolongan yang diberikan berupa
bahan makanan, uang, dan tenaga.
D.
Pembahasan
Gotong
royong dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama dan bersifat sukarela sesuai dengan kemampuan mereka sehingga
segala sesuatu yang akan dan sedang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar,
mudah serta terasa ringan. Alasan seseorang saling membantu karena mereka menyadari
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang saling bergantung dengan sesamanya
sehingga manusia perlu menjaga hubungan baik dengan sesama dan mampu
menyesuaikan diri. Namun, sifat gotong royong di kota besar sudah jarang kita
temui lagi karena masyarakat di kota besar sebagian besar sudah bersifat
individualisme, sibuk dengan urusan masing-masing dan cenderung tidak peduli
dengan lingkungan sekitar..
Tolong
menolong merupakan kewajiban setiap individu untuk membantu sesamanya yang
sedang mengalami kesulitan. Dengan tolong menolong kita dapat membina hubungan
baik dengan sesama. Dalam agama, menolong orang lain sama saja dengan menolong
diri sendiri. Jika kita dapat menolong sesama, hidup kita akan terasa lebih
bermakna karena kita dapat meringankan beban seseorang. Tolong-menolong
dapat diartikan sebagai sebuah pranata dalam sistem kemasyarakatan sebagai
akibat dari keterbatasan anggota masyarakat maupun lingkungan untuk mengatur
anggota masyarakat dalam berinteraksi dan memenuhi kebutuhan hidup yang tidak
terbatas. Dalam prosesnya, tolong-menolong menjalankan prinsip resiprositas
(timbal balik) dan merupakan sebuah bentuk pertukaran sosial. Pertolongan yang
diberikan oleh seseorang akan menimbulkan kewajiban kepada pihak yang ditolong
untuk membalasnya dan dari diri pemberi pertolongan pun muncul harapan akan
adanya balasan yang sebanding dengan apa yang sudah mereka lakukan kepada
sesamanya yang membutuhkan pertolongan.
Jadi
hubungan sikap tolong menolong dan gotong royong sangatlah erat, karena dengan
adanya sikap saling menolong kita dapat menbantu orang lain dengan sukarela
sesuai dengan kemampuannya masing-masing sehingga segala sesuatu yang
dikerjakan merupakan suatu kegiatan gotong royong.
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa Sebagai makhluk sosial, tidak mungkin manusia dapat
bertahan hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain. Sehingga timbullah kesadaran
untuk saling membantu dan menolong. Memberikan bantuan haruslah dengan hati
yang ikhlas agar orang yang kita bantu merasa ringan dengan beban masalah yang
dideritanya. Kebaikan yang telah diberikan orang lain hendaknya kita balas
dengan kebaikan juga, jangan sampai keburukan yang kita balaskan. Dan harus
berhati-hati akan kejahatan yang mungkin dilakukan oleh orang yang telah kita
bantu.
B.
Saran
Dari hasil yang telah penulis buat,
saran yang dapat di sampaikan yaitu, sikap tolong menolong dapat memberikan
dampak yang positif bagi yang memberikan pertolongan. Untuk lanjutan hendaknya
dapat mengkaji lebih jauh bagaimana sikap saling tolong menolong ini lebih
dimanfaatkan oleh masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Musthafa
Al-Ghalayini, Syekh.1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur. Semarang: CV.
TOHA PUTRA.
Nurdi,
Ali, dkk. 2009. Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar